Ch. 10

9.6K 1K 74
                                    

"Aunty, Haowen sedang tertidur. Kau membangunkannya." Kesal Jinyoung. Adik kecilnya bahkan terlonjak kaget karena bantingan pintu yang di lakukan Jiyeon barusan.

"Maaf. Aku tidak tau. Nah, sekarang cepat bergerak ke ruang makan. Kami sudah membuatkan banyak makanan untuk kalian." Ujar Jiyeon. Mengangkat kedua tangannya yang menenteng masing-masing satu plastik besar berisi makanan.

"Sudah di masak? Aku pikir memasak di sini." Heran Jesper. Melihat pada tiga manusia yang sudah membantunya beradaptasi di rumah besar ini.

"Hanya cemilan yang sudah selesai. Selebihkan bahan-bahan makanan. Sekarang ayo ke dapur." Seperti rumah milik sendiri, Jiyeon melangkah masuk dengan senyum cerahnya. Entah makhluk aneh macam apa yang merasuki satu-satunya perempuan di keluar besar itu. Intinya Jiyeon aneh hari ini.

"Apa yang terjadi padanya?" Heran Jesper penasaran. Biasanya Jiyeon itu hanya stay dengan wajah tanpa ekspresinya, sesekali tersenyum jika itu diperlukan.

"Mendapat jackpot dari Kris mungkin." Acuh Chanyeol. Menyusul Jiyeon dan Baekhyun yang sudah mulai membongkar plastik-plastik besar yang mereka bawa.

"Aunty, kau sudah bisa memasak?" Tanya Jesper memastikan. Terakhir kali wanita itu memasak rasa makanannya sungguh mengerikan. Bahkan Jesper masih ingat jelas bagaimana ekspresi Kris saat menelan racun buatan istri tercintanya.

"Kau ingin mulutmu di sumpal menggunakan apa?" Tanya Jiyeon dengan pisau yang mengacung tepat pada wajah Jesper.

"Terakhir kali masakanmu memang berantakan. Sangat berantakan aunty." Lirih Jinyoung membela saudaranya. Bahkan mereka juga menjadi korban saat itu. Menggelikan.

Jiyeon berdecih kesal. Menatap para anak Sehun itu dengan tatapan yang sangat menusuk. "Lihat saja kalian nanti." Bisik Jiyeon.

Tak.

"Eungh." Haowen kembali terlonjak kaget saat mendengar suara bantingan yang disebabkan oleh Jiyeon.

"Nyonya Wu Yi Fan!" Desis Jesper. Mengusap lagi kepala Haowen yang berada dalam pangkuannya dengan tatapan yang menajam saat melihat Jiyeon lagi.

Jinyoung menghela nafas lelah, memutar bola matanya jengah saat ia melihat adu tatapan maut yang terjadi antara kakak dan juga kakak ipar ayahnya.

"Oh? Kau bisa memasak Baek hyung?" Tanya Jinyoung dengan telunjuk yang mengarah pada Baekhyun. Yang benar saja! Baekhyun? Memasak? Apa rasanya akan aman-aman saja?

"Hanya duduk diam dan tutup mulutmu Baejin!" Desis Baekhyun. Ia sungguh tak terima. Penghinaan secara tidak langsung. Ingin rasanya Baekhyun mencincang pria dengan wajah kecil itu, hanya saja Baekhyun masih sayang nyawa. Bisa-bisa Sehun menggantung kepalanya di istana kepresidenan nanti. Tidak lucu bukan?

"Aku harap rasanya tidak terlalu buruk. Sejauh ini hanya Chan hyung yang bisa memasak dengan benar." Dengus Jinyoung tak peduli. Yang terpenting, Baekhyun tidak akan sanggup mencincang tubuhnya. Jadi tak masalah.

"Oh Jinyoouuuung!"

Tak.

"Eeuungh daddy."

"Baekhyun hyung!"

**

"Apa lagi jadwalku?" Suara bariton Sehun terdengar dengan tangan yang masih sibuk menari-nari di atas berkas.

"Pukul empat lewat tiga puluh menit akan ada pertemuan Presdir Oh."

"Batalkan. Aku akan pulang jam empat hari ini."

My Teacher My Husband : Perfect DaddyWhere stories live. Discover now