15 ǁ Try To Get You

1K 124 22
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Try To Get You

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Xylo: Kayaknya habis ini lo kudu sungkem sama gue.

Beryl sedang duduk di bawah pohon ketika pesan dari Xylo datang. Napas laki-laki itu sedikit ngos-ngosan. Teman-temannya masih bermain, sedangkan Beryl memutuskan untuk berhenti. Dia tidak dalam kondisi yang batul-betul ingin bermain.

Sekitarnya masih ramai karena jam istirahat belum berakhir.

Beryl bermaksud membalas pesan dari Xylo ketika tiba-tiba sebotol air mineral dingin terselimuti titik-titik air disodorkan padanya. Jari-jari ramping nan lentik dengan cincin perak tersemat di telunjuk tangan kanan menyelimuti badan botol. Laki-laki itu mendongak guna melihat siapa yang memberikannya air. Dan begitu seraut wajah familier tertangkap matanya, satu sudut bibir Beryl tertarik tanpa kentara.

Orang yang menyodorkan air-tidak dapat dipercaya, tapi dia memang Simfoni-menggoyang-goyangkan botol itu, mengisyaratkan supaya Beryl segera mengambilnya.

Isengnya, Beryl justru menaikkan salah satu alis, berlagak tak mengerti. "Apa?" Padahal ia tahu betul apa artinya, apalagi tadi Xylo sempat mengiriminya pesan.

"Titipan, dari Xylo."

Shit. Beryl malah ingin mengumpat sewaktu angin tiba-tiba bertiup hingga membuat rambut Simfoni yang saat ini digerai sedikit berterbangan.

Sialan, cantik banget!

"Beryl." Karena Beryl tak juga mengambil botol air itu, akhirnya Simfoni menegur. Dia tidak bisa berlama-lama di sini dan dalam kondisi yang seperti ini. Bukan apa-apa, Simfoni cuma tidak ingin menjadi pusat perhatian. Demi Tuhan, ini lapangan! Banyak orang di sini. Dan meskipun tidak ada yang peduli, tetapi bukan tidak mungkin jika ada satu dua orang yang melihatnya, kan? Apalagi saat ini Simfoni sedang bersama Beryl. Jadi, lebih baik Simfoni segera menyelesaikan urusannya. "Air minumnya."

Yang ditegur kontan berdeham, dalam hati memaki ketololannya. Bisa-bisanya dia malah diam macam orang tolol.

Beryl mengambil botol air mineral yang disodorkan Simfoni. "Thanks."

"Weh, gebetan baru, Ber?"

Entah siapa yang berteriak di lapangan sana, tapi tampaknya teman-teman Beryl yang tadi bermain basket bersamanya mulai tersadar akan keberadaan Simfoni hingga membuat permainan terhenti. Terbukti dengan tidak terdengarnya lagi bola yang memantul di atas permukaan marmer. Dimulai dari teriakan itu berlanjut pada ledekan-ledekan lain.

Beryl sih tidak masalah. Toh hal itu lumrah. Teman-temannya memang begitu, iseng. Tetapi agaknya, Simfoni mulai terganggu. Wajah perempuan itu perlahan memerah.

"Diem, woi!" teriak Beryl serius yang malah dianggap bercanda hingga membuat mereka tertawa.

"Anjir ngamuk."

"Anak mana, sih, Ber?"

"Kenalinlah sama kita-kita."

"Fo, jangan mau sama Beryl, Fo!"

Dan beragam ledekan lainnya.

Beryl yang muak beralih pada Simfoni. "Nggak usah didengerin, emang pada nggak ada otak."

Simfoni mengangguk. Entah mengiyakan, entah tidak mau memperpanjang masalah. Perempuan yang sedari tadi menunduk itu kembali mengangkat wajahnya. "Uhm, kalo gitu aku balik ke kelas dulu."

Moonstruck | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang