2 ǁ Kapas Berantiseptik

2.3K 264 239
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Kapas Berantiseptik

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

SELESAI membebat luka si kucing dan memberinya makan serta minum, Simfoni lantas menaikkan kaki kirinya yang masih terbungkus kaus kaki putih. Ada darah yang merembes dari ujung ibu jari kaki kiri hingga membuat kaus kaki itu ternoda oleh cairan merah kental. Simfoni meringis, dibukanya kaus kaki sebetis itu dengan hati-hati.

Setelah kaus kaki itu terlepas sepenuhnya dari kaki Simfoni, perempuan itu dapat melihat dengan jelas bagaimana lukanya. Luka itu terdapat di ujung kukunya, terbuka dan memanjang hingga membuat Simfoni dapat melihat darah yang masih merembes dari luka yang memperlihatkan dagingnya itu. Warna merah di sana kontras sekali dengan kulit putihnya.

Simfoni meringis lagi. Ternyata lukanya tidak kecil. Pantas saja Simfoni merasa kakinya sakit sepanjang jalan.

Jadi, saat Simfoni menolong seekor kucing di atas pohon tadi, tanpa sengaja sepatu Simfoni jatuh dan mengenai kepala seorang laki-laki. Tentu saja Simfoni kaget. Pasalnya ia benar-benar tidak menduga jika sepatunya akan jatuh hingga mengenai kepala seseorang. Terlebih, sepatu itu mengenai kepala Beryl, laki-laki yang dikenal badung satu sekolahan.

Simfoni tidak ingin mendapat masalah dengan Beryl. Untuk itulah, Simfoni buru-buru menghindar dari Beryl. Saking buru-burunya, Simfoni sampai lupa kalau sepatunya tertinggal. Dengan terpaksa ia berbalik untuk mengambil satu sepatunya di tangan Beryl. Tidak ada yang tahu jika Simfoni harus mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengambil sepatu itu.

Untungnya Beryl tidak berkata apa-apa. Kesempatan tersebut Simfoni gunakan untuk kembali pergi secepat mungkin. Sial menimpa Simfoni, berkat ketergesa-gesaannya, kaki perempuan itu sampai terantuk batu yang lumayan tajam. Tentu saja hal itu menimbulkan efek sakit di kaki Simfoni, terlebih kakinya tidak menggunakan pelindung apa pun, selain kaus kaki tipis yang melekat di kulit.

Simfoni tidak berani melihat lukanya di sana, terlebih saat darah merembes dari ujung kaki. Ia buru-buru memakai sepatu, lantas dengan segera membawa tubuhnya pulang ke rumah.

Dan di sini lah Simfoni, baru berani melihat lukanya sekarang.

Simfoni lalu beranjak. Perempuan itu berjalan menuju kamar mandi. Ia membasuh lukanya dengan air. Sesekali meringis saat sensasi dingin dari air yang mengucur justru menimbulkan rasa perih pekat. Setelah kakinya bersih dari noda darah dan hanya sedikit darah yang kembali keluar, Simfoni kembali membawa tubuhnya menjauh dari kamar mandi. Ia duduk, lantas mengobati lukanya sendiri. Tak ia hiraukan rasa sakit yang kian menjadi kala kapas yang sudah dibubuhi antiseptik itu menyentuh lukanya.

Selepas lukanya tertutup sempurna, Simfoni menurunkan kaki dari atas kasur. Perempuan itu lantas menggerakkan mata pada kucing cokelat pucat yang tadi terluka. Senyum tipis Simfoni terkembang kala mendapati kucing itu tertidur pulas. Ia tampak nyaman meringkuk di atas karpet. Di dekatnya, wadah makan yang tadi terisi makanan kini sudah kosong sepenuhnya. Perlahan, Simfoni merangkak turun. Ia mengelus kucing yang kini terlelap itu.

"Cepat sembuh, kucing."

Jam pelajaran terakhir kosong.

Satu jam pertama Simfoni gunakan untuk mengerjakan tugas yang guru berikan. Simfoni duduk di bangku paling depan, sedang di belakang kegaduhan tak dapat dihindari. Teman-teman sekelasnya mencipta banyak kubu di beberapa titik. Ada yang bernyanyi tidak jelas, bergosip, main games, nonton, tidur, dan lain sebagainya. Namun, meskipun suasana benar-benar gaduh, Simfoni sama sekali tak terlihat terganggu. Perempuan itu justru menekuri setiap soal yang ada di bukunya. Setelah selesai, Simfoni menutup buku itu. Ia lantas melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Masih ada waktu satu jam lagi sebelum pulang.

Moonstruck | √Where stories live. Discover now