Larayn | Part 16

3.1K 216 10
                                    

Jangan lupa vote dan komentar.
.
.
Happy readiiing!!

🍁🍁🍁

Lara berdiri di depan halte menunggu angkot lewat, sejak berpacaran dengan Rayn, Lara memang sudah jarang menggunakan motornya untuk pergi kesekolah. Karena ia selalu berharap Rayn menjemput dan mengantarnya pulang.

Lara masih memikirkan tentang hubungannya dengan Rayn, ternyata dirinya benar-benar jatuh cinta pada cowok itu dan artinya ia benar-benar sakit jika Rayn dan Tiara mempunyai hubungan spesial.

"Mikirin apa?"

Lara tersadar dari lamunannya dan melihat Rayn ada dihadapannya tepatnya bertengger manis di motornya, Lara menjadi salah tingkah dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, jika Rayn tahu dia sedang memikirkan hal-hal aneh, pasti cowok itu akan kesal dan mendiaminya.

"Aku.."

"Nggak usah dijawab, cepetan naik."

Tanpa ingin membuat Rayn badmood, Lara segera naik dan menjadikan sweater Rayn sebagai pegangan. Jika boleh jujur Lara ingin memeluknya, namun ia tahu sampai mana batasannya dengan Rayn.

"Nggak usah pegangan sekalian, kalo cuma megang sweater gue."

Lara mengerjap, apa maksud Rayn ia boleh memeluk cowok itu? Lara tidak tau bagaimana mengungkapkan perasaan bahagianya, langsung saja ia melakukan apa yang memang ingin ia lakukan dari dulu, yaitu memeluk Rayn.

"Udah."

Setelah itu Rayn melajukan motornya membelah jalan ibu kota yang saat ini begitu panas. Dua remaja itu hanya berdiaman tidak ingin membahas topik apa-apa.

Rayn menghentikan motornya di depan sebuah kafe.

"Masih bisa turun sendirikan?" tanya Rayn ketika ia tidak merasakan tanda-tanda Lara akan turun dari motornya.

"Bisa kok, aku pikir cuma berhenti doang." ucap Lara seraya turun dari motor, cewek itu merapikan penampilannya dan rambutnya yang berantakan karena tertiup angin.

"Aneh."

Rayn berjalan menuju kafe setelah mengucapkan itu. Lara yang melihatnya langsung ikut melangkahkan kakinya mengikuti Rayn, sedikit bingung juga dengan maksud Rayn membawanya kemari.

Mereka duduk disalah satu meja yang ada didalam kafe tersebut. Seorang waitress menghampiri mereka memberikan contoh menu yang ada di kafe itu.

"Nasi goreng dua sama lemon tea dingin dua. Udah itu aja."

Lara yang tengah melihat-lihat menu untuk menemukan selera lidahnya mendongak menatap Rayn, cowok itu bahkan tidak bertanya apa yang diinginkan olehnya.

Sang waitress pun berlalu dari sana untuk segera menghantarkan pesanan sederhana Rayn.

"Kok nasi goreng?" tanya Lara sedikit kesal.

"Gue lapar, kenapa lo nggak suka?" tanya Rayn cuek. Baginya kalau sudah lapar harus segera dituntaskan, jika menunggu Lara membuka menu dan mencari-cari yang diinginkannya akan memakan waktu lama.

"Aku nggak suka nasi."

Rayn malah memilih memainkan ponselnya tanpa mendengarkan Lara. Cewek itu mendengus kesal.

"Sebenarnya kamu niat nggak sih ngajak aku makan?"

Pertanyaan Lara terdengar seperti dengusan ditelinga Rayn, membuat cowok itu mengalihkan pandangannya pada cewek yang mulai mengisi hari-harinya walau menjadi hal yang tidak menyenangkan, namun sedikit membuat harinya jauh dari kata hambar.

"Nggak niat-niat amat sebenarnya, kalau nggak suka lo boleh pulang." ucap Rayn santai. Sudah untung ia mau mengajak makan cewek itu malah protes, jika dia tidak suka makanan yang ia pesankan bisa diganti.

LARAYN (on going)Where stories live. Discover now