12] Mencari Sang Pengasuh.

137K 11K 94
                                    

Percayalah! Bahkan dalam suhu ruang, Es pun akan mencair, tanpa perlu api untuk melelehkannya."

_ Lentera Humaira _

"Chandra!"

Panggilan seseorang akhirnya berhasil menghentikan aksi chandra. Jika bukan karena panggilan itu mungkin Chandra sudah menghajar Arman.

"Chan, sebaiknya kamu ajak masuk dulu temanmu itu. Tidak baik ngobrol di pinggir jalan," ucap Bunda Chandra dari teras berpura tidak tahu permasalahan di antara keduanya.

Dengan cepat Chandra menurunkan tangannya. "Iya, Bunda."
Chandra menatap tajam Arman sebelum akhirnya kembali ke mobil dan membiarkan mobil Arman pergi.

Sehabis memarkir mobil Chandra langsung menuju kamar, tak lama kemudian kembali keluar setelah mengganti pakaian. Menghampiri sang Bunda dan para adiknya yang sedang Asyik menonton televisi.

"Kak mau kemana?" Tanya gadis kecil berumur dua belas tahun menghentikan langkah Chandra.

"Kenapa, Dek? Mau titip sesuatu?"

Gadis bernama Dinda itu mengangguk, "iya! Dinda titip kakak ipar ya, cepet bawa pulang!" Seru Dinda menggoda sang kakak lalu perlahan senyumnya mulai merekah. Beberapa detik kemudian berubah cekikikan.

"Apa sih Dek? masih kecil juga," protes Chandra. "Bun, pergi dulu ya?!" Pamitnya mencium tangan sang Bunda.

"Mau kemana? Mencari Maira?" Tebak Bunda Ainun. Chandra tidak menjawab.

"Bunda tahu, kalian berteman dari kecil. Tapi, kamu harus ingat! Maira sudah menikah, tidak akan baik jika kamu selalu ikut campur dalam urusan rumah tangga mereka, Nak. Bunda bukan tidak suka melihat kamu sama Maira. Hanya saja, Bunda takut kamu yang akan semakin terluka."

Bohong rasanya jika perkataan sang Bunda tidak mempengaruhi Chandra. Mau dipungkiri bagaimanapun semua tetap sama, jikalau Maira memang milik Arman. Sudah tidak ada lagi harapan untuk memiliki Maira.

"Aku tahu, Bun." Sesaat hening. "Aku cuma mau bantu mencari Maira, aku khawatir terjadi sesuatu, pergi dulu Bun, Assalamu'alaikum," pamitnya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, kasi tahu Bunda kalo kamu ketemu Maira." Ainun berteriak.

"Iya," jawab Chandra dari arah pintu.

♡♡♡

Waktu sudah menunjukkan pukul 21,45. Sejauh itu pula belum ada tanda-tanda Maira akan ditemukan. Entah kenapa Arman semakin gelisah. Tidak lama kemudian earphone yang terpasang ditelinganya itu kembali bergetar. Dengan cepat ia menjawabnya.

"Bagaimana?" Tanya Arman cepat.

"Tuan, kami menemukan mobil yang di pakai Non Maira terparkir di taman bermain dekat perusahaan keluarga Wiguna. Kami sudah berkeliling di taman ini. Tapi, Non Maira tidak kami temukan."

"Baiklah! Saya secepatnya ke sana," balasnya.

Beberapa menit kemudian Arman sampai di mana anak buahnya berada. Setelah menjelaskan panjang lebar Arman memerintahkan mereka untuk berpencar. "Cari lagi dengan teliti semua tempat ini. Jangan sampai terlewat," titah Arman.

"Siap, Tuan."

Arman pun bergegas menyusuri setiap tempat dan sudut taman bermain itu. Sampai akhirnya ia merasa benar-benar lelah, napasnya sudah tak beraturan. Karena sejak tadi tiada henti ia berjalan. Bersamaan dengan itu, ekor matanya menangkap sesosok perempuan berhijab syar'i di seberang jalan, tengah berjalan dengan tertatih, bajunya sudah basah kuyup, terlihat sesekali mengusap air matanya. Tidak salah lagi perempuan itu Maira, "alhamdulillah, tidak salah lagi itu Maira," tanpa terasa Arman bersyukur dalam hati, senyumnya perlahan mulai terbit. Tidak lama, kembali memudar ketika ia melihat sosok pria telah mendahuluinya. Lelaki yang tak lain adalah Chandra itu membuka jaket, lalu menyampirkanya pada tubuh Maira.

Lentera Humaira ✔Where stories live. Discover now