4 ǁ Kereta Kencana Modern

1.8K 237 229
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Kereta Kencana Modern

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

"JADI, mau naik kereta kencana sekarang, Cinderella?"

Tubuh Simfoni terasa bergetar begitu suara itu memasuki pendengaran. Ia sama sekali tidak berani mendongak, apalagi sampai menatap Beryl. Rasanya seakan rasa takut tiba-tiba menyergap sekujur tubuh, mengepungnya tanpa ampun. Simfoni tahu ini terdengar konyol juga terlampau berlebihan, Beryl tidak semenakutkan itu. Dia manusia, sama seperti dirinya. Namun, Simfoni benar-benar tidak bisa menghalau ketakutan yang tiba-tiba menyergapnya sekarang.

"Heh, kok lo nunduk mulu?"

Nada yang Beryl gunakan tidak cukup tinggi, apalagi sampai menyentuh kata membentak, tetapi tetap saja hal itu tidak bisa membuat Simfoni untuk tidak merasa terkejut. Ia sampai berjengit.

"Woi."

"A—a—aku, aku—"

"Lo gagu apa gimana, dari tadi ngomongnya nggak jelas."

Simfoni tidak menjawab, ia justru kembali menunduk. Diremasnya kencang tas yang berada di pangkuan.

"Ayo balik."

Simfoni bergeming. Ia sama sekali tidak ingin beranjak dari sini. Tidak sekarang, tidak bersama Beryl.

"Hoi, denger nggak gue ngomong apa?" Beryl terlihat agak jengkel.

"A—aku bisa pulang sendiri." Simfoni mencicit.

Terdengar embusan napas dari Beryl sebelum brankar yang Simfoni duduki bergerak pelan, menandakan jika Beryl baru saja menempelkan bokongnya di sana. Hal yang membuat Simfoni langsung menarik tubuhnya mundur.

"Lo takut sama gue?"

Simfoni ingin menjawab tidak atau setidaknya menggeleng, tetapi hal itu terasa sulit dilakukan hingga yang bisa Simfoni berikan sebagai jawaban adalah sebuah kebisuan juga tundukkan kepala kian dalam.

"Oke, lo takut sama gue." Beryl menarik kesimpulan sendiri setelah sekian sekon terlewat dalam sunyi. "Kenapa? Gue nakutin?"

Kali ini Simfoni menggeleng.

"Nah, kalo gue nggak nakutin, kenapa lo nggak mau balik sama gue? Dan kenapa lo nggak berani liat muka gue?"

"Aku nggak bisa."

"Nggak bisa liat muka gue? Hei, coba liat gue? Lo yakin nggak mau liat gue?”

Simfoni menggeleng lagi. "Aku nggak bisa pulang sama kamu."

"Tapi sayangnya gue bisa pulang sama lo," tukas Beryl tak peduli. Laki-laki itu lantas kembali menapakkan kaki di permukaan lantai. "Ayo balik. Ntar si Cyrin nyerewetin gue." Saat Simfoni tak kunjung beranjak dari tempatnya, Beryl kembali membuka suara, "Atau lo mau gue gendong?" Kalimat itu terdengar ringan memang, tetapi ada ancaman yang Beryl selipkan di dalamnya.

Simfoni seakan tak peduli. Ia masih saja bergeming di tempat, menganggap jika ucapan Beryl hanya gertakan semata.

Keterdiaman Simfoni membuat Beryl mulai habis kesabaran. "Wah, lo nggak tau, ya, kalo gue orangnya nggak sabaran?” Ucapan itu lagi-lagi tidak diindahkan Simfoni, membuat Beryl berdecak jengkel. “Lo pilih ikut secara sukarela atau gue paksa?”

Masih keterdiaman yang Beryl dapatkan, dan itu membikin kesabarannya kian menipis. Lantas tanpa aba-aba Beryl segera mendekati Simfoni dan meletakkan tangannya di lekukan leher juga lutut Simfoni hingga membuat perempuan itu kontan memekik ketika Beryl mengangkatnya.

Moonstruck | √Where stories live. Discover now