SRBA-13

8.9K 863 64
                                    

Pemberitahuan!!
Ada penggantian nama tokoh, yang semula Arvan menjadi Hanif, soalnya Author masih rada susah move-on kalau tetap menggunakan nama Arvan yang hampir mirip dengan Arfan.

Selamat membaca 💕

----------

"Rencana milikmu berbeda dengan rencana Allah, jika kamu tidak menyukai rencana yang Allah tetapkan untuk kamu, maka ikhlaslah menerimanya,"

-SRBA-

"Naura menerima lamaran Mas Hanif."

Hanif memandang bingung ke arah Naura, tidak mengerti dengan pola pikir gadis itu. Padahal dia yakin sekali lamarannya akan ditolak, ketika melihat reaksi gadis itu saat bersama dirinya yang selalu menghindar.

"Kamu menerimanya?" Hanif membuka suara, merasa tak percaya dengan keputusan gadis itu, berharap gadis itu kembali berpikir ulang.

Naura tak menjawab, dia hanya menunduk, berharap hatinya mantap dengan keputusan yang dia ambil.

"Alhamdulillah," Ani langsung mengucap syukur, yang juga mengabaikan pertanyaan dari Hanif.

"Alhamdulillah," kata Mama dan Papanya Hanif serentak.

Naura terus menunduk ketika menyadari tatapan Hanif yang masih tertuju padanya, dia tak berani menatap wajah itu.

'Apa keputusannya adalah keputusan yang salah?' lagi-lagi Naura berusaha meyakinkan dirinya sendiri, jawaban yang dia sampaikan adalah jawaban dari petunjuk yang telah Allah berikan padanya. Walaupun kadang hatinya berontak dengan kenyataan ini, namun dia tidak mau berontak pada Tuhan.

"Maaf Tante, apa saya bisa bicara dengan Naura di luar?" tanya Hanif yang memotong pembicaraan Tante Ani dengan Mamanya.

"Oh, silahkan gak papa, di ruang tengah juga gak papa, biar ngomongnya enakan sambil duduk," kata Ani.

"Permisi Tante," ucap Hanif yang memilih untuk bicara di luar rumah.

"Ayo Naura, ikuti Hanif," Ani menyenggol pelan bahu Naura. Dengan perasaan campur aduk akhirnya Naura mengikuti langkah Hanif yang terus berjalan ke arah taman, duduk disalah satu bangku yang tersedia disana.

"Duduk!" satu kata perintah yang langsunh di turuti oleh Naura, mengambil duduk yang lumayan berjarak dengan Hanif.

"Kenapa kamu menerima lamaran ini? Saya tahu betul kalau kamu tidak menyukai lamaran ini," kata Hanif langsung pada inti pembicaraan.

"Inilah keputusanku," jawab Naura.

"Tapi, kenapa?"

"Semua keputusan yang Naura ambil adalah jawaban dari pertanyaan yang terus Naura tanyakan pada Tuhan, tapi selalu saja jawaban itu terus mengarah pada Mas," kata Naura yang membuat Hanif terdiam.

"Naura tau kalau ini hanya rencana dari tante Ani dan orang tua Mas, mungkin ini jalan Allah untuk mempertemukan kita dan Naura berharap ini adalah pernikahan pertama dan terakhir, dan Mas juga ikhlas menerima jalan ini karena Naura juga akan berusaha untuk ikhlas menerimanya," kata Naura lalu berdiri dari duduknya. "Naura masuk dulu Mas, takut nanti adanya fitnah ketika tetangga melihat kita disini karena kita belum terikat halal." Naurapun pergi meninggalkan Hanif yang masih duduk terdiam.

Apa benar ini jalan Allah untuk mempertemukan kita?

🕊️🕊️🕊️

"Ada apa di rumah kamu, Naura? Kenapa mereka datang kembali?" tanya Ratna ketika sore itu Naura datang kerumahnya.

Selama ini Naura tidak pernah memberitahu Ratna tentang perjodohan yang dilakukan tantenya, karena dia tau kalau ini adalah masalah pribadi yang harus dia selesaikan sendiri, yang entah mengapa berujung pada dirinya yang menerima lamaran Hanif.

Sebuah Rasa Berujung Asa [END]Where stories live. Discover now