Larayn | Part 24

2.7K 223 71
                                    

Budidayakan vote sebelum atau setelah membaca.
.
.
Happy readiing!

🍁🍁🍁

Lara bangkit dari rebahannya saat mendengar ponselnya yang diatas nakas berdering dan bergetar. Ia meraih benda pipih tersebut dan melihat nama Rayn tertera disana. Lara tidak percaya Rayn mengubunginya setelah memberikan rasa sakit pada dirinya.

Lara meletakkan kembali ponsel tersebut, membiarkan ponselnya terus bergetar dan berdering. Cewek itu lebih memilih mengganti baju seragamnya dengan baju rumahan, tanpa niat sedikitpun menjawab panggilan Rayn.

"Non, ada yang nyariin Non diluar!" ucap Bi Irah dari depan pintu kamar Lara.

Lara membuka pintu kamarnya. 
"Siapa, Bik?" tanya Lara.

"Nggak tau Non, kayaknya Bibik juga baru lihat."

Lara menautkan alisnya bingung serta penasaran. Tak mau penasarannya beranak pinak, Lara memutuskan untuk melihat orang tersebut.

"Hai!"

Lara syok, hampir saja ia menutup pintu jika seseorang itu tidak menahannya. 
"Ngapain lo disini?" tanya Lara dengan raut marah sekaligus takut.

"Gue cuma mau minta maaf," sahut Marlen seraya menyodorkan tangannya untuk bersalaman. 

Lara ragu untuk menyambut tangan Marlen, terlalu dini cewek itu percaya pada orang seperti Marlen, bahkan insiden ia lompat kolam kemaren belum lama berlalu.

Marlen menarik tangannya kembali. Mengepalkan tangannya dengan sangat erat. Lara bisa melihat itu, melihat bahwa cowok didepannya saat ini tengah menahan amarahnya, sudah Lara tebak pasti ini masih dalam pertikaian jatuh menjatuhkan diantara Marlen dan Rayn.

"Kalo mau balas dendam sama Rayn, maaf gue udah bukan siapa-siapa dia lagi." ucap Lara dengan wajah datarnya.

Marlen tertawa renyah. "Maksud lo apa? Gue serius minta maaf sama lo, bukan karena ingin balas dendam." jelas Marlen dengan tersenyum tanpa tersinggung.

"Gue udah maafin elo."

Marlen tersenyum, ternyata Lara hanya cewek polos, mudah luluh dan pastinya mudah diganggu. Ia ingin tau bagaimana reaksi Rayn jika tau dirinya menemui Lara. Marlen tidak peduli tentang hubungan Rayn dan Lara, kandas atau tidaknya. Cowok itu hanya ingin melihat Rayn terusik.

"Gue ngerti kenapa Rayn bisa suka sama lo."

"Karena gue yang maksa. Udah tau kan? Mendingan lo pulang." usir Lara, ia tak tau pasti apa maksud dan tujuan Marlen datang kemari, tapi Lara yakin cowok itu bukan bermaksud baik.

"Gue pulang, tapi kasih nomor lo dulu." syarat Marlen.

"Maksud lo apaan sih?" tanya Lara mulai panas dengan makhluk seperti Marlen ini.

"Maksud gue biar kita tambah dekat gitu, kalau lo butuh bantuan gue, lo bisa calling gue." cengir Marlen membuat Lara berpikiran kemana-kemana.

"Elo nggak suka sama gue kan?" tanya Lara dengan mata menyipit.

Marlen menggeleng pasti.
"Enggaklah, makanya jangan jutek nanti gue suka, elo jadi anak penurut aja biar gue nggak suka."

LARAYN (on going)Where stories live. Discover now