12 ǁ Permulaan

1.3K 142 110
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Permulaan

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Beryl ingat betul pada bagaimana mimik Simfoni ketika ia mengatakan jika dirinya belum memikirkan apa yang ia inginkan dari Simfoni. Perempuan itu tampak kesal, tapi seberusaha mungkin untuk tidak menunjukkan kekesalannya dengan tampang yang ia buat senetral mungkin. Di mata Beryl, ekspresi Simfoni ketika menahan kesal itu entah kenapa justru terlihat lucu. Ia harus menahan diri agar tidak tersenyum apalagi tertawa.

Sebetulnya Beryl tidak bermaksud untuk mempermainkan Simfoni. Dia hanya tidak tahu bagaimana cara mendekati Simfoni, karena sepertinya, perempuan itu memang sulit didekati. Dia seolah sengaja membangun tembok tinggi, membatasi orang-orang yang tidak dia izinkan untuk mendekat. Dan Beryl adalah sebuah definisi kenekatan. Dia telanjur dibikin penasaran hingga memutuskan untuk menerobos tembok itu. Bagaimanapun caranya. Tidak peduli risiko apa yang menanti di depan sana. Dia hanya harus menuntaskan rasa penasarannya, bukan?

Dan sepertinya Beryl tidak menyesal melakukan ini. Ini menyenangkan dan dia terhibur.

Dengan hati ringan serta mood yang kelewat baik, Beryl menghentikan mobil di depan gedung apartemen Xylo. Dia ada acara di Yours dan menyuruh Beryl untuk menjemputnya karena motor laki-laki itu sedang masuk bengkel. Biasanya Beryl akan mengomel panjang pendek begitu Xylo menjadikannya sopir, tetapi untuk kali ini mood laki-laki itu terlalu bagus untuk sekadar merasa kesal. Jadilah, ketika tadi Xylo memintanya untuk menjemput, Beryl tidak banyak protes.

Mengabaikan kebingungan Xylo begitu ia datang, Beryl langsung nyelonong masuk ketika Xylo membuka pintu apartemennya. Laki-laki itu merebahkan diri di sofa tanpa peduli jika sepatunya belum dilepas dan berpotensi akan mengotori sofa cokelat Xylo.

"Nyet, kok lo udah ke sini? Ini, kan, masih sore?" bingung Xylo setelah kembali menutup pintu. Ini baru setengah tujuh, sedangkan dia mengisi acara jam sepuluh nanti. Xylo lalu berujar kesal begitu melihat Beryl. "Sepatu lo lepas, Anying. Kotor sofa gue."

Beryl berdecak sebelum melepaskan kedua sepatunya dengan kaki secara bergantian hingga menyisakan kaus kaki putih yang panjangnya tidak lebih dari mata kaki. Saat melakukan itu Beryl sama sekali tidak mengubah posisi hingga membuat sepatunya langsung berjatuhan ke atas lantai begitu terlepas dari kaki. "Bawel!"

Xylo bersungut-sungut. Laki-laki itu menyempatkan diri menyepak sepatu hitam Beryl yang dirasa mengganggu hingga bergeser sampai satu meter sebelum ia ikut menjatuhkan diri di sofa kosong. "Belum balik lo?" tanya Xylo ketika menyadari jika Beryl belum berganti pakaian. Dia masih mengenakan celana abu, walau seragamnya telah tertanggal dan menyisakan kaus hitam polos. Yang ditanya hanya menjawab dengan gumaman. "Abis dari mana?"

"Nganter Simfoni."

Jawaban Beryl serta merta membikin Xylo terbelalak terkejut, tetapi tak lama, karena setelahnya laki-laki jangkung itu kembali bersikap santai. Ia terkekeh lalu mengulurkan tangan untuk meraih kotak rokok di atas meja. "Udah ada progress, nih, ceritanya?" Menyalakan pemantik lantas menyulut batangan tembakau.

Beryl mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk. Tahu jika pertanyaan itu adalah sebuah ledekan, tampang Beryl berubah masam. "Nggak usah ngeledek, Anying!" Mood-nya yang tadi bagus, mendadak ambruk. Xylo memang paling jago urusan meruntuhkan mood orang lain.

Xylo tertawa kencang hingga tersedak asap rokoknya dan terbatuk-batuk. "Lha, gue, kan, cuma nanya," sangkalnya setelah batuknya reda. "Karena udah anter-anterin pulang, gue kira udah ada progress. Taunya masih stuck?" Dia tertawa lagi.

Moonstruck | √Where stories live. Discover now