Bab 36: Pertigaan Warchild

23.1K 1.4K 107
                                    

Ketika beberapa meter dari pertigaan terlihat kios rokok berwarna biru yang penuh dengan coretan pilox. Motor yang kami kendarai mulai berjalan pelan di sepanjang jalan warung silah.

Di depan kios tersebut sudah ada gadis cantik yang sedang duduk-duduk santai di sana. Dan gua sangat mengenal gadis tersebut.

Wajah gadis itu masih terlihat sama seperti dulu.

Bahkan seingat gua senyumnya pun masih manis di pandang.

Yang berbeda hanya potongan rambutnya menjadi agak pendek. Sedangkan di hadapannya ada seorang lelaki yang baru kali ini gua lihat wajahnya.

Kami langsung memasukan motor ke sebelah kios. Memarkirkan dengan rapih di samping motor ninja berwarna hijau yang gua duga milik lelaki asing itu. Penjaga kios bernama Beni dan sang gadis yang sedang nongkrong agak terkejut ketika melihat kami berhenti di sini.

Gua langsung turun dari motor.

Lalu melempar senyum akrab ke arah mereka.

"Mlekuuum!" Gua memberi salam dengan gaya yang khas.

Gadis itu berdiri masih sambil memasang tampang terkejut melihat lelaki yang sudah di kenalnya sejak lama. Sedangkan Beni langsung membanting rokoknya sambil menunjuk wajah gua.

"Oraang gilaaaa!" Seru Beni heboh.

Semakin lebar senyum gua terkembang.

"Ngilang kemana aja lu baru terbit sekarang?!"

Anak itu menghampiri gua dan memeluk tubuh gua dengan erat.

"Sibuk jadi photo model,"

"Photo model contoh gizi buruk ye," balas anak itu.

"Hahaha..."

Beni menatap gua dengan mata berbinar.

"Anjriit! Tambah ganteng aje muke lu!" Seru Beni.

"Ya iyalah..gua kan tiap hari perawatan di salon, beda sama elu yang mandi di empang mulu.." balas gua meledeknya.

"Bangsat lu! Masih kaga berubah aja bacot lu dari dulu.."

"Ha..ha..ha..ha.."

Sang gadis masih terpaku menatap wajah gua. Seolah dirinya tidak percaya dengan apa yang dia lihat di depannya.

Gua balas menatapnya lalu melambaikan tangan di depan wajahnya.

"Mlekuum!" Lalu kembali mengucapkan salam.

"Ya ampun, Romi....." ucapnya pelan dengan tampang syok.

"Orang ngasih salam itu di jawab salam, bukannya malah minta ampun..."

"Hehehehe...maaf," dia tertawa-tawa kecil. "Waalaikumsalam.." lanjutnya masih sambil tertawa.

"Wess..udah bisa ngejawab salam sekarang. Udah masuk islam, neng?" Balas gua bercanda.

"Eit deh! Serba salah gue kalo ngomong sama elo!" Protes anak itu dengan sikap kesal yang di buat-buat.

"Ha..ha..ha..ha.."

Gua lantas duduk di kursi kayu yang agak berjauhan dari hadis dan lelaki yang tidak gua kenal. Ruby memilih duduk di depan kios rokok Beni sembari merokok.

KOST SEGREKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang