39

710 125 12
                                    

"Sojung, ke sini~"

Mendengar namanya dipanggil seperti itu membuat Sojung semakin menekuk wajahnya. Tidak masalah kalau orang-orang itu memang benar memanggilnya, tapi nyatanya, orang lain itu tidak tahu kalau dia adalah gadis bernama Sojung. Yang mereka tahu, Sojung adalah nama kucing lucu yang suka bermain di lingkungan tempat les mereka, dan penyebab semua ini adalah makhluk kurang ekspresi yang berdiri di sampingnya.

"Kau puas?! Argh, aku bisa gila karena ulahmu."

Yoongi hanya menahan tawa melihat Sojung yang mengoceh frustrasi sambil memandangi beberapa anak yang bermain dengan anak kucing tak jauh di depannya.

Kalau soal kalung yang ada nama Sojung di leher si kucing, itu sebenarnya sudah bisa ia copot sejak kemarin jika gadis itu mau. Tapi rasanya akan percuma kalau semua orang sudah mengenal nama kucing itu dengan sebutan Sojung dan akan tetap begitu meski dia mencopot kalung laknat itu dan menggantinya dengan yang baru.

"Kenapa harus namaku, sih? Kau benar-benar dendam padaku, ya?"

"Sudah kubilang, itu terjadi begitu saja. Kucing itu sama merepotkannya denganmu. Makanya, saat anak-anak memperhatikan kucing itu dan bertanya nama, aku menyebutkan namamu."

Sojung tidak menjawab lagi. Percuma, dia mengoceh sampai berbuih pun tak akan mengubah keadaan. Siswa lainnya sudah telanjur tahu kalau nama kucing itu adalah Sojung sejak berhari-hari yang lalu, ketika kucing kecil itu mulai tumbuh dengan baik dan kelihatan lebih sehat dan lucu. Sekarang Sojung hanya harus menerima kenyataan dengan lapang dada.

"Yang memberikan kalung itu juga bukan aku, tapi anak-anak itu," Yoongi menjelaskan tanpa diminta. Omong-omong, Sojung sudah tak peduli lagi. Dia sudah telanjur kesal.

Sojung hanya ingin pulang sekarang, tapi supirnya belum datang, itu sebabnya Sojung terjebak berdua dengan Yoongi saat ini.

Menit berikutnya yang ditunggu Sojung akhirnya datang. Sojung segera menghampiri mobil hitam itu, dan membuka pintu bagian depan.

"Kenapa lama sekali, pak?"

"Maaf nona, tadi macet."

Sojung hanya mendesah pelan, dia juga tidak mungkin mengomeli orang yang lebih tua darinya. Itu tidak sopan.

"O, ya, tadi nona meninggalkan sesuatu di mobil. Bukankah itu belanjaan yang nona beli sebelum ke sini?"

Sang supir menunjuk dua paper bag dari toko berbeda yang ada di jok belakang. Melihat dua benda itu, Sojung menepuk keningnya sendiri.

"Ya ampun, aku sampai lupa," lantas gadis itu meraih paper bagnya. Setelah mengintip dan memastikan Yoongi masih pada posisi tadi, Sojung segera meminta supirnya untuk menunggu sebentar karena ia akan mengurus sesuatu dulu.

Sojung keluar dari mobilnya dan kembali menghampiri Yoongi.

"Kenapa kesini lagi?"

"Ini," Sojung menyodorkan paper bag bawaannya pada Yoongi. "Maaf baru bisa kuberikan sekarang. Itu untukmu, sebagai ucapan terima kasih karena telah menolongku waktu itu."

Yoongi tampak ragu, kemudian lelaki itu menggeleng pelan, "tidak usah."

"Hei, kau tidak boleh menolak kebaikanku. Ini untukmu," Sojung meraih tangan Yoongi dan memaksa laki-laki itu menggenggam tali paper bag pemberiannya. Setelah Yoongi menerima itu, Sojung menyodorkan satu paper bag lagi.

"Eum, aku juga mau minta tolong padamu," gadis itu berkata lirih. "Bisakah kau berikan ini juga pada Cheonsa eonni?"

"Tidak."

"Benar benar ya, kau ini. Kau bahkan tidak basa-basi lagi untuk menolak permintaanku."

"Harusnya kau memberikan itu langsung kepada Cheonsa."

Sojung mendesah pelan, "harusnya begitu. Tapi aku... aku malu setelah semua perkataan buruk yang kutujukan padanya, kurasa aku tidak pantas menemuinya."

"Ya sudah, tidak usah. Jangan membuat repot hidupmu sendiri."

Salah besar Sojung mengobrol dengan makhluk es di hadapannya ini.

"Kalau begitu aku akan menitipkannya lewat Seokjin."

"Kau pikir dia akan mau menemuimu?"

"Tentu saja," Sojung tersenyum bangga, "kau tidak tahu sih, kemarin kan Seokjin menjengukku. Dia bahkan membawa bolu pisang kesukaanku. Sepertinya prediksimu salah soal Cheonsa dan Seokjin. Nyatanya, Seokjin masih menyukaiku."

Mendengar perkataan Sojung yang lebih terkesan pamer itu membuat Yoongi mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih serius.

"Apa Cheonsa tahu Seokjin menemuimu?"

"Kurasa iya," jawab Sojung cepat. "Soalnya Cheonsa menelfon Seokjin waktu itu. Dia kan selalu menelfon Seokjin saat tahu Seokjin sedang bersamaku. Mungkin dia iri atau tidak rela aku bersama sahabatnya. Jadi dia sengaja mengganggu waktu kami --astaga!" Sojung menutup mulutnya dengan tangannya begitu menyadari dia baru saja mengatakan hal buruk lagi soal Cheonsa. Dalam hati, Sojung merutuki dirinya sendiri.

"Maaf, maafkan aku," kata Sojung selanjutnya sembari membungkuk beberapa kali pada Yoongi yang mulai tersulut emosi. "Aku tak akan bicara lagi, aku pulang sekarang."

Sojung berbalik hendak menuju mobilnya, namun Yoongi menahannya. Laki-laki itu merebut paksa paper bag yang ada di tangan Sojung, kemudian dengan nada dingin dia berkata, "aku yang akan memberikan ini untuk Cheonsa. Jangan pernah temui Seokjin lagi, apalagi sampai Cheonsa tahu soal pertemuan kalian."

Sojung hendak membantah dan berkata apa hak Yoongi memberinya perintah seperti itu, tapi tatapan tak bersahabat laki-laki itu membuat nyali Sojung ciut duluan.

Jadi, gadis itu hanya berusaha menarik tangannya dari genggaman Yoongi tanpa mengatakan apapun. Setelahnya, gadis itu segera kembali ke mobil dengan perasaan ngeri lantaran sikap Yoongi barusan.

"Dia bisa membunuhku bahkan hanya dengan matanya," gumam gadis itu.

⚫⚪

Indralaya, 23 Maret 2019

Iva

X (SOWJIN)Where stories live. Discover now