Senio Reygan Pratista

32.3K 1.2K 56
                                    

Waktu terus berlalu, gelap malam semakin pekat dan dingin yang semakin menyeru dengan cepat.

Seorang lelaki bertubuh jangkung, rahang tegas, berkulit putih, dan berketurunan western. Tengah berdiri dibagian sisi paling atas gedung yang belum jadi namun sudah terbengkalai.

Gedung itu tak jauh dari pusat kota, sehingga ia bisa melihat keindahan kota Bandung dari atas gedung tersebut. Terlihat dengan jelas lampu kendaraan yang berbeda dengan kendaraan yang saling berlawanan arah, gedung-gedung tinggi, dan lampu jalan yang bersejajar kokoh diantara tengah jalan dan sisi jalanan kota Bandung.

Tentu saja dengan alam semesta yang mendukung cuaca malam ini, terlihat jelas taburan bintang diangkasa yang menghiasi langit gelap kota Bandung.

Angin yang menderu itu mampu menerpa bagian ujung helai jambul rambut lelaki yang tengah menikmati aroma angin malam kesukaannya. Apalagi aroma Petrichor yang sangat ia sukai sejak kecil.

Semua itu mampu membuatnya de javu akan semua kenangan indahnya dimasa kecil. Yang sekarang mungkin takkan pernah terjadi kembali. Canda tawa dan suara jeritan tangis anak laki-laki dan perempuan yang saling berebut mainan atau remot tv.

Sungguh, rasanya ingin ia memutar waktu dan tidak mau menjadi dewasa jika pada akhirnya ia harus mengalami pahitnya masa dewasa. Like a Petter Pan.

Namun semua sudah menjadi takdir, jika memang garis takdirnya seperti itu maka dengan lapang dada ia menjalani semuanya. Seperti janjinya pada seseorang yang sudah menghiasi masa kanak-kanak nya.

Drtt.. Drtt..

"Apaan?"

"Bro, jadwal lo balapan malem ini ditempat biasa gue tunggu."

Lelaki itu mendecak.

"Berangkat."

❤❤❤

My Senior (Senior Series 1)Where stories live. Discover now