16] Kenyataan Pahit

144K 11K 296
                                    

Pada kenyataannya, melupakan tidak semudah ketika cinta itu datang. Melepas tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu waktu untuk sekedar merelakan.

Humaira

Senja telah berpendar, sang gulita telah melahapnya habis. Malam tiba bersama nyanyian rindu dari Syurga, bedug bertalu-talu dari rumah Allah di berbagai sudut kota, Maira sudah duduk dengan malaikat kecilnya di musollah dalam rumah besar seorang Arman Ar Rasyid. Seminggu setelah dari rumah sakit keadaan Maira sudah kembali seperti semula. Keceriaan sudah kembali di wajahnya.

Tempat yang kini jarang di jamah oleh Sang pemilik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tempat yang kini jarang di jamah oleh Sang pemilik. Sejak kepergian Fanya rumah ini seakan mati, mentari sudah tak bersinar lagi, semua gelap gulita, tanpa cahaya. Seorang Arman seolah menutup semua pintu tidak membiarkan cahaya lain masuk. Namun kini cahaya mulai tampak dari sudut ruangan itu, binar kecil sang Lentera akan membawanya memulai cerita baru.

"Zhira belajar sholat dulu ya cantik." Ucapnya pada Bayi satu tahun yang kini menjadi putrinya. Tidak disangka sudah enam bulan Maira menikah. Sayangnya semua masih sama. Ia masih di titik bertahan sendirian. Zhira sudah mulai bisa bicara, sudah mulai belajar berjalan. Sedang dirinya? Masih tetap di tempat, tidak bisa apa-apa untuk menyembuhkan suaminya dari luka lama. Mau bagaimana lagi? Arman sendiri melarangnya masuk.

Bik inah dan Lastri sudah siap ikut sholat berjama'ah bersama Maira sedang Yesi berhalangan. Bohong rasanya jika ia tidak menginginkan imam yang sesungguhnya dalam hidup. Ia selalu berharap Arman segera memberinya jalan untuk masuk sebelum ia benar-benar di titik menyerah. Selalu berharap bisa berdiri satu saf di belakang suaminya, setelah itu bersatu dalam do'a yang sama. Semua itu masih sekedar angan yang coba ia wujudkan.

"Bik, liat Mas Arman tidak?" Tanya Maira.

"Terakhir Bibik liat Tuan di kamarnya, Nya."

"Kalo gitu aku permisi buat manggil Mas Arman ya, Bik." Lalu menyerahkan Zhira pada Bik Inah. Maira masih dengan mukenahnya bergegas menghampiri Arman.

Arman saat ini tengah berbaring terlentang di kamarnya, matanya menerawang langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Sesekali ia memijit pelipisnya yang seakan pening. Hari ini Clarissa sudah kembali dari luar kota. Entah ada angin apa, tiba-tiba perempuan itu mengajaknya menikah. Arman benar-benar pusing. Dari dulu, selain Fanya Clarissa lah yang bisa mengerti dirinya walaupun di hati Arman tidak pernah ada cinta untuk Clarissa.

Arman kembali melihat kertas itu, kertas dengan Materai beserta tanda tangan Maira di atasnya. Sekali lagi Arman membaca surat kontrak dengan lima pasal bernamakan dirinya sebagai pihak pertama dan Maira pihak kedua.

Pasal 1
Pasca menikah

1. Setelah menikah kedua belah pihak harus bisa saling menjaga nama baik satu sama lain dan menunjukkan di mata dunia jika pihak pertama dan pihak kedua saling mencintai. Tanpa paksaan.
2. Dilarang melibatkan hati.

Lentera Humaira ✔Where stories live. Discover now