47) Takdir Yang Tak Terduga.

153K 9.6K 362
                                    

Alhamdulillah bisa balik lagi ...
Terimakasih buat kalian yang sudah bela-belain komen lagi.🤗
Selamat membaca..❤

________________________________

Buah kesabaran akan datang tanpa di duga. Dan ketika waktu itu tiba, kita akan merasa setiap ujian yang Allah beri adalah bukti bahwa Allah begitu mencintai kita.

Lentera Humaira

Saat ini kembali senyumnya merekah sehangat jingga. Setelah sekian kali patah akhirnya buah kesabaran begitu legit ia tuai, begitu manis ia rasakan, hingga matanya kini berbinar. Membayangkan betapa indah sejadahnya telah berada satu shaf di belakang sang suami. Angan yang sempat pupus di masa lalu sudah menjadi nyata, imamnya telah kembali. Dan kenyataan ini begitu mengejutkan bagi Maira, takdir Allah memang tak terduga. Subhaanallah.

Usai sholat isya berjamaah ada air mata haru tiba-tiba meluncur begitu saja. Tapi bukan dari mata Maira, kristal bening itu keluar dari sosok lelaki yang kini sesenggukan di depan sana.

"Mas," Maira menyentuh pelan pundak suaminya.

Sebelum berbalik Arman mengusap cepat air matanya. Hati dan dadanya serasa sesak mendapati sang istri kini mencium tangannya. Satu butir bening kembali jatuh mewakili perasaan haru. Keduanya kaku tanpa kata, mereka seolah berbicara melalui tatapan. Menyelami perasaan terdalam masing-masing.

Arman mengangkat dagu Maira yang menunduk, beberapa saat hening, hanya suara detak jantung saling bergemuruh, sang lelaki itu menyentuh pipinya lembut, kemudian naik ke atas ubun-ubun seraya mengucap basmalah. Sedang tangan yang satu lagi terangkat memanjatkan doa keberkahan.

Allaahumma baarik lii fii ahlii wa baarik li-ahlii fiyya

Dengan gejolak rasa syukur Arman mulai melanjutkan dengan doa yang diajarkan baginda Rasulullah ....

Allahumma inni as-aluka khaira-ha wa khaira ma jabaltaha 'alaihi wa a'udzu bika min syarriha wa min syarri ma jabaltaha 'alaihi.

Maira merasa setiap sendinya seolah dialiri aliran listrik, hatinya berdesir, jantungnya terpompa sangat cepat. Benarkah ini Arman, suaminya? Lelaki yang pernah menyalahkan takdir atas derita di masa lalu, lelaki yang sempat marah pada Allah atas ketidak adilan dalam hidupnya, lelaki yang sempat jauh dari Allah swt. Kini, Arman sudah kembali seperti dulu, jauh sebelum topeng dinginnya ia kenakan. Rasanya Maira tidak percaya.

Beberapa saat hening, keduanya larut dalam komunikasi melalui sorot mata kebahagiaan. Tatapan yang membuat mereka jatuh cinta sedalam-dalamnya karena Allah.

"Maira," jeda beberapa saat, "apapun yang terjadi padaku di masa depan, kumohon jangan menyerah lagi. Tetaplah di sampingku, menjadi lentera dalam gulitaku, menjadi peredam amarahku, menjadi penawar kala penatku, dan menjadi ibu dari anak-anak kita. Jangan pernah pergi lagi, Maira."

Dengan mata berkaca-kaca Maira tersenyum, tapi tidak ada jawaban. Hanya anggukan kepala yang mampu mewakili jawaban atas pernyataan suaminya.

"Aku mungkin tidak sealim dan sesholeh Ilham, tapi percayalah, aku akan berusaha yang terbaik untuk menjadi jembatan menuju surga-Nya."

Ucapan Arman kali ini benar-benar membuat hati maira terenyuh, mengharu biru sampai tak kuasa menahan tangis. Air mata bahagia berjatuhan. Buah kesabaran akan datang tanpa di duga. Dan ketika waktu itu tiba, kita akan merasa setiap ujian yang Allah beri adalah bukti bahwa Allah begitu mencintai kita. Maira benar-benar merasakan itu.

"Aku bukan lelaki yang pandai bersyair juga tidak pandai merayu, apalagi dengan bahasa arab seperti-"

"Ssttt ...," Maira menutup mulut Arman dengan telunjuknya. "Mas tidak perlu jadi siapapun, Mas juga tidak perlu merayu seromantis orang di luar sana. Cukup Mas tersenyum saja sama aku dan menjadi imamku dunia akhirat, itu cukup."

Lentera Humaira ✔Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα