Chapter 28 : Pesan Putri

1.7K 192 18
                                    

Arlerish masih terbaring tak sadarkan diri di atas kasur. Rumah kediaman Oz'ord telah rata oleh tanah, mau tidak mau mereka harus tinggal sementara di rumah singgah raja.

Selama Arlerish diobati dan tak sadarkan diri, Varlerish selalu duduk dan menunggunya bangun.

Namun hal itu mustahil. Arlerish tidak bisa bangun dalam waktu dekat. Memaksakan mananya keluar melebihi batas hanya akan membuat saraf saraf pada dirinya berhenti bekerja. Jika terus saja memaksakan mana untuk melebihi batas seperti ini, maka pembuluh darah Arlerish akan pecah karena mana merah miliknya sendiri.

Kekuatan besar selalu saja memiliki efek samping yang besar bagi tubuh. Hukum alam selalu saja begitu. Kekuatan tidak mungkin tidak memiliki kelemahan.

"Bangunlah kak... Kita baru saja bertemu. Tidak mungkin kita berpisah secepat ini bukan?" Air mata Varlerish meleleh di pipinya, Varlerish menggenggam erat  tangan Arlerish yang dingin.

"Ma-ma-maafkan saya Varlerish-san, ini semua akibat ketidak becusan saya menjadi pelayan." Ujar Adelina. Tangannya saling menggenggam tangannya sendiri yang bergetar karena takut. Ia tidak takut akan hukuman, namun hal yang ditakuti nya adalah jika Arlerish tidak bangun lagi nanti.

" Maaf kan saya menyanggah putri, satu satunya yang disalahkan sekarang adalah para Elf itu. Faktanya para kesatria kerajaan menemukan bekas bekas sihir dari para Elf dan bekas sihir dari seorang yang tidak dikenal. Dapat disimpulkan bahwa pertempuran terjadi antara para Elf dan Arlerish dalam sekala besar." Jelas Adeliana yang mencoba menenangkan adiknya yang ketakutan. Dilain sisi dia juga sedang menenangkan Varlerish yang terus saja duduk di samping ranjang Arlerish.

"Kau tidak salah. Tapi, pasti ada alasan dibalik ini semua. Kakakku percaya pada mereka, maka aku akan melakukan hal yang sama. Adeliana kuperintahkan kau pergi ketempat para Elf itu ditahan dan sampaikan pesan dariku..."

============

Wanita berjubah hitam itu masuk kedalam penjara dengan lampu lilin yang berwarna ungu. Berbagai manusia dengan tatapan pembunuh dan nafsu terlihat mengerikan disini.

Jeruji besi membatasi mereka. Senyuman senyuman mengerikan menghiasi gelapnya ruang tahanan ini. Bau anyir darah dan bau lain yang tidak bisa di jelaskan sungguh menyengat. Tapi tempat seperti ini memang cocok untuk tahanan seperti mereka.

Wanita berjubah hitam itu sampai pada salah satu ruang yang berjeruji besi dan telah tertulis mantra sihir pengekang. Tidak ada jalan kabur untuk para Elf yang tertahan didalam jeruji besi ini.

Wanita itu membuka penutup kepalanya. Mata tajamnya yang ungu menembus gelapnya malam. Rambut putihnya bersinar dikala gelap.

"Adeliana!?" Ucap Galadriel saat melihat wanita itu.

"Selamat malam, Elf." Jawab Adeliana tenang.

"Ada urusan apa kau datang kesini?" Tanya sinis Althra.

"Hanya melihat keadaan kalian." -Adeliana

" Atas perintah?" -Althra

"Putri Varlerish."

"Apa tujuanmu sebenarnya? Tidak mungkin putri Varlerish mengirim mu hanya untuk melihat keadaan kami." -Elmira

"Sebagai pengawal putri Elf kau cukup cekatan. Tujuanku hanya untuk memberi pesan dari putri Varlerish..."

"Apakah kami akan dijual lagi!?" Pertanyaan yang berasal dari Sheerina itu berhasil  mencuri semua perhatian yang ada didalam jeruji besi itu.

"Ada kemungkinan untuk melakukan hal itu." -Afreeda

"Tuan Arlerish tidak mungkin melakukan hal itu..."-Alexia

"Berpikir jernihlah adikku... Mereka tetap saja manusia." Ucap Alexiana menatap sinis kearah Adeliana.

"Kau benar, manusia tetaplah manusia. Barang yang tak berguna lagi akan dibuang dan mencari yang baru. Bukankah begitu?" -Althra

"Tidak bisakah kalian mendengarkan ku!?" Bentak Adeliana.
"Maaf aku berteriak. Jadi aku datang hanya ingin mendengar pengakuan kalian tentang apa yang terjadi dalam pertarungan kalian. Bisakah kalian ceritakan hal itu?" Tambah Adeliana.

"Kami tidak ingat kami pernah bertarung dengan tuan yang menyelamatkan kami. Satu satunya yang kami ingat hanya seseorang datang malam itu." Ucap Afreeda menambah suram suasana jeruji malam itu.

"Dari awal aku sudah mencurigai nya, tetapi dia membawa lambang kerajaan Istana di sakunya. Kami kira dia adalah tamu dari Tuan Segre. Jadi kami mengizinkannya untuk memasuki rumah." -Galadriel.

"Saat yang bersamaan dia masuk, kami tersadar sudah berada didalam jeruji besi yang menyengat dingin ini." -Althra

"Ingatan kami seperti dipotong. Tapi mustahil ada sihir yang bisa memotong ingatan." -Sheerina

"Kita hidup dimana sihir terus berkembang. Tidak ada kepastian bahwa sihir seperti itu tidak ada." -Galadriel.

"Hmm, baiklah aku mengerti. Akan ku sampaikan pada Putri Varlerish. Baiklah ini pesan dari putri,.... Jangan melawan atas hukuman yang akan diberikan Yang Mulia Raja hingga Arlerish siuman. Terima saja, karena jika Arlerish bangun dia pasti akan menyelamatkan kalian. Cukup percaya pada kakakku, dia bisa mengatasi Masalah yang ada didepannya."

"Kenapa Putri bicara seperti itu?" Ucap Sheerina penasaran dengan kalimat pesan yang disampaikan oleh Adeliana.

"Dia memilih percaya pada kalian. Tidak, lebih tepatnya percaya pada hal yang dipercaya kakaknya. Berterimakasih lah nanti.... Hanya itu yang ingin aku sampaikan. Semoga beruntung.... Dan jangan sia siakan kepercayaan Tuan Arlerish dan Putri Varlerish.... Sampai jumpa."

"Bagaiman mungkin kami menghianati penyelamat kami..." Ucap Sheerina.

Adeliana tersenyum simpul lalu menutup kepalanya lagi. Ia berjalan menyusuri lorong gelap dan dingin.

Kita tidak tau apa yang terjadi dimasa depan. Tapi tampaknya perubahan besar akan terjadi ditangan Tuan Muda Arlerish....

Kepercayaan adalah hubungan spesial yang sulit dibangun. Untuk sekarang kita tinggal dalam dunia sihir dimana sihir adalah segalanya. Hubungan saling percayalah yang menjadi penghubung mereka.

Disini para elf sedang berusaha untuk mempercayai Arlerish, dan Arlerish yang sepenuhnya percaya pada Elf.

==============

*Note : tulisan miring adalah kalimat dalam hati (Adeliana)

Re : Life Be A Genius MageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang