13 - 2 : SEBUAH APEL

86 10 0
                                    

“Seul-ah, kenapa kau basah kuyup begini?” Mi Ho otomatis bertanya saat melihat putrinya tiba di rumah dengan basah kuyup.

Seul tidak menjawab, dia melengos melewati ibunya begitu saja.

Saat Mi Ho hendak menyusul, Gye Ran mencegahnya. Dia mengajak kakak iparnya bicara, “Sepertinya Seul sangat terpukul karena ekor barunya. Orang yang paling dekat dengannya terus berkata ‘Seul bukan manusia. Seul itu rubah.’ Meski perkataannya bukan dimaksudkan yang sebenarnya, tapi bagi Seul terdengarnya seperti itu. Dia sedih karena bisa membuat hujan. Jadi, Hyeongsu lebih baik membiarkannya sendiri dulu untuk sementara ini.”

Mi Ho manggut-manggut. Dia mengerti maksud adik iparnya, sangat mengerti. Karena itu dia berterima kasih telah menjaga Seul dan mengantarkannya pulang ke rumah, “Gye Ran-ah, terima kasih kau sudah memperlakukan Seul selayaknya manusia meski kau tahu dia itu apa. Kau pasti sebenarnya merasa ketakutan, kan?”

Gye Ran menggeleng cepat, “Tidak. Aku sama sekali tidak merasa takut. Seul itu keponakanku, dia hanya keponakanku.”

“Hm. Pokoknya terima kasih.”

Gye Ran membungkuk hormat, lalu permisi pulang.

Perasaan Mi Ho sungguh berat hingga napasnya juga berat. Dia hanya bisa memandangi pintu kamar Seul dari jauh. Seberapa sedihkah putrinya sekarang? Di luar, hujan terus turun meski sangat tipis.

Lama kemudian, Dae Woong pulang. Mi Ho menceritakan hal yang terjadi seharian ini, bahwa Seul pulang dengan basah kuyup dan sebentar pun tak mau keluar kamar. Dae Woong punya ide, mereka akan memanggang daging sapi kualitas terbaik untuk makan malam kali ini. 

“Seul-ah, ayo makan!” Mi Ho menerobos pintu kamar Seul.

Sebenarnya Seul bisa mencium bau daging sejak sebelum pintu kamarnya dibuka, tapi kesedihannya mengurangi semangat makan. Dia harus ditarik-tarik ibunya supaya mau keluar kamar dan harus dituntun hingga ke ruang makan.

Dae Woong sedang mengipas daging di sana. “Seul-ah, daging sapi! Kualitas terbaik!” serunya, dengan ceria, sambil mengangkat-angkat alis dan jempol tangannya berbarengan.

Seul lemas. Meski sepotong daging sapi disodorkan ke depan hidungnya, keinginan untuk makan tetap tidak muncul. Seul kembali ke kamar saat Dae Woong dan Mi Ho mulai membuka mulut untuk makan. Kalau begini, Mi Ho pun tak selera makan. Dae Woong juga, meski jarang-jarang dia mendapat kesempatan menghabiskan daging sapi sendirian. Situasi benar-benar telah mengubah segalanya.

Di sekolah, Seul terus diam. Semua cela bisa dia dengar, karena itulah. Meski terbukti Seul tidak sedang mengandung, tapi tentang Seul yang menggoda Na Wi duluan itu adalah benar. Gosipnya terus menyebar. Mereka terus berkata kalau Seul adalah rubah, karena itulah.

“Seul-ah, maaf. Aku tidak tahu akan seperti ini.” In Sa merasa sangat bersalah. Dia membelikan Seul apel sebagai permintaan maaf.

“Tidak, ini bukan salahmu,” kata Seul. Matanya memandang ke arah apel, tapi dia tak melihat apel itu ada. Lalu katanya, “Ini salahku, salahku karena terlahir seperti ini.”

In Sa mengintip ke dalam lamunan temannya, dengan wajah polos.

Seul terbangun. “Bukan apa-apa,” katanya. “Pokoknya kau tidak ada hubungannya. Apelmu aku terima. Gomawo!” Seul menyabet apel di atas meja dan langsung memakannya. Apel—yang bukan daging—itu menjadi makanan pertamanya sejak Na Wi berubah benci padanya.

MY BOYFRIEND IS A GUMIHO Where stories live. Discover now