SRBA-32. Satu Langkah Besar

8K 822 92
                                    

"Tidak berharap banyak, cukup kamu yang taat pada Allah dan pada saya, itu adalah rahmat terbesar yang telah saya terima dari Tuhan."

-SRBA-

"Kamu kalau mau pergi acara rohis gak papa, kamu boleh pergi sama teman kamu," ucap Hanif yang membuat Naura menoleh pada Hanif yang sedang menyetir.

"Eh?"

"Iya, pergilah jika kamu memang mau pergi, saya tidak melarang. Maafkan ucapan saya tadi malam," lanjut Hanif.

Naura mengalihkan pandangannya ke depan, dia menjadi ragu untuk pergi, padahal semalam dia telah yakin untuk menolak ajakan Mai untuk ikut, lagian dia juga bukan panitia hanya sebatas anggota Rohis.

"Naura gak jadi pergi, Mas," ucap Naura membuat Hanif menoleh.

"Kenapa? Saya mengizinkan kamu untuk pergi, jika perkataan semalam yang menghalangi kamu untuk pergi, maafkan saya, lagian kamu pergi untuk kebaikan juga kan?" tanya Hanif yang sesekali menoleh pada Naura diselanya menyetir.

"Gak papa Mas, nanti Naura bilang ke Mbak Mai kalau Naura nggak jadi ikut, lagian Naura cuma anggota Rohis Mas, bukan panitia acara itu," kata Naura lagi membuat Hanif terdiam lalu mengangguk paham, lagian tidak mungkin juga dia memaksa Naura untuk ikut.

"Ya udah, kalau gitu besok kamu ikut saya aja ke lombok, saya disuruh Papa  kesana menggantikan beliau untuk bertemu client," kata Hanif tersenyum menatap Naura.

Naura menoleh, "Besok Naura kuliah, Mas. Lagian Mas kan kerja, gak enak kalau Naura ikut. Gak papa kok kalau Mas mau pergi," ucap Naura. Jujur, dia belum siap untuk pergi dengan Hanif ketempat jauh hanya berdua, dia masih merasa canggung dengan suaminya itu.

"Kita berangkat malam, jadi tidak menganggu kuliah kamu," lanjut Hanif, Naura kembali memutar otaknya mencari alasan tapi bukan alasan kebohongan.

Naura terdiam, tidak ada kata-kata yang berhasil keluar dari otaknya untuk menolak ajakan Hanif.

"Mau ya?" tanya Hanif sekali lagi.

"Iya Mas." Akhirnya Naura menyetujui untuk ikut, tidak ada alasan yang terpikirkan untuk menolak ajakan tersebut.

"O iya, nanti mungkin saya pulang malam, selesai dari kantor saya mau ke rumah ketemu Papa," kata Hanif, Naura hanya mengangguk.

"Apa kamu mau ikut ke rumah?"

"Gak usah Mas, lagian dari kantor ke rumah lebih dekat ketimbang Mas harus jemput Naura dulu." Hanif mengangguk, ada benarnya juga, lagian dia disana hanya untuk membicarakan masalah kantor dengan Papa, mungkin minggu depan dia akan mengajak Naura untuk datang ke rumah.

🕊️🕊️🕊️


Akhirnya Naura dan Hanif menginjakkan kaki mereka di lombok, setelah turun dari mobil Hanif dan Naurapun masuk menuju gedung hotel yang telah di booking oleh Hanif sebelumnya.

"Naura, Ayo!" ucap Hanif setelah ke meja resepsionis dan mendapatkan kunci kamar mereka.

Naura  yang sedang duduk disalah satu kursi mengangguk, lalu berdiri mengikuti langkah Hanif masuk kedalam lift.

Setelah sampai di kamar, Naura menjatuhkan badannya di kursi begitu juga dengan Hanif, hari ini lumayan melelahkan, seharian ini baik Naura maupun Hanif sibuk dengan kuliah dan pekerjaan kantor, dan mereka langsung bersiap-siap untuk perjalanan ke lombok.

"Mas mau mandi dulu? Biar Naura siapkan baju tidurnya," tanya Naura yang di angguki oleh Hanif, dengan berat hati karena kelelahan Hanif beranjak dari duduknya menuju kamar mandi.

Sebuah Rasa Berujung Asa [END]Where stories live. Discover now