"Naura?" panggil Ratna kembali.

"Mereka datang untuk melamar Naura, Bunda," ucap Naura pelan.

Ratna langsung terdiam mendengar ucapan Naura.

"Mereka siapa?" tanya Ratna yang sedikit terkejut mendengar penuturan Naura.

"Teman tante Ani," kata Naura pelan.

"Jadi apa keputusan kamu?" tanya Ratna lagi, dia tidak menyangka dengan kejadian mendadak ini, namun sebisa mungkin dia akan mendukung segala keputusan yang dipilih Naura.

"Naura menerimanya Bunda,"

Ratna cukup kaget mendengar jawaban dari Naura.

"Kamu menerimanya, Nak?" ulang Ratna meyakinkan.

Naura mengangguk pelan.

Ratna mengusap bahu Naura, "Semoga keputusan yang kamu ambil adalah yang terbaik, Nak. Bunda akan selalu mendukung kamu," kata Ratna.

"Makasih Bunda, Naura sangat bersyukur memiliki bunda," kata Naura memeluk Ratna erat. Ratna tersenyum sambil terus mengusap punggunh Naura.

Iya, semoga ini yang terbaik Nak.

🕊️🕊️🕊️

Assalamualaikum Bang, Bagaimana kabarnnya Bang? Naura mau ngasih kabar ke Abang, kalau minggu depan InsyaAllah Naura akan menikah Bang, yang InsyaAllah juga dengan lelaki pilihan Allah untuk Naura. Sebenarnya Naura berharap Abang ada disini, yang juga ikut menjadi saksi pernikahan Naura, tapi Abang tetap fokus saja pada kuliahya, sehat-sehat terus ya Bang, Wassalam. - Naura

Assalamualaikum Nak, gimana kabarnya? Udah makan? Disana sekarang jam berapa? Tadi bunda ingin menelfon, tapi takut kalau ternyata disana sedang malam hari dan menganggu tidur kamu, Bunda hanya mau memyampaikan, kalau Naura minggu depan akan menikah, dia telah dilamar sebulan yang lalu, Bunda harap kamu Ikhlas ya Nak, karena bunda tau isi hati kamu. -Bunda

Fathan membeku seketika setelah membaca dua pesan teratas dari ponselnya. Kembali dia mengulang membaca pesan tersebut berharap apa yang di bacanya tadi hanya halusinasi semata karena dirinya yang terlalu kelelahan.

Fathan memilih duduk, kembali membuka pesan dari Naura, lalu beralih kepesan yang dikirim bundanya.

Ya Allah

Dadanya sesak seketika, telapak tangannya mulai mengepal, lalu mengarahkan tangan itu tepat kedadanya, merasakan dengan jelas detak jantungnya yang semakin menggila.

Matanya mulai memanas, kembali, dia membuka pesan Naura, membaca kata demi kata pesan itu lagi. Tetap sama, tidak ada kata yang berubah dari yang dia baca sebelumnya.

Tangannya mengarah pada kontak Naura, siap untuk menekan simbol telepon itu namun dia urungkan lalu beralih menelpon sang Bunda.

"Assalamualaikum, Nak," terdengar suara Ratna diseberang sana.

Lidah Fathan kelu, untuk menjawab salam dari Bundanya saja dia tidak sanggup.

"Nak," panggil Ratna lembut.

"Bunda," lirih Fathan. Air matanya tidak terbendung lagi, jika Bundanya didepannya sekarang, mungkin dia akan memeluk erat Bundanya karena perasaan ini.

"Nak, Bunda tau perasaan kamu, Ikhlas Nak, Ikhlas ya, mungkin ini jalan terbaik untuk kamu dan Naura," kata Ratna, dia paham betul dengan perasaan anak semata wayangnya itu.

"Ini tidak akan terjadi jika _"

"Fathan, sudah Nak, tidak ada gunanya penyesalan, semuanya sudah terjadi, kamu dan Naura tidak di garis yang sama."

Fathan menahan tangisnya, berusaha tidak terisak.

"Sabar ya Nak, Adukan pada Allah apa yang sedang kamu rasakan, karena bunda yakin kalau Allah adalah sang perencana terbaik, dan ini rencana Allah untuk kamu," kata Ratna. Fathan terdiam, terus mengusap dadanya yang terasa nyeri.

Entah mengapa dia merasa menyesal, menyesal tidak melakukan permintaan bundanya sebelum menginjakkan kaki di negara itu.

Ya Tuhan, maafkan perasaan ini yang telah terlanjur jatuh amat dalam ke dalam jurang cinta terhadap hamba-Mu. Hamba berharap ini memang jalan yang Engkau takdirkan pada kami, hamba berharap semoga dia mendapat lelaki yang dapat membimbingnya pada surga-Mu.

---

A/n:

Assalamualaikum!!

Cuma mau bilang, "Happy Reading dan jangan lupa tinggalkan voment nya 💕"

Ig: came_sa

Sebuah Rasa Berujung Asa [END]Where stories live. Discover now