Larayn | Part 28

3K 207 42
                                    


Budidayakan vote sebelum atau sesudah membaca dan komentarnya jangan lupa
.
.
Happy reading!!

🍁🍁🍁

Setelah mandapat usiran dari Nadira, Rayn memutuskan untuk pulang, ia berjalan dengan gontai menghampiri motornya di parkiran. Namun sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya. Dengan malas ia merogoh ponsel di saku celana jeans nya dan membaca isi pesan tersebut.

Rayn menghela nafas kasar. Setelah itu ia segera menaiki motornya dan melesat menuju ke rumah sakit.

Sesampainya disana, Rayn segera mencari ruangan Hanum, karena pesan yang ia terima adalah dari Hanum yang menyuruhnya untuk ke rumah sakit.

"Bagaimana keadaanmu? Apa kau sering merasa mual dan demam?" tanya Hanum, saat Rayn telah masuk ke ruangannya.

Rayn terdiam sebentar. "Hanya demam."

Hanum tersenyum dan memberikan kantong berisi pluk obat Sorafenib dan regorafenib didalamnya.

"Kamu tidak bisa menjalani kemoterapi kuratif sistemik karena banyak efek samping yang akan berdampak semakin parah pada hati dan organ lainnya, terlebih lagi kankermu sudah memasuki stadium lanjut, jadi kamu hanya bisa menjalani kemoterapi paliatif target, dengan obat itu," ucap Hanum seraya meremas bahu Rayn memberi semangat pada cowok tersebut. "Kamu jangan menyerah ya, Ibu yakin kamu akan mendapatkan pendonor."

Rayn mengangguk. "Terimakasih, Bu Hanum," sahut Rayn dengan senyum tipisnya. Namun dimata Hanum senyum tersebut seperti senyum pasrah dan menyerah.

Hanum menghela nafas pelan. "Jangan takut minum obatnya, karena dosisnya lebih rendah dan efek samping nya juga lebih sedikit. minum obat dengan rutin dan di saat kamu merasa benar-benar membutuhkannya. Jika sudah habis hubungi Ibu."

"Selama mengkonsumsi obat ini, saya masih bisa beraktifitas kan, Bu?" tanya Rayn dengan serius.

Hanum mengangguk. "Bisa, asal tidak berat."

"Oke kalau begitu saya pulang dulu, Bu. Nanti saya transfer uang untuk tebusan obatnya," ujar Rayn seraya memasukkan pluk obat ditangannya ke saku sweaternya.

"Tidak perlu, Ibu hanya ingin menolongmu, banyak uang juga tidak ada gunanya untuk Ibu." Hanum menolak Rayn membayar obat tersebut, karena sekarang dia tidak menginginkan uang, yang ia inginkan sekarang adalah anaknya.

"Sebenarnya dia juga sama seperti Ibu," ucap Rayn membuat Hanum tertegun. Jelas sekali bahwa Hanum mengerti siapa maksud Rayn.

"Ibu dan dia, punya keinginan yang sama, yaitu kembali bersama," Rayn berbalik ke arah pintu dan membelakangi Hanum. "Ibu hanya perlu tau, sebenarnya dia masih peduli."

Rayn keluar dari ruangan Hanum setelah membuat wanita tersebut terdiam membisu, ia terus berjalan menjauh dan hilang ditelan belokan koridor rumah sakit.

***

"Jadi, Marlen itu mantan pacar lo," Lara mengangguk paham dengan barisan kalimat Dian saat menjelaskan hubungan tentang dirinya dan Marlen.

"Iya, maafin gue, Fal. Soalnya nggak ngasih tau lo tentang ini," ucap Dian merasa bersalah pada Lara, Padahal mereka sudah hampir lima tahun bersama, dan Lara selalu jujur padanya, tetapi dirinya sering menutup diri dari Lara.

LARAYN (on going)Where stories live. Discover now