Bab 19: Kabar Mengejutkan

23.6K 1.4K 142
                                    

Hari ini jam tiga sore kami bertiga sudah duduk manis di dalam ruang organisasi Osis. Hari ini Adit tidak dapat bergabung karena harus mengikuti ujian susulan. Di kursinya Mas Arifin seorang alumni angkatan tahun 98 yang dulu salah satu pengelola organisasi rohis ini sedang memberikan pengarahan untuk bantuan sosial bagi anak-anak yatim di sebuah panti asuhan di daerah sukabumi. Rapat telah berjalan dari satu jam yang lalu. Jujur gua merasa bosan sekali berada di sini.

       Tidak terasa sudah sebulan lebih kami bergabung dengan organisasi Rohis. Tetapi tidak ada yang berubah sedikitpun dari kelakuan kami, kecuali dari segi membaca Al-Quran menjadi lebih lancar. Bahkan Doni mulai belajar Iqro. Dengan hebatnya dalam waktu dua minggu, anak itu sudah naik tingkat ke Iqro tiga.

       Dari tadi gua hanya terdiam tanpa ada keinginan untuk berbicara atau sekedar memberi masukan untuk rencana bantuan sosial kali ini. Biasanya ketika ada acara seperti ini gua selalu menjadi orang yang paling vokal dan selalu ingin menonjol di banding yang lainnya.

       Semua itu gua lakukan bukan karena berambisi ingin menjadi seseorang yang di hormati dalam kelompok ini, atau karena jiwa sosial gua yang tinggi. Tapi semata-mata gua lakukan untuk menarik perhatian Aeyza saja. Tapi Aeyza hanya bersikap biasa-biasa saja ke gua.

       "Heh, jomblo!" Panggil Sherly yang duduk di sebelah gua. "Kenapa lo? Kok dari tadi kaya ayam sakit gigi. Biasanya kalo ada beginian paling bergaya lo?"

       Gua diam saja tidak menjawab. Pandangan gua masih menatap Aeyza dengan kesal.

       "Kau lihat dulu lah, Sher, di depan sana.." beritahu Doni sambil menunjuk Aeyza dan Yusuf yang sedang berdiskusi berduaan dengan sikap mesra.

       Sherly tertawa-tawa kecil.

       "Oh..pantes. Kecengannya di sikat orang lain. Makanya cemberut aja dari tadi.."

       Gua cemburu bukan karena melihat Aeyza dan Yusuf berduaan. Kalau pemandangan itu sudah biasa terlihat. Tapi gua sangat cemburu ketika melihat wajah Aeyza yang begitu bahagia kala berbincang dengan Yusuf. Bahkan Yusuf dapat membuat tawa di bibir Aeyza terkembang lebar.

       Kini gua sadar ternyata mereka berdua memang sangat cocok jika bersama. Yusuf pemuda yang soleh, sedangkan Aeyza wanita shalehah.

       Lalu gua apa?

       Gua layaknya iblis yang menganggu hubungan mereka. Yang datang untuk merusak kebahagian yang telah mereka jalin jauh sebelum kedatangan gua. Apa gua harus menyerah untuk memperjuangkan Aeyza?

       "Rom...Romi..."

       Sherly menyenggol lengan gua. "Di panggil Mas Arifin lo!"

       Gua langsung terkejut dan menoleh ke mas Arifin.

       "Kenape bang?" Tanya gua ketus. Biasanya gua memanggil dia dengan julukan Mas. Dan kini keceplosan dengan panggilan Bang.

       Agak tercengang juga Mas Arifin mendengarnya.

       "Kamu diam saja dari tadi. Biasanya kamu selalu vocal dan menggebu-gebu jika ada acara seperti ini.."

       "Sorry mas..lagi masuk angin.." jawab gua asal.

       Anak-anak Rohis tertawa mendengar jawaban gua.

       "Yusuf memberikan saran kalau acara bersama anak yatim nanti di banyakan sesi Shalawat dan membaca Al-Quran. Dan saya sih setujuh aja..tapi setelah kita berdua berdiskusi panjang kemarin, kamu memberikan saran kalau lebih baik ada sesi Quis dan gamesnya. Karena mereka anak-anak panti asuhan kesehariannya sudah banyak di isi dengan membaca quran, kenapa nggak sekali-kali di berikan permainan yang menyenangkan seperti Quis dan Games agar psikologi mereka sebagai anak-anak tidak terganggu. Saya sangat suka sekali dengan pendapat kamu itu. Coba jelaskan Quis dan Games seperti apa yang sudah kamu pikirkan?" Pinta Mas Arifin dengan antusias.

KOST SEGREKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang