03 - 2 : PERMATA RUBAH

190 23 0
                                    

Sesampainya di rumah, Seul langsung menuju kamar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sesampainya di rumah, Seul langsung menuju kamar. Seul mengobrak-abrik laci meja dan lemari, tapi tak menemukannya. Dia sedang mencari permata rubah miliknya. Kalau benar nyawa Na Wi terancam, permata itu akan bisa menolongnya. Seul akan dengan suka rela meminjamkan permata itu pada Na Wi. Tapi permata itu tidak ada di mana pun di dalam kamarnya   ini. Seul tidak pernah membawa-bawa atau memindah-mindahkannya. Mungkinkah permata itu lagi-lagi disembunyikan oleh ibu Seul, Mi Ho? Kalau begitu, permata itu pasti ada di ...

Seul menerobos pintu kamar ayah dan ibunya begitu saja, dan langsung menuju pintu lain di sudut ruangan sebelah kanan pintu. Di balik pintu itu adalah lemari baju dan aksesoris Dae Woong, ayah Seul. Seharusnya permata Seul ada di sini, karena biasanya di sanalah Mi Ho dan Dae Woong menyembunyikannya dari Seul.

Ketemu! Di rak paling atas, di dalam kotak kecil. Ada bersama permata milik Mi Ho. Permata Seul kecil, apa bisa membantu? Seul ragu. Haruskah dia meminjam permata milik ibunya? Tidak, ini adalah masalahnya, harus dia selesaikan dengan kekuatannya sendiri. 

Lalu Seul berlari keluar kamar sambil menggenggam tekad kuat dalam botol permata itu. Sekali lagi, Seul harus cepat!

“Seul-ah, kau mau ke mana lagi? Seul-ah!!” Dae Woong—yang sedang duduk-duduk santai bersama Mi Ho di ruang keluarga, memanggil Seul yang sedang SANGAT terburu-buru.

“Appa, maaf. Aku ada urusan penting!” kata Seul, tanpa istirahat.

Dae Woong berdiri menolak pinggang, menyeru Seul dengan telunjuk dan mata melototnya, “Urusan apa malam-malam begini? Hey, Cha Gu Seul!!”

Seul mengabaikannya. Dia berhasil keluar dari rumah.

“Woong-ah, biarkan saja.” Mi Ho meraba dada Dae Woong dengan muslihat menenangkan.

Dae Woong sedang benar-benar kesal, “Bagaimana bisa aku membiarkan anak itu pergi malam-malam begini? Hey, kau itu ibunya! Kau tidak—”

“Kau lupa ya? Dia itu keturunanku, gu-mi-ho.” Alis Mi Ho bergerak naik-turun pada kata terakhir dan tangannya terus bergulungan di dada Dae Woong.

Mengerti maksud tersirat istrinya, Dae Woong langsung mengenyahkan tangan itu, “HEY!!” dan menjauh kira-kira dua meter dari istrinya, “Wah, kau—disaat putrimu keluar malam, kau malah ...”

“Woong-ah ...” Mi Ho cemberut minta dituruti.

“Tidak! Aku akan tidur di sini malam ini! Kau masuk ke kamarmu!!” Dae Woong menolak.

“Kamarku apa? Kamar kita.” Mi Ho membetulkan kalimat Dae Woong barusan.

Dae Woong menggeleng keras, menyangkal kebenaran yang sangat jelas itu. Dia malah menempelkan pantatnya kuat-kuat ke sofa dengan dua tangan melipat di dada. Dia tidak bergeming sedikit pun, “Satu bulan tidak akan ada daging!” tegasnya.

“Ah, menyebalkan!” Mi Ho kesal. Daging adalah hidupnya. Tidak mungkin dia bisa bertahan hidup selama satu bulan tanpa daging. Satu hari tanpa daging saja sudah membuatnya sangat tersiksa. Karenanya, Mi Ho memilih masuk ke kamar daripada terus menggoda suaminya.

MY BOYFRIEND IS A GUMIHO Where stories live. Discover now