Bagian empatpuluhlima (END)

9.9K 279 26
                                    

Akhir yang bahagia adalah kedua belah pihak yang memiliki kebahagiaan.

❤❤❤

Entah harus menggambarkan seperti apa perasaan Juni saat ini. Semua sudah hancur dan tidak berbekas. Hanya senyum palsu yang selalu terukir di wajahnya saat ini.

Dengan cuaca yang sangat mendukung untuk menyamarkan air mata yang mengalir di pipinya.

Ia masih tetap disini dan tidak pernah berniat untuk pergi. Sudah seminggu sejak hari kepergian Januari ke tempat yang lebih baik, semua masih terlalu semu untuk Juni lupakan. Di tempat ini Juni masih terus menangis di depan pusara makam Januari yang teramat takut untuk Juni tinggalkan.

Ia sudah melalui tantangan Januari untuk tidak menangis, dan waktu selama sebulan itu sudah berlalu beberapa hari lalu yang berarti Juni bisa leluasa untuk menangis sekarang. Tapi yang di dapat hanya tangis sederhana tanpa raungan ataupun ringisan. Ia menangis tanpa suara, hanya rintik hujan yang terus membasahi dirinya.

Ia menangis untuk melepas semuanya, semua hal yang sudah ia lalui tanpa Januari selama seminggu ini. Sebagian hatinya kosong sekarang dan tidak ada lagi warna.

Juni menatap pusara itu dengan senyuman sendu seraya mengusap nisan yang bertuliskan nama Januari. Ia sendiri, dengan masih berseragam sekolah. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang sudah basah kuyup dan tubuh yang sudah menggigil.

"Abang, gue kangen sama lo."

"Gue pengen peluk lo lagi.. Lo baik - baik aja kan disana?"

Juni menghela nafas saat dadanya semakin sakit kala ia berbicara.

"Hidup gue gak kayak dulu lagi.. Dulu lo selalu hibur gue kalau gue sedih.. Selalu peluk gue kalo gue kedinginan.. Sekarang gue kedinginan, lo gak mau peluk gue gitu?"

Juni terkekeh yang justru terdengar menyakitkan bagi siapapun yang mendengar.

"Gue bodoh ya nanya kayak gitu sama lo.. Jelas - jelas lo gak bakal ada disini lagi.. Tapi gue percaya kok lo di sana selalu perhatiin gue dan berusaha buat lindungin gue.. Makasih untuk menjadi kakak yang baik buat gue selama hidup lo..,"

Air matanya mengalir semakin derasa bersamaan dengan hujan yang terus turun tanpa berniat untuk berhenti.

"Gue bakal bahagia dan berusaha untuk hidup lebih mandiri lagi sesuai harapan lo.. Dan sebentar lagi gue bakal naik kelas, semoga nilai gue memuaskan dan gue bisa bahagiain lo.. Mamah sama papah.. Lo pasti bahagia kan kalo gue pinter kayak lo? Gue gak bakal pernah lupain didikan lo selama ini.."

"Lo harus tau satu hal kalo banyak yang sayang sama lo, mereka banyak yang gak nyangka lo pergi secepat ini.. Bahkan semua temen lo disekolah dateng buat doain lo.. Mereka semua sayang sama lo bang.. Jangan pernah merasa sendiri lagi, gue bakal selalu kesini untuk temenin lo.. Dan lo bakal selalu temenin gue kan? Gue udah sendiri sekarang..,"

Juni kembali menghela nafas karena dadanya semakin sesak saat ini.

"Orang yang gue anggap baik ternyata salah.. Dia egois.. Dia gak mentingin perasaan gue.. Lo bener kalo Senioo gak baik buat gue.. Bahkan untuk sekedar datang ke pemakaman lo aja dia gak ada.. Gue salah nilai Senioo.. Dan lo bener bang..,"

Bahu Juni bergetar menahan sesak dan tangisnya yang sudah pecah saat ini. Terlalu menyakitkan untuk menyadarinya, dan terlalu menyedihkan untuk sekedar mengucap namanya.

"Keputusan gue udah bulat.. Gue gak bakal pernah mau ngulangin semuanya sama dia.. Walaupun gue udah mamafin, karena lo selalu ngajarin gue untuk selalu memaafkan orangkan? Gue gak marah dan gue gak dendam.. Gue cuma kecewa.. Kepercayaan gue hancur..,"

My Senior (Senior Series 1)Where stories live. Discover now