52

774 123 7
                                    

Mungkin ada sekitar sepuluh menit Seokjin dibiarkan menunggu di depan pintu rumah keluarga Kim. Seokjin agak kesal karena sepertinya Namjoon sengaja membuatnya menunggu selama itu, mengabaikan bel dan ketukan pintu, bahkan juga enggan mengangkat telfonnya.

"Kim Namjoon, aku tahu kau mendengarku. Selagi aku masih sabar, tolong --"

Klek.

Suara kunci yang diputar membuat Seokjin menghentikan ucapannya, ia bersyukur tidak harus berteriak lagi dan mendobrak pintu di hadapannya jika Namjoon tetap menulikan telinganya.

Lelaki itu mendesah kasar, membuang kekesalannya dan mencoba untuk tersenyum manis di hadapan Namjoon. 

"Kalau saja Sojung tidak menunda makan malamnya sampai kau datang, aku tidak akan mau membukakan pintu untukmu," kata Namjoon dengan ekspresi ketusnya di ambang pintu.

Sekali lagi, Seokjin menghela nafas dalam-dalam. Ia sedang berusaha mengatur emosinya, dalam hati ia mengumpat karena Namjoon itu senang sekali merendahkan harga dirinya dengan bersikap tidak sopan seperti saat ini atau saat Namjoon tiba-tiba memukul wajahnya saat mengantar Sojung pulang tempo hari.

"Jadi, apa sekarang aku boleh masuk tuan Kim?" Tanya Seokjin dengan nada tertahan.

Sebenarnya, Dia lebih suka memilih pulang daripada harus berhadapan dengan Namjoon di sini, tapi Seokjin tidak punya pilihan yang seperti itu. Sojung agak kecewa saat Seokjin memberitahunya akan datang terlambat, lalu gadis itu mengatakan ia akan makan malam hanya jika Seokjin di sini, dan Seokjin tak mungkin membiarkan Sojung melewatkan makan malamnya hanya karena Seokjin yang malas bertemu Namjoon.

Namjoon tak menjawab, dia hanya menggeser tubuhnya, memberi ruang untuk Seokjin bisa masuk.

Selanjutnya Seokjin langsung menuju kamar Sojung yang terbuka lebar. Gadis itu sedang tidur dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Wajah gadis itu agak merah, ketika Seokjin menyentuhnya, panas tubuh Sojung langsung terkonduksi ke punggung tangannya.

"Bangunkan saja, dia harus makan untuk bisa meminum obatnya." Namjoon meletakkan nampan berisi makanan dan obat di nakas, selanjutnya ia pergi tanpa mengatakan apapun lagi pada Seokjin. Tampaknya Namjoon sedang berada dalam mood yang buruk malam ini.

"Seperti gadis PMS saja," cibir Seokjin.

⚫⚪

Sojung bangun tak lama kemudian, setelah Seokjin mengelus kening gadis itu dan memberinya kecupan di kening beberapa kali sampai Sojung merasa terganggu. Ekpresi wajahnya sedikit kesal saat pertama kali membuka mata, namun saat ia melihat Seokjin dengan jelas, gadis itu tersenyum dan bangkit.

"Kau sudah lama?" suara serak Sojung adalah kalimat pertama yang gadis itu ucapkan. Seokjin menggeleng, "baru saja," jawabnya.

Sojung lantas melirik jam yang menempel pada dinding kamarnya, sudah setengah sepuluh malam. "Pasti kau lelah, ya habis dari restoran langsung ke sini?"

"Ha? -–Oh, tidak juga. Saat melihatmu, seluruh rasa lelahku hilang seketika,"Seokjin memaksakan senyumnya, padahal dalam hati dia gugup setengah mati. Seokjin telah berbohong, mengatakan bahwa restoran membutuhkan tenaganya, lagipula ia mengatakan bahwa Seokjin masih harus membayar utang bolos kerja yang pernah ia lakukan beberapa waktu lalu, makanya ia tak bisa mengelak lagi kali ini. "Harusnya kau langsung makan saja, aku khawatir kau tambah sakit demi menungguku. Tapi pacarku ini memang keras kepala!" Seokjin menyentil dahi Sojung, membuat gadis itu mendesis kesakitan.

"Sekarang kau makan, oke?" Seokjin mengambil nampan berisi sup rumput laut dan nasi yang masih hangat untuk Sojung. "Kau tenang saja, perawat Seokjin akan menyuapimu, memastikan makananmu habis lalu kau meminum obatmu dengan baik."

X (SOWJIN)Where stories live. Discover now