• IGATT - 1 •

9.5K 864 146
                                    

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

Lalisa sedang merapikan anak rambut ke belakang telinga saat angkutan umum yang ia tumpangi mendadak berhenti. Suasana mendadak tidak kondusif, para penumpang yang hampir keseluruhan merupakan pelajar langsung melempar protes.

"Kok berhenti? Kita udah mau telat nih," ucap seorang cowok berkaca mata yang duduk di dekat jendela dengan wajah tertekuk.

Si supir lantas berseru, "Sabar dek, ada yang tawuran noh di depan."

Lalisa meringis, seorang siswi disampingnya bahkan menjerit tertahan. Suasana tiba-tiba berubah menjadi tegang sesaat, penuh dengan rapalan do'a keselamatan. Mendadak, Lalisa teringat akan dosa-dosa yang telah ia perbuat selama hidupnya.

Untunglah tak ada apa-apa yang terjadi dan Lalisa bisa sampai di sekolah dengan selamat. Saat ia baru turun dari angkot dan memberi bayaran kepada supirnya, mata Lalisa memincing melihat seorang cowok──beserta rombongannya── yang memasuki area sekolah dengan motor mereka yang bersuara nyaring. Dan mereka terlihat ... acak-acakan.

Lalisa menahan napas. Atau jangan-jangan cowok tadi terlibat tawuran? Berarti sekolahnya terlibat dalam aksi yang tidak dibenarkan. Enggan terlibat lebih jauh, akhirnya dengan langkah seribu dia segera menjauhi area lapangan sekolah ──yang kini lebih mirip seperti arena pusat demo saking ramainya dengan gerumbul siswa, untuk menonton kedatangan orang-orang tadi. Kakinya dengan lincah menapaki tangga menuju lantai dua, yang merupakan lantai deretan kelas duabelas.

"Lalisa!"

ia baru saja menginjakkan kaki ke dalam kelas saat Jennie memanggilnya, memberi isyarat untuknya agar cepat mendekat. Rose, Jennie, dan Layla mendekatkan posisi duduk mereka ke arah Lalisa, seperti ingin memberi tahu sesuatu yang bersifat rahasia dan misterius.

"Lalis, tadi ada gerombolan gembel di lapangan nggak?" tanya Layla.

"Gembel?" pikirnya, lalu mengangguk mengiyakan. iyain ajadeh.

"Tuhkan bener, Benua sama kelompoknya tawuran lagi," ucap Rose dengan masih berbisik.

Lalisa mencoba mencerna semua hal yang ia dengar dengan cepat, Benua? Kelompok? Orang-orang ini membicarakan apasih?

Selepas menjitak kepala Layla, Jennie akhirnya buka suara. "Terakhir kali sekolah kita sering tawuran ya jaman angkatan kak Bara. Sekarang jaman angkatan si Benua, angkatan kita woy."

Meski dilanda penasaran yang luas, Lalisa hanya diam menyimak. Ia menopang dagunya dengan punggung tangan, menatap wajah sahabat-sahabatnya yang sedang serius.

"Untung Benua anak kepala yayasan, terus pinter, kalo enggak udah di drop out kali dia. Ck, gak heran sih sikap dia kayak gitu."

"Menurut kalian wajar gak sih kalo Benua jadi primadona sekolah? Ganteng sih iya, tapi kelakuannya primitif banget."

Ice Girl And The TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang