Bab 65: Singa Yang Meraung

19.3K 1.3K 284
                                    

Sudah sekitar tiga minggu ke seharian kami di isi oleh proyek di daerah Sawangan Depok. Berangkat pagi dan lembur sampai tengah malam sudah menjadi resiko yang harus kami terima. Pekerjaan memang sengaja di ketatkan dan di tekan se-efektif mungkin, semuanya hanya untuk mengejar target pada schedule perusahaan.

Sejauh ini semuanya lumayan berjalan dengan lancar, walaupun dua belas anak Warchild yang gua ajak bekerja mulai mengalami stres dan pengurangan stamina, namun target pekerjaan sudah melebihi ekspektasi gua. Dari seratus persen progres kini hanya tersisa sekitar dua puluh persen saja. Maklum sih, itu semua karena Bu Sinta yang selalu mengecek pekerjaan dan target perharinya kepada kami, jadi mau tak mau kami mengikuti cara kerjanya yang lumayan sadis dan penuh penekanan.

Sebagai leader di lapangan gua harus terus keliling lokasi untuk mengecek pekerjaan yang sedang berjalan. Tentunya gua melakukan ini dengan menggunakan mobil pick-up milik pak Doddy yang di fungsikan sebagai kendaraan operational.

Sekitar pukul delapan malam, sehabis mengecek pekerjaan di Teamnya Agus Tengik dan Zikri, gua langsung meluncur ke pertigaan Bedahan guna mengecek pekerjaan Teamnya Ruby.

Terlihat di sana Okib, Ruby, Josep Daim, dan Dewa sedang mengerubungi satu panel listrik. Entah apa yang sedang mereka lakukan di sana karena semenjak sore pekerjaan mereka tidak selesai-selesai.

Leader Team itu adalah Ruby. Karena hanya dia yang paham masalah rangkaian Elektrikal. Yang lainnya sih cuma bantu-bantu narik kabel, ngupas kabel, pasang panel atau oper alat.

Gua parkirkan mobil pickup di pinggir jalan raya di dekat tempat mereka bekerja.

"Dari maghrib kaga selesai-selesai juga tuh kerjaan!" Protes gua seraya turun dari mobil.

Mereka semua menoleh dengan tampang terkejut ketika melihat gua datang.

"Elu semua pada gosip, apa pada kerja sih?"

"Dikit lagi-dikit lagi.." jawab Ruby menjadi panik ketika gua tegur.

"Dari tadi dikit lagi terus lu. Bisa kaga sih lu pada?!" Sindir gua ke anak itu.

"Iya emang sedikit lagi kok. Ini cuma ada sedikit masalah.." jawab Ruby tambah panik.

"Ada masalah apaan sih? Sini gua liat.."

Anak-anak langsung memberikan akses untuk gua melihat isi panel dan mengecek rangkaian kabel di dalamnya.

Kepala gua langsung pusing melihat kabel yang terpasang semeraut.

"Buset! Berantakan amat ini kabel. Udah kaya jembut gak pernah di sisir. Masangnya kaga bisa rapihan dikit ape?" Protes gua kepada Ruby selaku leader dalam team ini.

"Maksud gua biar sistemnya idup dulu. Nanti kalo udah idup baru di rapihin lagi kabelnye.." jawab Ruby masih terlihat panik.

"Alesan aje lu. Terus masalah sistem ini apa?" Tanya gua tajam.

"Kayanya sih di sensornya. Tapi gua ubek-ubek dari tadi kaga nemu-nemu.."

"Lah, lampu laen yang lu pasang lancar-lancar aja. Kok sekarang ini doang yang bermasalah? Kenapa? Rusak sensornya? Kan barang baru, kok bisa" Tanya gua terus menekan anak itu.

Wajah Ruby semakin pucat karena terus gua tanya dengan nada menekan.

"Hm..gua tadi kencing dulu. Eh, si anak ustad malah kelaguan inisiatif ngonek kabel sendiri. Jadi gini dah hasilnya.." jawab anak itu membela diri.

KOST SEGREKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang