06 - 3 : DI BALIK AIR MANCUR

132 19 2
                                    

Sebuah poster pertunjukan air mancur menuntun Seul ke suatu tempat. Karena Na Wi suka main air, kemungkinan besar dia akan berada di tempat pertunjukan air mancur itu. Seul terus celingukan mencari Na Wi di antara banyaknya kerumunan manusia. Selain itu, Seul juga mengandalkan penciuman tajamnya. Bau Na Wi agak unik: bau air, es, dan rasa gatal yang bercampur jadi satu.
Tiba-tiba tangan Seul ditarik. Ini Na Wi! Tangannya menarik Seul hingga ke balik patung yang sangat besar. Seul tidak memperhatikan patung apa itu. Tapi di sini, jauh dari keramaian dan tidak terlalu terang. Ini di belakang layar pertunjukan air mancur yang menawan.

“Kau senang?” tanya Na Wi, pada Seul.

Seul seolah terhipnotis olehnya. Dia mengangguk tanpa berkedip.

“Aku juga.” Entah Seul salah lihat atau memang benar begitu, mata Na Wi berubah jadi putih semuanya, seperti bekuan es. “Ayo lakukan sekarang,” lanjutnya, mengajak.

Mata Seul melebar dan udara terasa semakin dingin. Na Wi semakin mendekat pada Seul, tapi mata mereka tidak menutup seperti pasangan pada umumnya yang hendak berciuman—dan sebenarnya mereka pun bukan pasangan. Tapi rasanya ... kenapa semakin dingin? Dan seolah semua yang Seul lihat hanya bekuan es: putih dan dingin.

“Hey! Hey!!” Na Wi menahan tubuh Seul dengan tangan kirinya.

Seul jatuh pingsan.

Na Wi menghela napas aneh, napasnya mengepul dingin seperti lemari es yang baru saja dibuka. Dia bergumam, “Ah, dasar manusia. Tidak ada yang bisa benar-benar bertahan dengan kedinginanku.” Dia menoleh kiri-kanan. Setelah memastikan tak ada yang melihat, Na Wi merogoh saku jaketnya. Sebuah benda bening berkilau dikeluarkannya dari sana. Batu permata yang hampir sebesar bola pingpong itu mengepul, dan ditelan dengan mudah olehnya.

“Meski kau tidak sadar, kuharap ritual yang kau percaya itu berhasil. Aku juga akan menyelamatkanmu,” ucapnya, dengan sepenuh hati.

Dan di antara riuhnya tepukan dan percikan air di balik patung itu, Seul tersandar tak sadarkan diri pada patung dan Na Wi mulai memejamkan kedua matanya. Tangan dingin milik Na Wi mendekap pinggang Seul supaya mendekat padanya, lalu kepul putih keluar dari bibirnya dan bergerak menuju bibir Seul. Seketika itu, kesembilan ekor Na Wi muncul bergulungan dan hawa dingin menyebar pada semua orang yang sedang menikmati pertunjukan. Na Wi memandangi gadis kecil ini—Seul, “Kuharap, setelah ini kau tidak akan takut padaku.”

MY BOYFRIEND IS A GUMIHO Where stories live. Discover now