SRBA-11

9.3K 760 44
                                    

"Semua insan memiliki hak untuk jatuh cinta, namun juga punya kewajiban untuk menjaga cintanya agar tetap suci."

-SRBA-

"Semakin hari kamu kelihatan makin banyak masalah Ra, Apa yang lagi kamu pikirkan?" tanya Gea yang berhasil membawa paksa Naura ke kantin fakultas untuk makan siang, dan Gea merasa kalau dia harus turun tangan dengan masalah yang dihadapi sahabatnya itu.

Naura hanya terdiam, tak menanggapi pertanyaan Gea, pandangannya lurus menatap Gea.

"Naura, kamu masih belum mau cerita?"

Naura yang menatap Gea menggeleng pelan.

Mendapat penolakan dari Naura membuat Gea menghela nafas, sejak berteman dengan Naura, sedikit banyaknya Gea paham dengan sifat Naura, Naura itu tertutup, tidak akan mau membagi masalahnya dengan orang lain ketika masalah yang dialaminya itu besar, dan Gea yakin kalau masalah yang dihadapi Naura sekarang adalah masalah besar.

"Ra, sampai kapan kamu akan seperti ini? Kalau kamu tidak mau berbagi, aku yakin masalah kamu ini tidak akan pernah selesai," kata Gea lagi.

Ya, masalahnya mungkin memang tidak akan pernah selesai, karena semua pertanyaan dan kebingungannya tidak pernah mendapat jawaban. Itulah yang membuat masalah dihidupnya semakin menumpuk. Apalagi setiap harinya Tantenya terus meminta jawaban atas lamaran Hanif. Bukan! Bukan meminta jawaban, melainkan lebih kepemaksaan agar Naura menerima lamaran Hanif.

Bagaimana cara dia membagi masalah ini pada Gea?

Naura menggeleng lagi tanda kalau memang dia tidak bisa cerita pada Gea. Gea menghela nafas lalu menyandarkan punggungnya pada kursi, matanya masih menatap mata Naura.

Pelayan yang membawa pesanan Gea pun datang, setelah berterimakasih Gea menyodorkan salah satu Nasi goreng yang dipesannya pada Naura, karena gadis itu menolak memesan makanan.

"Makan," titah Gea.

Lagi-lagi Naura menggeleng.

"Ra! Jangan mengurangi hak perutmu ketika kamu punya masalah seperti ini, kamu harus makan supaya ada tenaga untuk menghadapi masalah berat mu itu, bagaimana bisa berpikir jernih kalau kamu belum makan?" kata Gea lagi.

"Aku gak nafsu makan,"

"Ya ampun Naura! Kamu udah berapa hari gak makan? Pantesan pucat gitu. Sekarang makan, kalau udah kenyang, bisa berpikiran jernih, lalu cerita sama Aku," kata Gea sambil memberikan sendok dan garpu pada Naura.

Gea berhasil membujuk Naura yang akhirnya gadis itu mencoba untuk memakan nasi yang dipesan Gea tadi.

🕊️🕊️🕊️

Setelah makan siang bersama Gea, Naurapun berpisah dengan Gea karena Gea ada kelas untuk mata kuliah selanjutnya, sedangkan Naura memilih untuk keperpustakaan. Karena tidak ada tugas yang harus dia kerjakan, Naura memilih untuk membaca buku agama, karena semua buku agama yang dipinjamkan Fathan kepadanya, sudah dibaca semua oleh Naura.

Salah satu keharusan yang dilakukan wanita muslimah adalah memperbanyak membaca, tentu membaca buku yang bermanfaat, tidak hanya menambah ilmu namun juga mengembangkan wawasan, karena setiap anak yang terlahir berhak mendapatkan seorang ibu yang cerdas dan paham agama, karena dari seorang ibu lah sumber utama ilmu yang didapatkan sang anak.

Kembali pada Naura, dia menghabiskan waktu dua jam didadalam perpustakaan, ketika mendengar adzan Ashar, Naurapun bergegas menuju mushalla perpustakaan.

Sebuah Rasa Berujung Asa [END]Where stories live. Discover now