21_ Kegalauan(Faldi POV)

63 14 18
                                    

"Sebenarnya, aku benci membicarakan masalah hati.
Terlalu melankolis, naif, dan menyebalkan.
Tapi apa daya, ketika hati ini justru jungkir balik memungkirinya?"

~Anonim

"Tadi itu kenapa jadi gue yang baper elah?" Batin Faldi dalam hati. Sungguh, saat ini ia sama sekali tidak bisa fokus, bahkan dari tadi ia hanya memainkan sedotan minumannya saja.

"Sejak kapan juga tu cewek tiba-tiba jadi mempesona gitu, biasanya juga kayak macan." Batinnya lagi.

"Memang Kambing banget tuh Rizky, padahal kan harusnya gue yang ikut ngerayain tampilnya Melani hari ini. Temen gue itu woi. Dasar senior caper." ujarnya dalam hati, sejak tadi hatinya terus bergejolak menahan kesal pada Rizky, seniornya itu.

"Ehem."

"Ehem, ehem."

"Fal, Faaal..."

"Hah, apaan Ris?" ujar Faldi berjengit kaget.

"Lo sadar nggak sih dari tadi lo cuman diemin gue? Tau gini, mending gue makan di rumah aja kali. Nggak ada bedanya sama sekali tau." ujar Clarisa cemberut.

"Ooh, sorry-sorry. Lagian gitu doang ngambek, lemah lo." ujar Faldi tiba-tiba mencubit pipi Clarisa membuat gadis itu tersenyum seketika.

"Enak banget lo ngatain gue, dasar!" balas Clarisa seraya memukul pelan lengan Faldi membuat mereka berdua refleks tersenyum.

Cklek.

"Di sini aja kali ya Mel, kayaknya makanannya juga enak." ujar suara seseorang yang membuat Faldi langsung memutuskan pandangannya dari Clarisa dan lebih memilih menoleh untuk memastikan apakah sang pemilik suara itu adalah orang yang ia kenali.

"Terserah Kakak aja, hehehe." balas suara khas itu yang semakin membuat Faldi yakin bahwa orang yang duduk membelakangi mereka adalah Melani dan seniornya.

Satu hal yang pasti, Faldi merasa cukup kesal. Apakah salah?

"Lo liatin siape sih? Perasaan gelisah mulu dari tadi." Tanya Clarisa lagi tak bisa menahan rasa kesalnya.

"Bukan siapa-siapa kok." jawab Faldi asal.

"Nggak yakin gue," ujar Clarisa justru langsung memutar kepalanya ke arah belakang.

"Lho, itu bukannya Kak Rizky sama Kakak nyebelin yang waktu itu ya?" Tanya Clarisa penasaran.

"Kan lo udah liat sendiri," jawab Faldi asal.

"Fal, mereka berdua ada hubungan apa sih? Udah jadian ya, perasaan gue akhir-akhir ini kok mereka deket banget?" ujar Clarisa memberondonginya dengan berbagai pertanyaan.

"Nanya mulu lo kayak Dora, bisa diem nggak sih Ris?" ujar Faldi jadi kesal sendiri.

"Kok jadi lo yang sewot? Perasaan lo aneh tau nggak dari tadi, kayak cewek lagi pms, dasar."

"Lagian lo kenapa sih masih sensian terus sama Kak Rizky?" cecar Clarisa lagi.

"Gimana gue nggak kesal coba, waktu itu dia hampir nyosor lo gitu aja Ris, sementara lo sendiri tau gimana gue protektifnya sama lo semenjak orang tua lo nitipin amanah ke gue supaya terus jagain lo." jawab Faldi sedikit terpancing emosinya.

"Harus berapa kali sih gue jelasin ke lo Fal, waktu itu nggak seperti yang lo bayangin. Kak Rizky cuman mau niupin mata gue yang kelilipan, itu doang." ujar Clarisa frustasi.

"Cih, sekalian modus itu dianya." balas Faldi sinis.

"Mending kita cari tempat lain aja deh Ris, mendadak panas ni tempat." ujar Faldi beranjak berdiri seraya menarik pergelangan Clarisa pelan, namun gadis itu justru menepisnya.

"Apaan sih Fal? Sumpah, lo aneh banget dari tadi. Gue mau nyamperin Kak Rizky sekaligus duduk sama mereka." balas Clarisa sedikit kesal.

"Ris, ck, lo yakin bakalan baik-baik aja ngeliat kedekatan mereka?" Tanya Faldi cukup keras sehingga membuat hampir seluruh pengunjung restoran sederhana itu melirik mereka terang-terangan, termasuk Melani dan Rizky.

"Lo yakin tuh pertanyaan buat gue? Harusnya lo nanyain itu ke diri lo sendiri, lo yang keliatan lagi cemburu buta." jawab Clarisa sedikit sarkastik.

Tak peduli lagi, Clarisa justru menghampiri meja Melani dan Rizky.

"Ehm, boleh duduk sini?" tanya Clarisa sedikit berbasa basi dan hanya dijawab anggukan oleh Melani.

"Duduk aja," jawab Rizky sekenanya.

Jujur, Melani merasa sedikit canggung dengan suasana ini, apalagi ketika Faldi justru ikut menggabungkan dirinya di meja yang sama.

"Bisa samaan gini ya Kak, kalau kita tau Kak Rizky ada di sini pasti kita udah gabung dari tadi, hehehe," ujar Clarisa berusaha mencairkan suasana.

"Oh iya, kalian berdua nggak pesan makanan?" tanya Rizky dengan aura tenangnya seperti biasa.

"Tadi udah sih Kak, tenang aja, kita udah pesan minuman lagi kok, nih." balas Clarisa sambil menunjuk minuman milkinya dan Faldi dengan suara yang dibuat selembut mungkin membuat Melani diam-diam bergidik geli.

Berusaha tidak peduli, Melani justru memilih memakan kembali makanannya yang sudah terabaikan sekian detik yang lalu.

Merasa diperhatikan, Melani langsung mengangkat kepalanya dan justru langsung tersedak ketika mendapati Faldi yang sedang menatapnya tajam disertai gaya songongnya yang seperti biasa.

"Uhuk, uhuk, ya ampun, sakit banget. Gue minta minum lo ya Kak, air gue udah habis nih."

"Nih Mel," ujar Rizky segera menjangkau air miliknya dan meyerahkannya pada Melani.

Namun, belum sampai gelas itu ke tangannya, Faldi justru menarik minuman itu terlebih dahulu.

"Apaan sih Fal? Lo nggak berakal apa gimana sih? Dia lagi..." ucapan Rizky yang penuh emosi langsung terhenti ketika Faldi justru menyodorkan air miliknya yang baru diminumnya sedikit tepat di depan wajah Melani.

Tanpa memedulikan image-nya  lagi, Melani langsung meminumnya hingga hanya tersisa setengah.

"Huuft, thank's Fal." ujar Melani walau dengan raut yang sedikit kesal.

"Biasa aja Mel, kayak sama siapa aja lo." balas Faldi disertai cengiran tengilnya.

~_¤_~

Jujur, Faldi sangat menyadari keanehannya hari ini. Menurutnya hari ini sangat panjang dan melelahkan. Apalagi ketika menyadari Melani yang hampir seharian ini terus dikuasai oleh Rizky, seniornya itu.

Sebenarnya saat ini ia tengah memikirkan apa yang salah dengannya hari ini. Apakah wajar ketika ia tidak senang ketika Melani hampir seharian tidak berada di dekatnya?

Apakah ini wajar dirasakannya sebagai teman? Apakah kedekatannya selama ini dengan Melani telah membuatnya seperti laki-laki yang protektif dan posesif?

Mungkin ini wajar, karena Melani adalah temannya, ya teman yang sukses membuatnya hampir jungkir balik ingin menutup telinganya dari suara batinnya yang tidak terima ketika seniornya dengan gencarnya terus mendekati Melani, gadis kesayangannya. Eh, salah, maksudnya teman kesayangannya.

"Gila, nggak tahan gue nungguin besok."

"Uugh, gue kenapa elah? Apa gue kerumahnya aja ya. Tapi pakai alasan apa coba?" ujar Faldi refleks menyugar rambutnya hingga berantakan.

"Apa gue chat aja ya? Sejak kapan juga gue jadi gerogi ini?" Batinnya frustasi.

Hingga larut malam, Faldi terus berada di posisinya, terus bangun dan berbaring kembali seolah hidupnya tanpa arah. Entah sejak kapan, baginya menunggu hari esok terasa begitu lama.

To be Continued...❤❤❤

About Us (Spin Off Ilusi Hati)✔ CompletedWhere stories live. Discover now