Chapter 8 : Sebuah Ruang

2.5K 279 0
                                    

Hari ini adalah hari pertamaku didalam rumah yang begitu luas. Tidak hanya luas, banyak sekali pelayan yang bekerja disini. Aku berjalan jalan sejenak mengelilingi taman dan rumah ini. Ternyata terdapat labirin di taman belakang rumah ini.

Labirin itu dibatasi oleh tanaman yang cukup tinggi. Bukan hanya itu, ada mawar merah dan mawar putih yang tumbuh di pembatas labirin tersebut. Sehingga setiap orang yang memasukinya pasti akan disambut langsun oleh wewangian dari bunga mawar tersebut.

Aku menyusuri labirin tersebut. Makin dalam, makin dalam, penciuman ku makin lama terganggu. Aku biasanya mengaktifkan sihir kepekaan dua kali lipat terhadap semua panca indera ku. Kali ini sepertinya ku non aktifkan saja penciumanku, karena bau ini sangat menganggu hidungku.

Tak lama aku berjalan, aku tersesat dalam labirin ini. Aku memutar mutar tanpa tau harus kemana. Hanya melihat bunga yang sama setiap waktu, bahkan tanda silang yang ku buat di rumput tempat ku berpijak, ini sudah kali kelima aku melewatinya. Ironis bukan?

" Kak, apa kau tersesat?" Tiba tiba suara muncul dari belakang ku. Aku langsung menoleh dan mendapati Varlerish ada disana.

" Ah, hahaha iya..." Jawabku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.

Varlerish lalu menggeleng dan tersenyum kearah ku. Tak lama kemudian ia menarik tanganku.

" Kak,.... Kakak hanya harus melihat setiap pola mawar ini. Memang warnanya sama dan penempatannya sama, tapi pola setiap kelopak bunganya berbeda." Varlerish menunjukkan bunga bunga yang kulewati sedari tadi. Benar saja, setiap pola kelopak bunga yang hidup, semuanya berbeda.
" Saat kakak merangkainya, pola itu akan membuat sebuah tulisan."

Aku melihat dengan detail. Aku melihat kelopak bunga mawar putih, lalu melihat tiga mawar dikanan mawar putih. Polanya warnanya Putih-Merah-Putih-Merah, disana tertulis, KIRI.

" Tulisan ini, "kiri" Bukan?" Tanyaku sambil memegang dagu dan menyipitkan mata kearah bunga itu.

" Seperti yang diharapkan, kakak baruku sangat pintar. Para pelayan saja perlu waktu satu Minggu untuk bisa membaca polanya!" Varlerish tersenyum bangga padaku. Dan asal kalian tau, tangannya bahkan tidak melepaskan tanganku.

Sebenarnya ini adalah sebuah anugerah dari dewa, tapi mengingat dia adalah adik imutku, mana mungkin aku menggodanya!

*

Aku ketagihan membaca seluruh pola yang ku lihat di labirin ini. Aku merasa seolah sedang memecahkan sesuatu. Aku terus membaca dan berjalan mengikuti arahan pola tersebut.

Sedari tadi Varlerish hanya tersenyum dan sesekali tertawa melihatku. Aku hanya tersenyum balik kepadanya. Meskipun dia adikku, tetap saja rasa canggung tidak bisa pergi dari kami berdua.

Aku terus saja berjalan cukup lama. Kini aku menemukan ujung labirin ini. Aku tepat berada di tengah tengah labirin yang ku jelajahi. Kosong itulah yang kupikirkan. Hanya ada rumput dan beberapa tanaman bunga ungu tumbuh dengan indahnya disana.

" Ini ujungnya?" Tanyaku sambil menunjuk bunga ungu tersebut.

Dia tersenyum jahil dan menahan tawa. Aku hanya melihat dengan ekspresi penuh tanda tanya padanya.

" Etto, apa kau pikir ini ujungnya?" Ucapnya sambil menyentuh pipinya sendiri menggunakan jari telunjuk.

" Entahlah, labirin serumit ini hanya berisi bunga Violet?"

" Kakak, kau benar. Ini merupakan jalan rahasia menuju ruang latihan."

" Ruang latihan?" Tanyaku langsung melempar pandang kearah bunga bunga violet.

Re : Life Be A Genius MageWhere stories live. Discover now