Larayn | Part 17

3.1K 206 15
                                    

Budidayakan vote setelah membaca.
.
.
Happy readiing!

🍁🍁🍁

Seluruh murid telah berpulangan, tapi tidak untuk Rayn, cowok itu masih duduk dikursi pennon dengan mata yang tak teralih dari pemain basket, mereka begitu lincah bergerak kesana-kemari memainkan bola, pandangannya menangkap sosok kapten basket, yaitu Revan.

Rayn tersenyum getir. Andai ia bisa berada diposisi seperti mereka, tidak payah dalam mengeluarkan tenaga, namun ia hanya bisa memandangi, megerti sendiri, menyerah dan meninggalkan.

"Ray! Yuk main bareng!" ajak Revan dari lapangan.

"Maaf gue nggak bisa." balas Rayn.

"Bentar doang kok, lagian kita belum pernah liat lo main," ucap pemain lainnya.
Rayn mulai menimang-nimang ajakan Revan, dan akhirnya cowok itu bangkit dari duduknya, ia merasa ini tidak akan apa-apa, ia hanya ingin mencoba bagaimana bermain dengan orang lain selayaknya.

Mereka mulai bermain, Rayn sangat serius dengan bermain, sudah lama sekali ia tidak bermain seperti ini ditahun terakhir, karena ia mudah lelah dan lemas.

Rayn mendrible bola dengan begitu lincah, ia mengeluarkan seluruh kepiawaiannya dalam memainkan bola pantul tersebut, walau sebenarnya saat ini ia merasa sangat lelah dan lemas namun ia ingin sampai ke finish. Kakinya bergerak cepat dengan mendrible bola kesana kemari untuk menghindari lawan, ia melompat dengan bola berada ditangan kanannya. BERHASIL, bola berhasil masuk ke ring. Ternyata permainan Rayn masih bisa dibilang bagus.

Bruukkk!

Tubuh lemah nan kaku tersebut terdampar di tengah lapangan. "Aku berhasil," lirih Rayn tersenyum tipis dengan wajah dan bibir pucatnya.

"Rayn!!" panggil Revan sembari berlari mendekati tubuh kaku tersebut.

Rayn memejamkan matanya sebentar, setelah itu ia bangkit perlahan, ia cukup bersyukur darah dari hidungnya tidak keluar. Memalukan sekali, terlihat lemah seperti ini.

"Lo nggak papa?" tanya Revan khawatir melihat wajah pucat Rayn.

"Gue nggak papa, jangan tunjukkan wajah kasihan didepan gue, seolah-olah gue mau mati." sahut Rayn seraya meninggalkan Revan dan pemain lainnya yang menatap aneh pada Rayn.

Revan masih terdiam ditempat, setelahnya mengedikkan bahunya acuh, dirinya hanya khawatir bukan mengejek atau pura-pura kasihan, namun Rayn memberi respon negatif padanya, jadi Revan akan menjadi tak peduli.

🍁🍁🍁

Didalam sebuah kafetaria yang selalu diminti oleh anak muda, Lara duduk berhadapan dengan Gavin di sana. Malam ini Gavin mengajak Lara ketemuan karena merindukan cewek itu, mereka sudah jarang bertemu karena beda sekolah. Apalagi pertemuan dikafe kemaren tidak bisa lama dengan Lara.

"Fal, lo belum putus ya?" tanya Gavin to the point.

Gavin selalu memang cowok aneh, tapi membuat Lara nyaman, cowok itu akan terus terang mengenai isi hati dan apa yang ingin diucapkannya, well memiliki kesamaan dengannya, dan kenapa mereka tidak bersama saja jika sudah nyaman dan memiliki kesamaan? Jawabannya hanya simple, tentang cinta, Lara tidak pernah mencintai cowok itu, baginya Gavin hanya sosok teman dan sampai kapanpun status mereka tak akan pernah berubah.

Lara menggeleng. "Belum Gav, emang kenapa?"

Gavin tersenyum tipis, walau sebenarnya ia kecewa ketika mengetahui Lara belum putus dari Rayn. Terlalu rumit memang ketika Lara sudah nyaman menjadi seorang teman dan tentunya ia sudah tahu bahwa akan sulit untuk Lara menghancurkan sebuah pertemanan, apalagi hanya karena perasaan sepihak. "Yah..padahal tadi gue mau ngajak balikan."

LARAYN (on going)Kde žijí příběhy. Začni objevovat