Sepakat

1.9K 128 10
                                    

Lokasi Restoran seafood yang terletak di pinggir pantai dan mengapung di atas air yang langsung terhubung dengan mall ini memang sangat mendukung suasana kebersamaan yang manis, walaupun sejujurnya perasaan kini terasa sinis.

Begitu keluar dari restoran seafood itu Omar dan Syifa langsung bisa mendengar deburan ombak dan tiupan angin pantai yang kencang namun menyejukkan.

Mereka berjalan di jalan setapak buatan dengan sisi kanan gedung mall tinggi menjulang dan sisi kiri mereka hamparan laut lepas.

Setelah beberapa langkah berjalan, Kemudian mereka memutuskan bersandar pada besi pembatas dan menatap lautan luas, kini Omar dan Syifa mengobrol dengan tenang disini.

"Menurut lo gimana? Lo Mau dijodohin sama gue?" Omar yang tanya duluan.

"Kak Omar sendiri gimana? Mau gak dijodohin sama aku?"

"Pertanyaan itu harusnya di jawab. Bukan dibalikin nanya!"

"Maaf, abis aku juga bingung kak. Dibilang "gak mau" enggak juga. Tapi bukan berarti "mau" Maksud aku. Ya, gimana ya? Gini lho. Aku butuh pasangan. Gak mungkin juga aku jomblo Mulu. Nyari sendiri, gak semudah nyari kuaci. Cara nyarinya aja gak tau gimana, dan dimana? Terus kalau dijodohin gini, biasanya aku emang paling gak mau. Tapi akhir-akhir ini aku selalu mikir, kalau seandainya aku dijodohkan dengan siapapun itu, aku akan mencoba membuka hati. Mencoba menerima, siapa tahu memang itu jalan aku untuk bertemu jodohku. Tapi kalau langsung nikah, ya, enggak sengebet gitu juga! Dan gak pernah nyangka bakal dijodohin sama kak Omar." Syifa akhirnya memberikan penjelasannya. Tentang apa tanggapannya perihal perjodohan ini. Dan bagaimana perasaannya saat ini.

"Gue juga bukannya mau, atau gak mau, tapi emang aneh aja gituh. Dijodohkan, sama lo, tapi kalau Lo gak keberatan,,,,,,,,, gue rasa, ya enggak masalah. Gue sedikit banyak tahu lah Lo orangnya gimana? Hidup sama lo,,,,,, kayaknya,,,,,,, kenapa enggak!" Omar pun mengutarakan jawabannya yang sebenarnya yang memang itulah yang baru saja terpikirkan dan terasa olehnya. (Kenapa enggak)

"Jadi, kita ngikut aja kemauan kedua orang tua kita?" Tanya Syifa lagi seolah masih berharap diyakinkan.

"Kalau gue sih, ya, kenapa enggak. Seenggaknya itung-itung nyenengin orang tua." Entahlah jawaban macam apa itu? Emang gak tegas banget. Gak mencerminkan sikap seorang lelaki yang bersedia meminang seorang perempuan. Tapi ya, keadaannya menuntut demikian. Omar sadar itu.

Akhirnya baik Omar maupun Syifa malah saling diam, pada mikir, karena masih merasa aneh banget gitu rasanya.

Dan Syifa pun kembali memulai obrolan setelah beberapa saat saling diam tadi.

"Tapi apa iya? Kita bisa hidup bersama setiap hari, dalam satu rumah, bersetatus suami istri, dan tanpa rasa apapun gitu? Secara pernikahan seharusnya Menyatukan dua insan, dan bukannya harus saling mencintai? Iya gak sih?"

Pertanyaan Syifa ini akhirnya membuat Omar dan Syifa berdiskusi damai mengungkap setiap pemikiran mereka tentang pernikahan.

"Ya, idealnya emang harus pasangan yang saling mencintai yang menikah. Tapi yang awalnya saling cinta aja bisa cerai. Tapi banyak tuh FTV yang jodoh-jodohan awalnya gak suka, bahkan berantem-berantem Mulu lama-lama saling cinta setelah menikah karena katanya cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa."

"Nyatanya dalam kehidupan yang aku tahu, temen-temen aku, sodara-sodara, mereka semua menikah dengan pasangan yang di cinta. Ada beberapa yang terpaksa dan cerai akhirnya. Karena katanya juga "sesuatu yang dipaksa itu gak akan pernah ada baiknya."

"Tapi nenek gue pernah cerita. Bahwa dia tuh, gak tahu apa itu cinta, apalagi pacaran. Karena dulu itu, dia disuruh nikah oleh kedua orang tuanya. Ya, udah nurut aja. Sampe sekarang Kakek nenek langgeng tuh, hidup berdua. Gue jadi cucunya."

Cinta SelowWhere stories live. Discover now