15

879 137 14
                                    

Seokjin membuka kotak bekal pemberian Sojung, lelaki itu tersenyum tipis mendapati isinya yang tersusun rapi, dan seperti yang Seokjin tahu, Sojung memang sangat memperhatikan soal gizi dalam makanannya, jadi gadis itu menambahkan banyak sayuran hijau di sana. Ada sticky note di atas kotak bekal itu. Sojung bilang, dia tidak boleh seperti Taehyung yang sering membuang-buang sayuran, Seokjin harus makan semua sayuran yang sudah Sojung masak.

"Mulai luluh, hah?"

Mendengar suara Hana, sontak Seokjin menutup bekal dari Sojung dan kembali memasang ekspresi datar. Lelaki itu berdecak saat Hana cekikikan di sebelahnya.

"Kenapa, sih kau tidak balikan saja dengan Sojung? Dia gadis yang baik dan gigih. Kau benar-benar akan menyesal kalau Sojung sudah menemukan lelaki yang jauh lebih baik darimu."

"Sudahlah, aku tidak mau mendengar ocehanmu, Hana," Seokjin akan berlalu, namun Hana menahan pergelangan tangan Seokjin, ekspresi wajahnya berubah serius.

"Kalau memang kau tidak ingin kembali pada Sojung, katakan sekali lagi dengan tegas."

Seokjin sudah pernah melakukannya, kurang kejam apalagi dia pada Sojung.

"Bicaralah padanya kali ini dan akhiri semuanya, supaya dia berhenti datang untuk hal yang sia-sia seperti ini, katakan apapun yang membuat gadis itu menyerah, mungkin seperti kau sudah punya pacar atau sebenarnya kau gay --"

"Kau gila?!" Seokjin otomatis mengempaskan tangan Hana, lelaki itu bergidik ketika mengingat yang barusan Hana katakan.

"Itu cuma contoh Kim Seokjin. Lagipula, bisa di coba, kan? Siapa tahu Sojung jadi benar-benar jijik padamu."

"Ugh, sudahlah. Lebih baik aku kembali bekerja saja," Seokjin meninggalkan dapur ke ruang makan yang dipenuhi pelanggan.

Saat itu seorang pelanggan baru saja datang, dia celingukan seperti mencari sesuatu, beberapa saat kemudian pelanggan itu tersenyum dan berjalan ke sudut ruangan tempat Sojung berada.

Pelanggan itu tampak akrab dan berbicara santai dengan Sojung, membuat Seokjin mengernyitkan keningnya, tak suka.

Selain Taehyung, Seokjin baru tahu kalau Sojung punya teman akrab lelaki lain. Atau jangan-jangan itu teman spesialnya?

Seokjin menggeleng pelan, kenapa juga dia malah membuat spekulasi tidak penting seperti itu. Apa pedulinya, lagipula, jika Sojung memang punya pacar atau teman spesial baru, harusnya Seokjin merasa senang dan lega karena sebentar lagi dia bebas dari penguntit bernama Sojung.

Seokjin segera sadar dari lamunannya setelah salah satu rekannya menepuk pundaknya. "Seokjin, sana, datangi pelanggan baru itu. Aku harus mengangkut piring kotor di meja lain."

Mau tak mau Seokjin menurut. Lelaki itu berusaha bersikap biasa saja, tak ingin mengacuhkan keberadaan Sojung, tapi suara lirih Sojung seperti magnet yang menariknya untuk menoleh dan bertatapan dengan mata sayu gadis itu.

Tiba-tiba dia ingat perkataan Hana, langsung saja lelaki itu menulis sesuatu pada kertas di tangannya. Setelah memberikannya pada Sojung, Seokjin cepat-cepat membuang muka.

⚪⚫

Tiga puluh menit kemudian Eunwoo pergi, katanya dia harus kembali ke kampus untuk menyelesaikan beberapa urusan organiasasi. Sojung akhirnya bisa bernafas lega.

Gadis itu mengamati sekitar, pelanggan sudah banyak berkurang dan Seokjin baru saja kembali ke dapur setelah mengantar pesanan.

Setelah ini sepertinya pekerjaan Seokjin tidak terlalu banyak. Rasanya Sojung ingin langsung bertemu saja sekarang, selain karena Sojung tak sabar mengobrol dengan lelaki itu, sebenarnya Sojung juga sudah cukup lelah.

Memar yang tiba-tiba muncul di lengannya sudah cukup menjadi peringatan keras agar gadis itu beristirahat atau Sojung akan kembali menginap di rumah sakit malam ini.

Harapan Sojung terkabul beberapa menit kemudian. Seokjin menghampiri mejanya, Sojung langsung memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih tegap.

"Hai, Seokjin," sapa gadis itu ramah, tapi rasanya tetap saja kaku padahal Sojung ingin mereka bisa bersikap biasa saja seperti saat pacaran dulu.

"Kau... sudah mencicipi bekal dariku?"

Seokjin mengangguk, "terima kasih, tapi jangan lakukan ini lagi."

Sojung cemberut, pasti karena Cheonsa, pikirnya. "Tapi aku suka melakukannya. Aku sedikit kesal saat tahu dari Taehyung bahwa kau lebih suka menerima bekal dari Cheonsa daripada aku."

"Tapi sekarang kita sudah putus."

Sojung mengerjap beberapa kali, dia tidak tahu kenapa tiba-tiba saja matanya terasa perih saat ini.

"Sudah hampir satu bulan yang lalu hubungan kita berakhir, tidak bisa kah kau menerima fakta itu?"

"Tapi kenapa?" Sojung balik bertanya dengan suara lirih, tenggorokannya tercekat oleh rasa sakit yang tertahan di sana. "Secara tiba-tiba, tanpa alasan. Kau pikir aku bisa menerimannya begitu saja? Saat itu juga kita tidak sedang bertengkar, kan?"

Apa sebuah alasan begitu penting untuk dikatakan? Seokjin pikir, untuk mengakhiri suatu hubungan cukup dengan mengatakannya dan Sojung mau tak mau harus menerima itu. Sementara Sojung masih terus bertanya "mengapa", Seokjin justru semakin menundukkan kepalanya.

"Setidaknya aku mendengar penjelasan yang masuk akal darimu, kenapa saat itu kau langsung memutuskan hubungan kita, kau langsung memblokir seluruh kontakku dan mengindariku?"

"Aku... aku hanya sudah berhenti menyayangimu, aku tidak menyukaimu lagi, hanya itu," ucap Seokjin tanpa berani menatap lawan bicaranya.

Jadi ini sebabnya Seokjin selalu menghindar berbicara dengan Sojung. Dia khawatir tidak bisa mengatakan apapun dan kembali jatuh pada gadis itu, dan dugaannya hampir seratus persen benar.

"Bohong! Aku tahu ini bukan maumu, pasti karena Cheonsa, kan? dia yang ingin kita putus. Iya, kan?"

Seokjin otomatis mengangkat wajahnya dan menatap Sojung dengan glabela yang mengerut, "jangan bawa-bawa Cheonsa. Kenapa kau selalu saja melibatkan dia dalam setiap hal yang aku lakukan?"

"Karena memang begitu, kan?"

"Ini keputusanku, Sojung. Jangan menyalahkan siapapun. Aku memikirkan segalanya dan aku benar-benar tidak bisa kembali menjalani hubungan denganmu. Jadi, aku mohon, berhentilah datang ke sini, kau harus mulai melupakan aku. Kita fokus pada hidup masing-masing saja."

"Mana bisa..."

"Kau hanya tidak mau."

Sojung berhenti menjawab. Dia terlalu sibuk dengan air matanya. Gadis itu menahan isakannya agar tak terdengar orang lain dan menjadi pusat perhatian.

"Maafkan aku," Seokjin berkata lirih, lelaki itu bangkit dari kursinya. "Pembicaraan ini selesai."

Sojung semakin terisak, gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Dia berusaha keras menghentikan laju air matanya, namun rasanya sulit sekali terlebih saat Sojung menyadari semuanya benar-benar berakhir.
⚪⚫

Indralaya, 05 Maret 2019

Iva

X (SOWJIN)Where stories live. Discover now