Ch. 50

3.9K 695 67
                                    

Sehun rasanya lelah sekali, sungguh. Ia hanya lelah, bukan menyerah, okey? Niat awalnya Sehun akan menitipkan Jinyoung dan Haowen pada si Tua bangka atau si Kris tonggos. Hanya saja niat itu ia urungkan karena bagaimanapun, ia tidak ingin membuat dua anaknya itu lebih sedih lagi dari ini.

Meraih ponselnya, Sehun menelfon Suho, si sekretaris paling berguna sepanjang masa. Masa bodoh dengan ini yang sudah masuk tengah malam. Sehun tak peduli.

"Halo?"

"Jajan-"

"Tak usah bicara kau! Aku tau apa yang harus aku lakukan. Selamat malam."

Pip.

Sambungan di putus sepihak oleh si kecil Suho. Kurang ajar sekali memang. Menatap layar ponselnya cukup lama, setelah itu baru kembali lagi menelfon Suho. Ia harus mengatakan sesuatu!

"Apa lagi?!" Suho terdengar kesal dari seberang sana. Ini sudah lewat jam tidurnya dan si pria sialan itu terus saja merecoki malam tenang miliknya.

"Harus aku yang mematikan telfon. Tak peduli apapun itu! Bye!"

Ajaib memang, anaknya sedang mendekam dalam kedinginan malam di balik jeruji besi, dan ia sibuk mempermasalahkan siapa yang harus memutus sambungan telfon? Dan anaknya masih mencintainya? Anaknya lebih ajaib lagi ternyata!

Lama terdiam dalam gelapnya malam, Sehun mulai mengacak-ngacak lagi ponselnya. Siapapun yang akan ia telfon setelah ini, dia harus mengangkatnya dan harus Sehun yang memutus sambungan.

Sehun memiliki komplikasi tertentu dengan kata 'di putuskan'. Dia alergi!

"Apa kau tak bisa sabar menunggu pagi sebentar lagi?!" Suara berat di ujung sana membuat Sehun mendecih kesal. Memang dia akan peduli? Tidak! Maaf-maaf saja.

"Mari tetapkan dua tersangka!" Ujar Sehun tanpa beban. Ini masalah anaknya dan itu harus diutamakan. Tak peduli apapun!

"Siapa?" Kris, pria bersuara berat di ujung sana mencoba mengumpulkan kesadarannya. Ia terlalu malas berpikir di pagi-pagi buta begini. Otaknya masih membeku.

"Choi Seungcheol dan ayahnya. Bahkan Lucas dan Xukun juga berpikiran begitu." Jelas Sehun. Teman dekat anaknya itu baru saja mengirim pesan sekitar tiga puluh menit yang lalu. Dan Sehun mengamini ucapan dua anak itu.

"Kenapa?" Tanya Kris yang sudah sepenuhnya sadar. Tidur bisa ia lanjutkan nanti sepertinya.

"Hanya dua Undur-undur itu yang mencari masalah dengan Jasper terakhir kali."

Kris membenarkan, tapi sepertinya itu ada yang kurang. Bahkan setengah dari diri Kris tidak mendukung pemikiran adiknya itu kali ini. Terlalu mudah di tebak jika seperti itu.

"Kita bicarakan nanti siang. Otakmu terlalu bodoh saat ini." Kris berujar santai. Membiarkan Sehun dengan geraman tertahannya yang Kris abaikan. Masa bodoh saja ya.

"Aku tidak ingin masalah anakku di tunda-tunda dan aku harap, tidak! Aku mewajibkan kalian untuk benar-benar ada nanti siang. Bye!"

Pip.

Kris hampir saja membangsatkan adiknya jika tidak ingat akan ada Jiyeon yang akan dengan penuh suka cita memelintir pusarnya sekeras yang wanita itu bisa.

Tidak akan Kris biarkan! Kris masih menyayangi dan mencintai pusarnya yang berharga itu dengan sepenuh hati.

**

Jasper hanya menatap malas pada penghuni yang saat ini satu sel dengannya menggunakan raut tak bersahabat miliknya.

Jasper kira hanya dirinya yang mendapat masalah hari ini, ternyata masih banyak juga yang bernasib sama dengannya.

My Teacher My Husband : Perfect DaddyWhere stories live. Discover now