10 - 3 : KEMATIAN PERTAMA

124 13 1
                                    

Bulan bulat bercahaya terang. Saat semua orang telah terlelap tidur dan bermimpi, dua orang ini masih belum memejamkan matanya, yaitu Na Wi dan Seul. Bukan karena senang, bukan pula karena jantung tak henti berdebar. Mereka tak bisa bernapas.

“Ah, kenapa ini?” Seul menekan rasa sakit di dadanya dan berguling tengkurap.

“Kenapa dingin sekali?” Seul menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, dan berdetik kemudian dia merasakan gerah luar biasa. Seul membuka lebar jendela kamar. Dia tidak demam atau masuk angin. Dia merasakan panas dan dingin bergejolak di dalam dada.

Sedangkan rasa sakit Na Wi tak bisa dijelaskan. Kesembilan ekornya keluar dan sesuatu yang aneh terasa pada salah satunya. Dia berdiri di depan cermin, menatap asap dingin yang keluar dari tubuhnya. “Permata rubahku, ada apa denganmu?” gumamnya, dengan tercengang-cengang.

“AH!” keduanya sama-sama mengaduh perih. Na Wi berpegang ke tepian cermin, sedangkan Seul bergelantung di tepian ranjang—dia terjatuh dari ranjang saat berusaha bergerak menuju kamar ibunya. Mata Na Wi melebar, sedangkan mata Seul menyipit.

Na Wi menatap lekat-lekat dirinya di cermin. “Ke mana perginya satu ekorku?!” serunya.

Dan Seul berakhir meringkuk tak sadarkan diri di lantai kamar.

MY BOYFRIEND IS A GUMIHO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang