Sekitar enam belas orang turun dari motor yang kami parkirkan di gang masjid, di jalan Jeruk. Di sana ada sebuah tongkrongan kenalan kami. Memang sengaja kami memilih parkir di tempat yang agak jauh dari lokasi penyerangan, agar jika kami kalah, motor yang kami naiki masih bisa selamat.
"Langsung jalan ke Oebin.." pinta gua ke anak-anak.
"Buset..kaga nungguin yang laen dulu?" Tanya Bastian dengan wajah memucat.
"Biar mereka nyusul aja.."
"Jangan Rom, nanti pada maen cari-carian.."
"Yaudah kalo begitu elu tinggal di sini aja, buat ngasih tahu mereka.." saran gua ke Bastian.
"Lah iya, gua mau dah kalo begitu. Aman, adil, dan sejaterah ini mah, hahaha.." mendadak wajah Bastian langsung terlihat lega.
"Sompret lu! Maunya cari aman aje!" Maki Ruby sembari mentoyor kepala Bastian.
"Yee...Sirik aja lu! Ini rejeki gua tau..." Balas Bastian sambil mengejek Ruby.
"Dah kita pada jalan dulu, jangan lupa bawa anak-anak ke Oebin," ujar Okib mengingatkan Bastian.
Setelah itu kami mulai berjalan secara bergerombol.
"Hehehe...ati-ati lu pada ya, kalo ketemu musuh tungguin kite-kite dulu," kata Bastian sambil melambaikan tangan dengan tampang meledek.
Akhirnya kami berjalan pelan di sepanjang Jl. Jeruk ke arah pertigaan Oebin yang ramai. Di sepanjang perjalanan kami melewati warung makan dan pertokoan-pertokoan. Beberapa warga menontoni kami dengan wajah-wajah cemas yang bercampur curiga.
Tidak lama kemudian pertigaan Oebin sudah terlihat di depan mata.
Jantung kami mulai berdegup dengan kencang.
Keringat dingin mulai membasahi tubuh ini.
Senjata-senjata tajam atau tumpul mulai di keluarkan.
"Kalem..." kata Endank memperingatkan anak-anak yang sudah bersiaga.
"Kita nongkrong di gang Summa aja sambil nungguin anak-anak ngumpul.." usul Buluk sambil menunjuk sebuah gang kecil yang ada gapuranya.
Kami semua setuju dan berjalan ke Gang Summa dengan sikap waspada.
"Woi..yang nongkrong sedikit!" Tiba-tiba Zikri yang berjalan paling depan memberitahu kami.
Ruby melongok ke arah tongkrongan anak LA yang ada di pertigaan Oebin. "Mungkin sekitar dua puluh orang kurang...kita langsung bantai mereka aja, Rom!" Ruby sudah bersiaga menggenggam golok tiga puluh centinya.
"Woi kalem, woi kalem!" Bagol tampak cemas kalau kami bergerak gegabah.
"Udah langsung sikat aje, Gol!" Ujar Okib ikut tak sabaran.
"Kita liat keadaan dulu dong..."
Belum sampai di tempat yang kami sepakati, perdebatan antara lima belas orang anak muda terjadi. Ada yang memilih menunggu, ada pula yang nafsu ingin menyerang.
Ketika sampai di gang Summa, memang benar jumlah mereka sangat sedikit, di situ ada Abul dan Gompal yang juga ikut nongkrong.
"Udah langsung bantai ajalah! Mumpung ada Gompal noh!" Kata gua yang jadi napsu ketika melihat Gompal berada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST SEGREK
Non-Fiction(SERIAL KE DUA DARI BADJINGAN) Cerita ini hanya untuk usia 21++ Di sini banyak penggunaan kata-kata kotor dan adegan sadis/vulgar. Mohon kedewasaannya dan kebijakannya dalam menyikapi setiap chapter yang di publish. Bagi kalian yang fanatik dengan h...
