Ch. 7

9.8K 1K 107
                                    

Semenjak kejadian beberapa hari lalu. Saat Irene dengan lancangnya memasuki kantor Sehun dan berperang besar dengan kedua anaknya. Sehun sedikit-banyak merasakan bahwa Jinyoung berubah. Putra keduanya itu lebih banyak diam akhir-akhir ini. Belum lagi fakta bahwa Jinyoung lebih banyak melamun membuat Sehun khawatir. Apa anaknya itu baik-baik saja.

Tak.

"Jesper?"

"Dad?"

Sehun menghela nafas, ia pikir siapa yang sedang berdiri di kegelapan malam di dapurnya itu.

"Apa kau merasa ada yang aneh dengan Jinyoung?" Tanya Sehun setelah mendudukan dirinya di pinggir meja makan. Memperhatikan Jesper yang kembali melanjutkan acara meminum air putihnya.

"Sedikit lebih pendiam dan juga dia cenderung lebih tertutup." Jesper menatap Sehun dengan sebelah alis yang terangkat. Yang Jesper rasakan seperti itu kira-kira.

"Apa yang terjadi padanya? Kau tau?" Tanya Sehun lagi. Sehun sebenarnya tau, hanya saja Sehun ingin memastikan lagi. Itu hanya pemikirannya saja atau Jesper juga berpikiran hal yang sama dengannya.

"Semenjak kejadian di kantormu beberapa waktu lalu dad. Aku berpikir jika dia rada-rada aneh setelah itu."

Benar bukan. Jesper juga berpikiran hal yang sama dengannya. Sehun rasanya ingin sekali mencekik Irene hingga wanita sialan itu mati kehabisan napas dan setelahnya Sehun akan berbaik hati membuang jasad tanpa nyawa itu kedalam kandang buaya.

"Jinyoung itu... seperti apa ya? Dia diam-diam menenggelamkan. Aku rasa dia berpikiran bahwa yang di katakan jalang murahan tempo hari lalu benar." Jesper melipat tangannya di depan dada dengan kaki yang mengetuk pelan lantai dapur. "Sebenarnya aku juga berpikiran hal yang sama. Kau tau dad? Tentang kau yang hanya memungut kami atas dasar kasihan atau hanya sebagai teman bermain Haowen."

"Jesper." Sehun mulai merasa bahwa topik yang mereka bahas saat ini akan membuat masalah semakin rumit. Dan Sehun tidak mau.

"Dengarkan dulu dad. Aish duda tua ini." Dengus Jesper menggeram kesal. "Aku memang berpikir seperti itu jika aku tidak melihat bahwa kau memperlakukan kami secara sama. Maksudku kau tidak membuat batas antara anak kandung dan anak pungut, seperti itu. Mungkin pikiran Jinyoung masih terhalang kabut." Jesper mengangkat bahunya tak peduli dan berlalu meninggalkan Sehun yang masih duduk terdiam di atas meja makan.

"Oh ya dad, aku besok ada kelas pagi. Aku ke kamar duluan." Pamit Jesper setelah membalikan badannya sebentar. Setidaknya ia masih mempunyai sopan santun meski pun ia tengah mengantuk berat.

"Kau naik apa besok?"

"Seperti biasa."

"Pakai mobil saja. Kau sudah punya surat izin bukan?"

"Tidak untuk sekarang dad, nanti saja setelah aku lulus kuliah atau saat aku magang di kantormu. Bye dad."

"Hmm."

Sehun masih terdiam dengan tangan yang bersedekap di depan dada. Ia tau jika Jinyoung itu sensitif dengan hal-hal seperti masalah yang baru saja ia bahas dengan Jesper. Terlebih Irene terlalu lancang untuk mengungkit-ungkit masalah anaknya.

"Hhh Oh Suzy. Aku benar-benar membutuhkanmu sekarang. Apa yang harus aku lakukan?" Sehun bergumam lirih.

Kasihan? Teman bermain Haowen? Bukan. Itu bukan tujuan Sehun untuk mengangkat dua remaja itu menjadi anaknya. Sehun benar-benar tulus, sungguh.

"Hhhh, daddy benar-benar minta maaf." Lirih Sehun.

**

My Teacher My Husband : Perfect Daddyजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें