Ch. 28

6.3K 917 81
                                    

Kuartet Oh sedang duduk tenang di depan televisi. Pagi sabtu kali ini mereka habiskan dengan menonton ria, lengkap dengan berbagai makanan dan juga cemilan yang sudah si Master Oh Sehun masak.

Dari kiri ke kanan ada Jesper, Haowen, Sehun, dan terakhir Jinyoung.

Pandangan mereka berempat fokus ke layar televisi di depan sana dengan kaki yang terjulur indah. Mereka sengaja menggeser meja untuk bisa menjadi tempat kaki mereka mendarat nantinya.

Haowen yang tidak tau ini acara apa juga ikut menatap serius pada layar televisi. Mencoba mengerti kenapa tiga pria dewasa di depannya ini bisa seserius itu.

Sibuk mencari dimana letak bagian yang menurutnya harus di seriuskan, Haowen mulai memeluk erat lengan Sehun yang memang duduk di sebelahnya.

"GOOOOOOOOOOOOOL!!"

Haowen hampir saja menangis keras karena terkejut oleh teriakan dua kakaknya dan juga ayahnya. Benar-benar cetar.

"GOOOOOOOOOOOOOL!!" Kali ini Haowen tak mau ketinggalan, dia sudah mulai paham kenapa mereka menjadi sangat hening dan bisa menjadi sangat berisik dalam satu waktu.

'Apa jika bolanya mathuk kita haruth berteriak?' Bathin Haowen bermonolog ria.

Dua saudaranya terlalu serius, apalagi ayahnya. Percuma jika Haowen masih nekat bertanya, tidak akan mendapat jawaban apapun. Sungguh! Percayalah.

"YAAAK! BODOH! TENDANG BOLANYAA! TENDAANG! AISH!"

"APA YANG KAU LAKUKAN?! KENAPA DIAM SAJA?!!"

"Aith BODOH! Kenapa tidak bawa lari thaja bolanya?!"

"Uhuuk!"

Haowen berjengit ngeri dan langsung memanjat kepangkuan Sehun. Suara Jesper benar-benar mengerikan.

"Mian." Ujar Jesper.

Haowen makin beringsut mundur di pangkuan Sehun. Suara Jesper memang patut di pertanyakan. Berat, basah, serak, dan sungguh mengerikan.

"Uhuk!"

Jinyoung langsung berlari dengan kecepatan cahaya kearah dapur. Mengambil gelas kosong dan sebotol madu, lengkap dengan air panas, dan sebuah lemon.

Jika Jinyoung tidak salah baca, perpaduan madu, lemon, dan air hangat bisa dijadikan obat. Itu jika Jinyoung tidak salah ingat. Entah memang pakai lemon entah tidak. Jinyoung tidak terlalu peduli. Anggap saja kali ini Jesper tengah menjadi kelinci percobaannya. Gampang bukan?

Sedangkan Sehun dan Haowen langsung berlari dengan kecepatan suara menuju kamar untuk mengambil selembar selimut tebal. Sepertinya Jesper demam.

"Ini. Minum." Ujar Jinyoung menyodorkan segelas cairan uji cobanya.

"Sini, berbaring saja di pangkuan daddy." Ujar Sehun seraya menepuk-nepuk pahanya.

Haowen? Ya pasrah saja jika memang harus berbagi paha Sehun untuk kali ini.

Sebenarnya Jesper begitu tergoda dengan tawaran Sehun untuk berbaring di pangkuannya. Tapi ya mau bagaimana lagi, gengsi Jesper melebihi besar badannya yang bongsor itu.

"Ck, aku bukan anak kecil." Maka terpaksa sudah Jesper tolak tawaran emas yang tidak akan datang setiap hari. Rugi sih sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi?

Tak.

Jinyoung meletakan dengan segera segelas ramuan eksperimennya tepat di atas meja sebelah kiri Jesper.

Sret.

Dengan tidak berotaknya, telunjuk ramping Jinyoung mendorong dahi Jesper agar berbaring di atas pangkuan Sehun.

My Teacher My Husband : Perfect DaddyWhere stories live. Discover now