10 - 2 : TERHUBUNG

129 12 0
                                    

Pukul sebelas malam, mereka dipulangkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pukul sebelas malam, mereka dipulangkan. Seul dan Na Wi berjalan lelah menuju rumah—rumah Seul. Na Wi merasa harus mengantar Seul pulang karena sudah malam, katanya. Dan mereka mengobrol di tengah kelelahan malam yang cukup hening itu.

“Wah, tadi itu kau hebat sekali. Membersihkan panggangan sampai mengkilap dalam waktu singkat. Bagaimana bisa begitu?” Na Wi membicarakan kehebatan Seul. Dia melihat hasil kerja Seul, juga mendengar Seul dipuji oleh pemilik resto.

Seul nyengir, “Ah, Sunbae juga kerjanya hebat tadi,” kata Seul.

Lalu sebuah mesin penjual minuman menggoda tenggorokan mereka yang kering. Seul mencari koin dalam saku baju. Tanpa diminta, Na Wi menyodorkan beberapa koin 100 dan 500-an. “Mana yang enak menurutmu, pilihkan untukku,” katanya.

“Baiklah,” kata Seul, sambil menyabet koin-koin itu.

Seul menjelaskan tentang betapa enaknya minum soda setelah makan daging sambil memasukan koin-koin di tangan ke mesin penjual minuman, tapi ...

“Mana minumannya?” tanya Na Wi.

... MESIN PENJUAL MINUMAN MENELAN KOIN-KOINKU!! Seul geram.

Dengan pose seorang ahli, Seul meminta Na Wi untuk menenangkan diri. Kemudian Seul berkonsentrasi untuk menyerang mesin penjual minuman itu. Dan Seul ingat, bahwa dirinya adalah manusia dan seorang wanita. Dia tak boleh nampak begitu perkasa apalagi di depan pria yang menyukai dirinya. Seul menendang mesin itu dengan tenaga seminim mungkin.

Na Wi mempelajari itu. Katanya, “Apakah dengan ditendang minumannya akan keluar?”

Meski Seul heran kenapa Na Wi tak mengetahui itu, Seul iyakan saja pertanyaannya. Kemudian Na Wi MENENDANG mesin penjual minuman itu, dan DURURUK—terdengar suara aneh dari balik mesin ini. DURURUK lagi, lagi, dan BRAK! Tembok di belakang mesin runtuh bersama mesinnya. SEUL MENGANGA.

TRING. Satu kaleng soda melompat keluar—Na Wi menangkapnya dengan refleks. Dengan lambat, kaleng minuman yang lain menyusul lompatan itu. Setelahnya, banyak dari mereka melompat-lompat dengan cepat. Seul mematung, sedangkan Na Wi amat sibuk menangkapi setiap kaleng minuman yang melompat.

“HEY! ITU PENGRUSAKAN FASILITAS UMUM!!” teriak seorang pria berseragam keamanan dari arah kanan.

“SUNBAE, AYO LARI!” seru Seul, sambil tanpa sadar mencengkeram tas punggung Na Wi, dan PEREREREK, tas Na Wi robek begitu saja. Seul segera menangkap seluruh isinya. Pelototan mata Seul memberi Na Wi isyarat untuk melangsungkan aba-aba tadi. Mereka pun berlari CEPAT sekali. 

Tak banyak orang pada tengah malam begini, hanya seorang penjaga keamanan—yang tadi berteriak—yang melihat kecepatan lari mereka yang hampir tak terlihat itu. SYUNG! Dalam sekejap, mereka menghilang dari pandangannya. Mereka berhenti tepat di depan pintu halaman rumah Seul.

Na Wi terengah-engah.

Hm, dia pasti lelah setengah mati. Maafkan aku, Sunbae. Seul merasa bersalah telah menyeret Na Wi dalam kecepatan lari yang tidak biasa.

MY BOYFRIEND IS A GUMIHO Where stories live. Discover now