Larayn | Part 20

2.8K 201 19
                                    


B

udidayakan vote setelah membaca.
.
.

Happy readiing!

🍁🍁🍁

Lara berjalan keluar dari gedung sekolah sendirian, sedangkan Dian sudah dijemput bundanya karena ada acara keluarga dirumahnya. Jadi dia harus menaiki kendaraan umum sendirian.

"Tiiiin!!"

Lara mengalihkan pandangannya ke arah suara klakson.

"Fal, mau gue anter nggak, lumayan ngirit ongkos." tawar Revan dari atas ninjanya.

Setelah itu Rayn juga menghampiri dengan motor schoopynya. "Gue nggak nawarin, kalo lo mau gue anter, gue anterin." ujar Rayn dengan cuek.

Lara sedikit bingung, kemana motor Sport Rayn, kenapa cowok itu memakai motor schoopy? Namun Kara segera tersadar, ia harus memilih pulang dengan siapa sekarang.

"Sorry Rev, gue pulang bareng Rayn yah, makasih udah mau nawarin."

Lara lebih memilih pulang dengan Rayn, karena Rayn adalah pacarnya, tidak mungkin ia pulang dengan cowok lain, sementara cowoknya mau ngantarin terlebih lagi jarang-jarang Rayn mau boncengin Lara pulang. Ia naik dijok belakang motor Rayn.

Revan tersenyum. "Nggak papa, hati-hati ya." ujar Revan masih dengan senyumannya.

Lara mengangguk menanggapi ucapan Revan. Motor yang mereka tumpangi melaju membelah panas siang yang masih terasa walau sudah tersapu oleh angin.

Di atas motor tersebut tak ada percakapan sama sekali, diam bagai orang yang tidak kenal. Lara merasa Rayn masih marah dengan sikapnya dikantin beberapa waktu lalu, tapi dia juga punya hak buat melindungi apa yang ia miliki sehingga tidak direbut orang lain.

"Rain," tegur Lara.

"Hmmm." Rayn menaggapi dengan deheman.

"Kamu masih marah sama aku?" tanya Lara hati-hati.

Rayn menghela nafas pelan.
"Ra, kenapa sih lo sering nanya gue marah sama lo?" tanya Rayn.

Lara mengerjapkan matanya satu kali memikirkan jawaban kenapa dia selalu menanyakan kemarahan cowok itu.
"Karena kamu diem aja, nggak ngomong-ngomong."

"Emang kalo lagi nggak marah, gue cerewet?" tanya Rayn.

"Enggak."

"Yaudah mulai sekarang lo nggak usah nanyain itu kalo lo ngerasa diri lo nggak salah." ujar Rayn, setelah itu motor yang mereka tumpangi berhenti didepan rumah Lara. Rayn membuka helmnya seraya menunggu Lara turun dari motornya.

"Jadi gitu ya, tapi tadi aku nggak ngerasa salah udah berburuk sangka sama Tiara, habisnya dia nempel mulu sama kamu."
Ucap Lara jujur, memang ia tidak merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan tadi di kantin, tapi apakah yang diucapkan Rayn tadi masih berlaku untuk yang itu, kalo dirinya merasa nggak bersalah berarti Rayn tak marah.

Rayn turun dari motornya. "Ra, gue mau ingetin sama lo, hidup ini nggak cuma tentang cinta, tetapi tentang keluarga, sahabat, dan orang lain." ujar Rayn dengan nada lembut. "Dan gue paling anti dengan namanya cinta terobsesi. Kalo lo mau hubungan kita baik-baik saja, cintai gue selayaknya."

Kalimat panjang Rayn sedikit terdengar berbeda ditelinga Lara, cowok itu tampak rapuh dengan segala rahasianya. Ingin sekali Lara memasuki dunia cowok itu tetapi seperti yang Rayn katakan barusan, cintai dia 'selayaknya.'

"Rain, aku nggak tau mencintai selayaknya seperti apa, karena aku juga pertama kalinya mencintai. Dan kenapa harus dengan selayaknya?"

"Cinta selayaknya nggak akan ngebuat lo kehilangan ketika ditingggalin, dan lo juga lebih mudah melabuhkan hati lo sama orang yang benar-benar nggak akan nunggalin lo."

LARAYN (on going)Where stories live. Discover now