27

745 129 29
                                    

Sojung berjongkok memperhatikan kucing kecil yang memakan makanan pemberiannya dengan lahap. Sesekali gadis itu menempelkan ujung telunjuknya di pada kepala kucing itu, lalu mengusapnya.

"Besok besok aku bawa makanan lagi, supaya kau gemukan sedikit, biar kelihatan lebih lucu juga."

Padahal sebelum datang ke tempat les, mood Sojung masih sangat buruk, tapi begitu melihat kucing di hadapannya makan dengan lahap, hatinya jadi merasa bahagia.

"Bahagia itu sesederhana ini, ya. Aku saja yang membuatnya menjadi begitu rumit."

Selesai memberi makan kucing, Sojung berdiri dengan hati-hati, dia tidak ingin seperti kemarin. Niatnya Sojung ingin langsung masuk ke kelas, namun saat melihat Yoongi dengan posisi memunggunginya dan tengah menatap sesuatu dengan serius, Sojung jadi mengikuti arah pandang lelaki itu.

Cheonsa lagi, gadis itu sedang berjalan memasuki gedung yang sama dengan tempat kemarin Cheonsa keluar. Sojung tidak tahu itu gedung apa, tulisannya terlalu kecil untuk di baca dari posisinya sekarang.

Setelah Cheonsa menghilang dari balik pintu, Sojung kembali mengalihkan pandangannya pada Yoongi. Laki-laki itu masih bergeming beberapa saat sebelum membalikkan tubuhnya dengan ekspresi lega. Ketika matanya bertemu pandang dengan Sojung, ekspresi lelaki itu berubah dingin lagi, membuat Sojung mendecih karena jelas sekali perubahan ekspresi lelaki itu meski sebenarnya wajahnya cenderung selalu datar, tidak terlalu banyak memperlihatkan perasaanya.

Sojung lantas berbalik badan dan berjalan menuju kelasnya. Ketika bertemu Eunha, akan ia tanyakan kantor apa yang ada di bangunan seberang itu.

⚫⚪

Tempat praktik mandiri psikiater.

Bangunan yang sedang Sojung tatap itu adalah tempat orang-orang biasa konsultasi masalah mental dan jiwa.

Tidak mungkin Cheonsa adalah psikiaternya atau asisten psikiater, jadi pasti, gadis itu pasiennya.

Gadis itu... sakit jiwa?

Sojung menoleh ke sampingnya ketika merasa ada yang datang, ternyata itu Yoongi yang ikut duduk di bangku panjang depan bangunan tempat les.

Selama beberapa saat hanya hening yang menyelimuti keduanya, sampai Sojung membuka pembicaraan soal Seokjin.

"Apa hari ini Seokjin ke sini lagi?"

Yoongi menoleh, dia sedikit tak percaya kalau yang barusan mengajaknya ngobrol adalah Sojung. Tapi itu memang benar Sojung.

"Tidak."

"Ah, benar juga. Hari ini jadwal Seokjin bekerja," bibir Sojung melengkung ke atas, padahal dia berencana tak akan main kucing-kucingan lagi apabila bertemu Seokjin, sayang sekali hari ini laki-laki itu tidak datang.

Beberapa detik saling diam, Sojung lagi-lagi membuka suara,  "Cheonsa itu... sakit jiwa ya?"

Mendengar pertanyaan Sojung yang tiba-tiba membuat Yoongi menatap tajam gadis itu, tapi Sojung tidak terpengaruh oleh tatapan membunuh Yoongi.

"Aku hanya bertanya, habis, dia masuk ke tempat itu hari ini. Kemarin juga," lanjut gadis itu sembari menunjuk bangunan yang ada di seberang jalan. "Bukankah itu tempat orang-orang yang punya masalah kejiwaan?"

Yoongi masih bergeming. Tidak ada keinginan untuk lelaki itu menjawab, membuat Sojung mencebikkan bibirnya, kesal.

"Apa itu sebabnya Seokjin selalu memperhatikan Cheonsa dan kerapkali mengabaikan aku?"

Yoongi tertawa sinis, "kau yakin pertanyaanmu tidak terbalik?"

"Apa? aku benar. Seokjin selalu lebih mementingkan gadis itu daripada aku. Kalau memang ternyata Cheonsa semenyedihkan itu, mungkin aku akan paham kenapa Seokjin benar-benar peduli pada Cheonsa. Seokjin kasihan padanya."

"Aku kasihan padamu, kau tidak tahu apa-apa, tapi bicaramu besar sekali."

"Dan kau tahu tapi tidak mau memberitahu. Siapa yang salah? Kau!"

Yoongi menyipitkan matanya, satu sudut bibirnya terangkat saat menatap Sojung yang kesal.

"Akan kuberitahu sesuatu," katanya dengan suara yang tenang, tanpa emosi seperti biasanya.

"Saat kau bilang karena Cheonsa lah kau di abaikan, justru kau adalah pengganggunya. Kau adalah orang ketiganya --jangan menyela pembicaraanku," Yoongi memperingati Sojung yang siap protes tak terima, gadis yang gentar itu akhirnya menurut.

"Apa Cheonsa sakit jiwa? tebakanmu benar. Seokjin mungkin tidak mau repot-repot memberi tahu padamu soal ini, karena kau tidak sepenting itu untuk tahu kalau Cheonsa tidak bisu, dia hanya takut bicara pada orang lain, dia fobia berbicara dan satu-satunya orang yang bisa Cheonsa ajak bicara selain keluarganya adalah Seokjin."

"Cheonsa membutuhkan Seokjin lebih dari siapapun. Mudah bagimu untuk mencari orang lain yang bisa kau ajak berteman dan saling bertukar cerita, tapi Cheonsa tidak, dia hanya bisa melakukannya pada Seokjin, dan mantan pacarmu itu tak pernah keberatan dengan hal itu."

"Kau orang ketiganya. Mereka berdua sudah saling melengkapi dari dulu, lalu tiba-tiba kau datang dan mengacaukannya. Kau mulai memonopoli Seokjin dan Cheonsa kehilangan dunianya."

Sojung tertegun mendengar penuturan Yoongi, setiap kata yang terucap benar-benar berusaha ia cerna dengan baik.

"Aku sangat membencimu, karena Cheonsa hampir celaka gara-gara ulahmu. Kau akan marah seperti anak kecil jika Seokjin tidak memenuhi janjinya denganmu, dia jadi harus membiarkan Cheonsa pergi sendiri ke psikiater dan diganggu oleh orang-orang yang memaksanya bicara. Kau tidak tahu kalau Cheonsa panik dan trauma pergi keluar untuk beberapa waktu. Gara-gara hal itu juga aku sempat marah dan membenci Seokjin, kami bertengkar karena Seokjin lebih mementingkan dirimu, takut kau marah. Kau egois Sojung."

"S..Seokjin tidak pernah memberitahuku, mana mungkin aku bisa paham situasinya waktu itu. Aku... tidak salah sepenuhnya," mata Sojung mulai berair, dia tidak terima disalahkan, tapi dia juga ragu alasannya bisa diterima.

"Kau selalu benci topik obrolan tentang Cheonsa. Kau sering menjelekkan gadis itu di depan sahabatnya sendiri, jadi bagaimana caranya Seokjin memberitahumu?"

"Ah, aku terlalu banyak bicara. Intinya sekarang kau tahu kenyataannya. Aku pernah menyuruhmu untuk menyerah, kan? Aku sedang berbaik hati saat itu, supaya kau tidak perlu capek mengusahakan yang kau tidak mungkin meraihnya. Seokjin sudah pasti lebih memilih Cheonsa dan kurasa sampai akhir mereka ditakdirkan bersama. Seokjin tidak mungkin meninggalkan sahabatnya sejak kecil hanya demi dirimu yang belum lama dikenalnya."

Yoongi berdiri, saat itu di seberang jalan sudah ada Cheonsa yang menunggu di luar gedung.

"Kuharap kau paham," ucap Yoongi sebelum menyebrangi jalan dan menemui Cheonsa.

Yoongi tampak bertanya sesuatu, setelah itu keduanya berjalan ke halte yang tak jauh dari sana. Bus datang disaat yang tepat, Cheonsa dan Yoongi langsung naik meninggalkan halte itu.

Sementara Sojung, ia masih bergeming dengan pikiran yang berkecamuk lantaran perkataan Yoongi yang benar-benar membuatnya kehilangan rasa percaya diri untuk berusaha kembali mengambil hati Seokjin untuknya.

Semuanya mendukung Sojung untuk berhenti menyukai pangerannya. Jadi, apa dia harus menyerah sekarang sebelum hatinya menjadi lebih sakit dari ini?

⚪⚫

Indralaya, 12 Maret 2019

Iva

X (SOWJIN)Where stories live. Discover now