Ch. 9

9.5K 1K 88
                                    

"Urus saja." Suara Sehun terdengar memenuhi kamar utama di rumah mewahnya itu.

"..."

"Beri dia surat pemecatan. Aku tidak sebaik itu untuk membiarkan uangku di makan rayap tak berguna." Seperti biasa, suara Sehun akan terdengar dingin dan penuh intimidasi. Terlebih untuk hal-hal yang tidak ia sukai. Saat ini contohnya.

"Jelas saja ada yang salah dengan laporan keuangan." Ia mendesis tidak suka. Para sampah masyarakat itu seharusnya dilenyapkan saja. Memenuhkan permukaan bumi dengan percuma.

"Eunghh dad." Tangan kiri Sehun terulur untuk mengusap kepala Haowen. Membuat tenang si pemilik kepala legam yang saat ini tengah bergelung bagai kepompong di sampingnya.

"Tidurlah. Malam masih terlalu panjang untukmu." Bisik Sehun. Mengecup puncak kepala putranya dan kembali mengecek berbagai jenis laporan yang masuk kedalam emailnya. Melelahkan memang. Tapi mau bagaimana lagi, ratusan bahkan ribuan nyawa bergantung pada laporannya kali ini.

Sehun menghela nafas lelah. Jika saja si kelinci liar itu masih berbaring nyaman di sampingnya, mungkin Sehun akan dengan senang hati membuang laptopnya keatas lantai sana.

"Hhh."

**

"Aish... ini dimana lagi?" Suzy mengerang kesal. Sudah gaunnya terlalu panjang dan juga apa ini? Taman bermain? Apa sekarang ia bertugas menjadi salah satu pengantar mimpi indah? Heol!

"Taman bermain macam apa yang tidak ada pengunjungnya? Belum seles-" ucapannya terhenti saat melihat kepala kecil hitam legam yang menyembul dari balik ayunan yang bergerak teratur di depannya.

"Hai adik kec-" Suzy tau ini mimpi, tapi apa mimpinya harus seperti ini? Maksudnya, bukan berarti Suzy tidak suka. Hanya saja dadanya terasa sesak menahan tangis sekarang.

"Haowen?" Panggilnya kecil. Berdiri di depan anak kecil yang tengah menunduk menatap ujung sepatunya.

"Mommy?" Saat kepala kecil itu tarangkat. Suzy tau jika matanya yang sudah berkaca-kaca tengah mengalirkan aliran kecil di pipi berisinya.

"Hai sayang." Langkahnya Suzy bawa mendekat. Mengusak pelan kepala hitam legam yang sangat mirip dengan Sehun itu. Tersenyum hangat saat Haowen berdiri dari duduknya dan langsung menubruk tubuhnya dengan pelukan hangat.

"Kau sudah sangat besar sekarang." Ujar Suzy. Membawa Haowen dalam gendongannya dan mengecup kedua pipi serta dahi si pemilik muka datar turunannya ayahnya itu, Oh Sehun.

"Mommy, Haowen minta maaf karena thudah membuat mommy pergi." Haowen berbisik kecil dengan kedua tangan kecilnya yang memeluk erat leher Suzy. Terisak sesenggukan karena ia masih merasa bersalah pada wanita cantik yang sudah melahirkannya itu.

"Sst, tidak masalah sayang. Mommy baik-baik saja. Berhenti menangis ok." Suzy mengusap pelan punggung kecil Haowen yang bergetar dalam pelukannya. Suzy tau jika air matanya sudah menggenang di pelupuk mata. Suzy memang baik-baik saja karena itu memang keinginannya. Tapi yang membuatnya tidak baik-baik saja adalah rasa rindunya pada Sehun yang kian waktu kian besar.

"Daddy thangat merindukan mommy." Suara si kecil terdengar bergetar karena tangis. Semakin mengeratkan pelukannya pada leher Suzy yang hanya mengusap sayang punggungnya.

"Maafkan mommy sayang." Bisik Suzy. Mencium sekali kepala Haowen karena ia rasa waktunya tinggal sebentar lagi.

"Mom." Panggil Haowen.

My Teacher My Husband : Perfect DaddyWhere stories live. Discover now