07 - 2 : DEWA RUBAH

143 16 0
                                    

Badai reda, hari berlalu, malam berlarut, dan hari dan malam terus berganti tanpa ada yang bisa menghentikannya. Na Wi si rubah kecil masih berada di dalam tumpukan es itu, tak sadarkan diri, dan kini serpihan-serpihan esnya mulai menyatu dan mengeras. Kalau saja tumpukan es itu berbentuk bulat, mungkin itu akan terlihat seperti telur rubah es. Na Wi ‘terlelap’ dengan tenang di dalamnya, entah bermimpi apa.

Tidak ada yang datang menghampirinya, atau sekedar lewat di sekitar sana. Gunung tempat para hewan tinggal itu telah mendingin dan putih. Sehelai rambut pun tak terlihat di sana. Mungkin  memang sudah tidak ada lagi yang hidup. Semua telah binasa, kecuali satu, rubah kecil yang terlelap di dalam pelukan dingin es abadi.

Anehnya, meski matahari menyapa dan mengetuk bongkahan es yang melingkup dirinya hingga agak retak, Na Wi tidak pernah terbangun. Mungkinkah dia sudah mati?
Lalu matahari mencairkan bongkahan es itu. Rubah yang mungil itu perlahan-lahan ‘turun’ dari es, hingga perutnya menyentuh tanah. Dia hanya meringkuk, dengan kedua mata tertutup. Tapi dia tidak mati. Punggungnya jelas-jelas bergerak naik dan turun. Dia hanya terlelap.

Lama, lama, lama, dan lama kemudian, tidak banyak yang terjadi padanya. Na Wi masih meringkuk dengan kedua mata tertutup. Saat pepohonan dan semak mulai tumbuh, berbunga, layu, gugur, mati, dan tumbuh kembali, Na Wi sama sekali tidak bertambah gondrong. Tidurnya tak pernah terganggu oleh kupu-kupu yang hinggap di telinganya atau oleh gempa sekalipun.

Ya, sebuah gempa terjadi. Batu-batu bergelindingan, yang kecil dan yang besar. Pohon-pohon mulai runtuh, dan burung-burung terbang kabur sambil berteriak ketakutan. Tanah pun retak karena terlalu keras bergoyang.

Tapi Na Wi berada dalam kedamaian dirinya sendiri. Bagai bayi yang tak berdosa, Na Wi terus berkelana dalam tidur panjangnya. Dia melupakan goncangan, bising, lapar, dan mungkin jalan pulang. Sekali lagi, Na Wi tidak terbangun dari tidurnya. Seperti telah diatur, ke sisi kanan dan kirinya beberapa batu kecil berdesakan dan menjatuhkan diri. Lalu sebuah batu yang lebih besar menggelinding tepat di belakang Na Wi, dan BRUK, batu itu berhenti begitu saja di belakangnya—tidak ada penghalang apa pun di sekitar sana. Semenjak saat itulah, alam tahu bahwa mereka HARUS melindungi rubah kecil itu.

Batu yang lebih besar bergabung, lagi dan lagi, hingga membentuk semacam setengah lingkaran—kecuali bagian kepala Na Wi saja yang tidak dilingkari batu. Batu-batu itu cukup tinggi untuk dipasangi atap di atasnya. Dan, ya, suatu dahan yang kuat menjatuhkan diri dengan sukarela ke atasnya. Dia bergabung untuk melindungi rubah kecil itu. Kini, Na Wi seperti memiliki sebuah gua pribadi di tengah liarnya alam.

Tanpa pernah ingin tahu mimpi yang Na Wi lihat dalam tidurnya, tanpa pernah ingin membangunkannya, alam terus menjaganya. Ini adalah sebuah dongeng yang tak memiliki penyihir dan penjahat di dalamnya. Dongeng ini hanyalah tentang Na Wi, rubah kecil yang bertahan hidup dalam tidur ratusan tahun lamanya. Dan jika pun ada seorang putri raja yang menciumnya, dia tidak akan terbangun atau berubah menjadi pangeran. Dongeng ini benar-benar hanya tentang Na Wi.

Dan pada musim panas yang ke-seribu, matahari bersinar TERIK sekali. Cahayanya menembus celah-celah batu dan meretakan atap dahan gua Na Wi. Setelah ratusan ribu kali mencoba, akhirnya kali itu matahari BERHASIL membangunkan rubah kecil itu. Na Wi mulai membuka matanya.

Kepala kecilnya tak kesakitan saat terantuk dahan yang telah retak, dan tubuhnya—yang dijaketi rambut-rambut cokelat—hanya merasa sedikit pegal. Na Wi tersenyum cerah. Apa pun yang terjadi ‘semalam’, dia senang badai salju telah reda dan semuanya kembali cerah. Na Wi si rubah kecil mengira dirinya hanya tertidur satu malam saja.

Eh, lalu dia menyadari perubahan musim. Saat badai terjadi, tanah dipenuhi oleh salju, sedangkan sekarang ada banyak warna hijau di sekitarnya. Oh, mungkin Na Wi melewatkan awal dari musim semi, pikirnya. Dia masih belum menyadari perubahan zaman.

MY BOYFRIEND IS A GUMIHO Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz