19 ǁ Mengambil Bagian

912 114 17
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Mengambil Bagian

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

"HARI ini lo nggak ada bimbel, kan?"

"Apa?" Simfoni yang tengah mengerjakan soal di buku latihan kontan mendongak ketika suara seseorang tiba-tiba memasuki telinga bersamaan dengan hadirnya aroma yang mulai familier di penciuman. Mata perempuan itu lantas mengerjap ketika menemukan sosok laki-laki berseragam pramuka yang terpasang tidak beraturan berdiri di balik mejanya. Seragam laki-laki itu tampak kusut dengan ujung-ujung baju yang sudah keluar dari balik celana. Sedang kedua tangannya terjejal di saku celana.

Beryl.

Laki-laki itu terkekeh melihat respons Simfoni. Ekspresi Simfoni tampak lucu di matanya. Lantas dengan iseng ia membungkuk hingga membuat rambut agak kecokelatannya yang mulai memanjang bergerak menyentuh mata. Dan karena pergerakan Beryl itu, jarak antara dirinya dan Simfoni agak menyempit, hingga membuat yang perempuan harus menarik kepala demi mempertahankan jarak aman.

Simfoni melotot panik. Tangannya yang memegang bolpoin mengerat. "Ka—ka—kamu ngapain?"

Sentakan Simfoni justru mengundang tarikan senyum jail di sudut-sudut bibir Beryl terbentuk. Tanpa peduli pada kepanikan Simfoni, Beryl kian memajukan kepala, membuat Simfoni semakin terlihat panik. Ia ingin mundur, tetapi meja di belakangnya berhasil membatasi gerak perempuan itu.

"Be-Beryl!" Simfoni berseru setengah berteriak. Raut paniknya tidak dibuat-buat. "Mu—mu—mundur atau aku pukul?" Diraihnya buku paket tebal miliknya di atas meja lantas ia arahkan pada Beryl.

Mulanya Beryl tidak memberi respons apa-apa. Laki-laki itu masih bertahan dengan posisinya. Kelereng sewarna tinta miliknya pun masih menyorotkan kilat jail. Dan ketika Simfoni terlihat kian ketakutan, Beryl betul-betul tidak mampu menahan tawa. Laki-laki itu lantas tergelak keras sampai-sampai suara tawanya menggema di seluruh penjuru ruang kelas. Beberapa siswa yang masih tinggal di kelas ketika jam istirahat ini pun kontan melayangkan tatapan terganggu. Tetapi tentu saja mereka tak berani menegur. "Sumpah, muka lo lucu banget!"

Mendengar ucapan Beryl yang terlontar di sela-sela tawanya itu berhasil membuat Simfoni dihinggapi dongkol. "Nyebelin!" Ucapan tersebut tentunya hanya mampu Simfoni katakan dengan volume lirih, hingga membuat Beryl tidak mampu mendengarnya. Apalagi laki-laki itu juga masih sibuk tertawa.

"Gue cuma nanya 'hari ini lo ada bimbel apa nggak?' kenapa tanggapan lo kayak mau gue culik?" Beryl berujar lagi setelah tawanya perlahan mereda. Laki-laki itu tidak lagi membungkuk seperti tadi, ia kini duduk tepat di atas meja Simfoni. Tatapannya mengikuti gerak yang perempuan.

Simfoni menggeser buku agar tidak rusak karena diduduki Beryl. Sejauh mengenal Beryl, Simfoni bisa tahu jika Beryl orangnya kelewat iseng. Bukan sekali dua kali Simfoni menjadi korban keisengan laki-laki itu. Sialnya, seberapa seringnya pun Simfoni diiseingi Beryl, ia tidak pernah imun. Keisengan Beryl masih sering membikinnya panik. "Abisnya kamu datang-datang langsung nanya gitu. Bikin kaget, tau nggak?"

"Nggak." Beryl menyeringai, yang Simfoni balas dengan lirikan sekilas melalui ujung mata. Ada kesal terlihat, tetapi tidak ada kata terucap. Perempuan itu justru kembali mengerjakan latihan soal di buku latihannya, sebelum beberapa detik kemudian buku dalam kuasanya lenyap. Pelakunya tentu saja Beryl.

"Beryl, ih! Kembaliin! Aku lagi ngerjain soal!" Simfoni berdiri, mencoba mengambil buku yang diambil Beryl.

Beryl menjauhkan buku latihan soal milik Simfoni dari si empunya. Laki-laki itu lantas membolak-balikkan buku di tangannya, seolah benda itu adalah benda yang patut dipertanyakan keberadaannya. "Ini buku apaan?"

Moonstruck | √Onde histórias criam vida. Descubra agora