6 ‖ Tangan Takdir

1.6K 185 120
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Tangan Takdir

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Simfoni menutup pintu, menghela napas begitu teriakan demi teriakan itu kembali terdengar. Jika boleh dibilang, Simfoni sudah terlampau lelah dengan perdebatan yang ada. Dia lelah dengan segala pertengkaran yang seolah tidak ada habisnya. Untuk melerai pun Simfoni seolah tidak memiliki kekuatan. Karena ketika ia memutuskan untuk ikut campur, mereka tak akan memedulikannya. Bagi mereka, Simfoni hanyalah anak kecil yang tidak mengerti apa-apa.

Simfoni melangkah menuju boks bayi yang terletak di dekat tempat tidur. Perempuan itu melongok ke sana, lantas tersenyum ketika bayi di dalam boks itu bergerak pelan. "Halo, Jagoan! Udah bangun?" sapa Simfoni seraya mengusap pipi gembil bayi itu.

Mungkin bayi itu mengerti siapa yang kini mendatanginya, karena kini dia tertawa ketika Simfoni terus mengusap pipinya. Ia juga menggerak-gerakan kedua tangan, seolah meminta Simfoni untuk menggendongnya. Dan Simfoni langsung mengabulkan hal itu. Ia menggendong bayi tersebut lantas membawanya ke atas kasur. Bermain di sana.

Simfoni belum mengganti seragam sekolahnya, dia tadi langsung ke tempat les begitu sekolah berakhir. Dan baru beberapa menit lalu Simfoni sampai di rumah, yang mana langsung disuguhkan pada pertengkaran kedua orangtuanya. Entah tengah meributkan apa lagi, Simfoni tidak tahu. Pertengkaran mereka sempat terhenti ketika Simfoni masuk. Ia pikir pertengkaran itu akan usai, tetapi ternyata malah semakin parah. Kini keduanya justru meributkan kepulangan Simfoni, yang mana seharusnya dijemput Alan, ayahnya.

Simfoni berbaring menyamping, menyangga kepala dengan tangan kanan, sedang tangan kirinya memegang mainan yang membuat bayi itu tertawa kesenangan. Kedua tangannya berusaha menggapai. Dan tawa bayi itu menular. Ada senang yang turut merambati hati. Rasa lelah dan suntuk yang tadi sempat dirasakannya kini menguap. Seolah, bayi itu memiliki efek magis yang bisa melenyapkan segala lelah Simfoni. Selalu.

"Nanti pulang les, Ayah jemput. Jangan ke mana-mana sebelum Ayah datang."

Simfoni mengangguk pendengar ucapan ayahnya. Perempuan itu lantas berpamitan dan turun dari mobil. Selepas mobil silver itu menjauh, Simfoni menghela napas. Teringat lagi kejadian kemarin malam. Dia sempat terkena teguran karena pulang sendiri. Kemarin memang pertama kalinya Simfoni pulang sendiri seusai les. Biasanya ayah akan menjemput. Tetapi, karena kemarin ayah sulit dihubungi sedang bulan terus beranjak naik, Simfoni memutuskan untuk pulang sendiri. Ia tidak ingin terus berada di tempat itu tanpa tahu sampai kapan harus menunggu.

Ayahnya memang tak pernah membiarkan dirinya pulang sendiri, apalagi ketika malam. Dulu bahkan ia akan diantar jemput ke sekolah dan tempat les. Karena tidak ada yang menggantikan ayahnya untuk mengantar jemputnya, Simfoni kerap kali merasa kasihan. Ayah Simfoni harus bulak-balik kantor, sedang letak kantor ayahnya sendiri berbeda arah dengan sekolah Simfoni. Bukan sekali dua kali Simfoni mendapati ayahnya yang kelelahan karena jarak yang mesti ditempuhnya. Tidak tega melihat kondisi sang ayah, Simfoni memutuskan untuk menawar perihal antar jemput. Sempat terjadi perdebatan alot karena sang ayah yang tidak setuju dengan penawaran Simfoni. Namun, pada akhirnya Simfoni berhasil meyakinkan sang ayah. Dia dibiarkan berangkat dan pulang sekolah sendiri, tetapi untuk pulang les atau jika ada kegiatan yang mengharuskannya pulang malam, Simfoni harus dijemput oleh sang ayah. Dia juga harus mengikuti kelas bela diri, agar setidaknya, Simfoni bisa melindungi diri. Simfoni setuju saja, meski sebenernya dia sudah muak diikutkan dalam berbagai les.

Simfoni lantas berbalik, hanya untuk dibikin terkejut oleh kehadiran seorang laki-laki yang berdiri menjulang tepat di hadapannya. Bahkan saking dekatnya, Simfoni sampai mundur dan hampir membuatnya terjatuh karena menginjak batas trotoar. Untung laki-laki itu segera menarik pinggangnya. Jika tidak, mungkin Simfoni sudah terjatuh dan tertabrak kendaraan yang melintas.

Moonstruck | √ [Repost]Where stories live. Discover now