53

748 113 21
                                    

Deru mesin mobil di luar membuat Cheonsa bangkit dari sofa dan mengintip lewat jendela. Itu Seokjin yang baru pulang. Buru-buru Cheonsa menuju garasi dan membukakan rolling door agar Seokjin bisa langsung memasukkan mobilnya. Sementara Seokjin memarkirkan mobilnya, Cheonsa keluar untuk menutup sekaligus mengunci pintu gerbang. Saat Cheonsa kembali, Seokjin sudah tidak ada di garasi, gadis itu segera masuk ke dalam untuk menyusul Seokjin.

Seokjin sedang menyandarkan punggungnya ke sofa sembari memijat pelan keningnya. "Seokjin?"

Seokjin membuka matanya, wajah lelaki itu tampak lelah dan frustrasi."Kau sudah makan?" tanya Cheonsa yang mendapat gelengan dari Seokjin. "Aku akan menyiapkan makan malam untukmu kalau begitu."

"Tidak usah."

"Tapi kau tidak boleh melewatkan makan malammu, Seokjin."

"Kubilang tidak usah!" bentak Seokjin. Cheonsa tersentak, ini kali pertama Seokjin berbicara dengan nada tinggi di hadapannya. Seokjin berdiri sempoyongan dan berjalan menuju kamarnya. "Tidurlah, ini sudah malam," ucap Seokjin seadanya, bahkan terkesan cuek.

"Kau ada masalah?"

Tak ada jawaban. Seokjin memilih mengabaikan Cheonsa. Yang selanjutnya gadis itu dengar adalah suara debum saat Seokjin membanting pintu kamarnya. Selama beberapa detik Cheonsa tidak bisa megalihkan pandangannya dari tempat Seokjin menghilang tadi. Sikap Seokjin membuat pikirannya berkecamuk, gadis itu mulai takut jika dia melakukan kesalahan dan itu membuat Seokjin marah dan kesal padanya. Cheonsa harus minta maaf secepatnya, dia tidak mau Seokjin marah terlalu lama padanya.

Namun, sampai pagi pun ternyata mood Seokjin masih sangat buruk. Lelaki itu memakan sarapannya dalam diam, dia menjawab pertanyaan sesingkat yang ia bisa kemudian pergi kuliah tanpa mengatakan apapun pada penghuni rumah.

"Anak itu kenapa, sih?" tanya ibu dari Kim bersaudara. "Taehyung, apa Seokjin ada masalah?"

Mulut Taehyung yang penuh makanan membuat lelaki itu hanya angkat bahu ketika ibunya bertanya. Lagipula, Taehyung memang tidak tahu apa-apa, saat bangun Seokjin sudah tidak bisa di ajak bicara.

"Apa kau tahu sesuatu Cheonsa?"

Gadis itu hanya menggeleng lemah, dia menyesal tak bisa menjawab. Itu artinya Cheonsa tak cukup tahu soal Seokjin, tidak paham dan mengerti masalah yang tengah di alami lelaki itu. Rasanya ada penyesalan akan hal itu, karena selama ini hanya Seokjin yang berusaha mengerti dan membantu Cheonsa menyelesaikan setiap masalah gadis itu, namun tidak sebaliknya.

⚪⚫

"Sojung, kumohon buka pintunya."

Entah sudah yang keberapa kali Namjoon mengetuk pintu kamarnya dan membujuk agar Sojung mau keluar, tapi tetap saja tak ada jawaban dari Sojung sejak semalam. Namjoon mulai khawatir kalau-kalau ternyata Sojung pingsan di dalam, karena sejak semalam Sojung tak bersuara sedikit pun.

"Kim Sojung, ayolah. Apa aku harus mendobrak pintunya?"

Tetap tidak ada jawaban. Suara Namjoon mulai melunak, "Sojung, kau baik-baik saja kan?"

"Sojung aku mint maaf soal semalam, tapi jangan menghukumku seperti ini. Setidaknya jawab pertanyaanku."

Klek.

Pintu akhirnya terbuka, menampilkan Sojung yang berwajah datar dengan rambut acak-acakannya. "Aku lapar," katanya ketus, kemudian berjalan mendahului Namjoon menuju meja makan.

"Sojung, bagaimana keadaanmu?" Namjoon menempelkan punggung tangannya ke kening Sojung, suhunya tidak sepanas tadi malam, tapi masih sedikit hangat. Segera setelah Namjoon melakukan itu, Sojung menepis tangan sang kakak, membuat lelaki itu mendesah berat. "Kau masih marah padaku?"

X (SOWJIN)Where stories live. Discover now