Bab 20: Rasa Nostalgia

25.1K 1.5K 303
                                    

Gua berjalan ke parkiran fakultas teknik sambil membawa segudang amarah yang membara. Benteng kesabaran di dalam diri gua sudah runtuh ketika mendengar nasib Adit dan Paul yang tergeletak mengenaskan di rumah sakit.

       Ketika memasuki perkarangan halaman Fakultas Teknik, beberapa anak-anak yang pernah tergabung dalam kelompok boikoter memperhatikan gua dengan tampang cemas. Bahkan beberapa dari mereka memperingatkan agar tidak pergi keparkiran, karena di sana ada Hendra dan kelompoknya. Gua tidak menghiraukan itu peringatan mereka. Tujuan gua memang untuk bertemu dengan Hendra dan memberinya pelajaran.

       Ketika jarak pandang gua sudah bisa melihat ke arah parkiran fakultas teknik, di sana terlihat jelas sudah ada Hendra, Deni, dan Awe beserta lima anak senior yang sedang berkumpul sambil bercanda-canda. Kepala gua menjadi semakin mendidih di buatnya. Di samping itu gua juga lega, karena jumlah empat puluh orang yang di bilang Erte tidak ada.

       Gua berjalan lebih cepat ke arah mereka. Kopel atau sabuk berkepala besi gua lepaskan dari pinggang dengan kasar. Lalu gua lilitkan di tangan kanan dengan menggenggam kepala besinya. Lalu gua sembunyikan tangan yang memegang kopel ke balik pinggang.

       Sesampainya di sana mereka kaget melihat kedatangan gua.

       "Si Anjing akhirnya dateng!" Seru Awe.

       "Minta di beri nih bocah!" Tambah Deni.

       Beberapa anak langsung bangkit sembari memberi pandangan memburunya. Gua berdiri tepat di depan Hendra sambil memasang tampang garang.

       Wajah Hendra langsung di pasang mengejek.

       "Punya nyali juga lu dateng ke sini.." kata Hendra. "Mau lu gua hajar kaya Adit dan Paul?"

       "Udah sikat aje Dra.."

       "Hajar!"

       Kata beberapa anak sehingga suasananya jadi semakin ramai.

       "Gak usah banyak bacot lu!" Balas gua marah.

       Wajah Hendra tampak mengelam.

       "Mana Lukas? Kalo berani ribut satu lawan satu, jangan kroyokan kaya banci!"

       Sesaat wajah Hendra marah bercampur malu, namun beberapa saat kemudian anak itu mulai tertawa ngakak. "Kalo buat lawan bocah tengik kaya elu, gak perlu Lukas turun tangan. Cukup gua dan anak-anak aja.."

       "ANJING!" Maki gua.

       Gua segerah melayangkan tangan yang menggenggam kopel ke wajah Hendra.

       BUAAAGHH!!

       Anak itu langsung ambruk dengan hidung berlumuran darah.

       "Mampuuus!!"

       Melihat reaksi gua yang nekad ini para senior yang lain terkejut. Sedangkan Awe langsung bergerak guna menyerang gua. Secepat mungkin gua melayangkan tendangan ke dada Awe, hingga lelaki bertubuh tinggi itu langsung tersungkur kebelakang.

       Gua memanjangkan tali kopel di tangan, lalu memutar-mutarnya dan menghantamkan kembali ke tubuh, wajah, tangan, Awe dan Hendra secara bergantian.

       "Bakal gua kirim lu semua ke rumah sakit!!" Bentak gua.

       Melihat ini beberapa anak menjadi kaget bercampur ngeri.

       "Rom! Santai, Rom!!!"

       Deni maju guna menghentikan gua. Namun ketika gua sabetkan kopel ke arah dadanya anak itu langsung mundur beberapa langkah kebelakang.

KOST SEGREKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang