43) Penculikan.

108K 8.4K 243
                                    

Cinta itu seenaknya ya, dia egois, dia datang sesuka hati tanpa perlu di minta. Tapi, dia selalu menolak untuk pergi ketika kita berusaha mengusirnya.

_Lentera Humaira_

Mata sendunya mengerjap beberapa kali, semua terasa gelap, beberapa saat yang lalu Maira berusaha kabur dari mobil yang ternyata bukan milik keluarga calon suaminya. Maira baru tersadar ketika mobil itu tidak menuju tempat akad melainkan ketempat asing yang tidak Maira ketahui. Dan sekarang perempuan itu terkurung di sebuah ruangan dengan tangan terikat kebelakang.

"Tolong!! Siapapun, tolong lepaskan saya!" teriak Maira sambil berusaha membuka ikatannya. "Tolong!!"

Brak!!

Seseorang memukul pintu dengan keras, Maira sampai terperanjat kaget.

"Diam!!" bentaknya.

Maira ingin menangis, siapa sebenarnya penculik ini? Untuk apa menyandera Maira? Atas dasar apa? Apa dia orang suruhan Arman? Atau Chandra? Apa modus di balik penculikan ini? Semua persepsi seakan berdatangan dalam benak Maira. Drama apalagi ini? Sedramatis ininkah, hidupnya?

"Ya Allah ... hamba mohon bantu hamba lepas dari tempat ini, bukan karena hamba takut ini akhir dari hidup hamba, karena sejatinya setiap napas dalam semesta akan terhenti bersebab kuasa-Mu. Hamba hanya tidak mau mempermalukan keluarga besar calon suami hamba dan juga keluarga hamba. Lindungi hamba, kehormatan hamba dan juga iman hamba. Aamiin.." lirihnya getir.

Maira bangkit dari tempat ia duduk, pergelangan tangannya terasa sangat perih, mungkin saat ini sudah memerah akibat percobaan buka paksa yang dilakukannya sejak tadi.

"Bos bagaimana dengan tawanannya? Kami sudah berhasil menculiknya sesuai yang Bos minta." lapor seseorang dari balik pintu.

Maira semakin mendekat ke pintu untuk mendengarkan percakapan mereka.

"Terserah, mau kalian apakan perempuan ini. Saya hanya ingin lelaki sok kuasa itu, menderita! Mau kalian bunuh sekalipun saya tidak peduli." sarkasnya.

Tubuh Maira menegang, jujur dia tidak siap menghadap Allah dalam keadaan seperti ini. semua muslim di dunia bercita-cita syahid, ketika berpulang dalam keadaan husnul khotimah. "Haruskah dalam keadaan seperti ini, Ya Allah?" lirihnya lagi.

Maira mengedarkan pandangannya mencari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk membuka ikatan ini. Jika memang dalam keadaan seperti ini hidupnya berakhir, setidaknya dia masih berusaha untuk lepas dari kedhaliman manusia tak berhati di luar sana. Selain laci kecil, jam dinding usang yang tergeletak di lantai, dan balok kayu dari patahan kursi di pojok sana, tidak ada benda lain lagi dalam ruangan ini. Benda mana yang sekiranya bisa membantu Maira lepas?

Pecahan kaca.

Ya!

Maira meraih balok kayu panjang di pojok ruangan, kemudian menyandarkan jam dinding pada tembok. Setelah itu memukul permukaan jam dinding itu dengan semua kekuatannya. Meski awalnya meleset sebab posisi tangan yang terikat ke belakang, tapi akhirnya pecah setelah pukulan kedua.

"Ada apa di sana?" suara Si wanita menggelegar dari luar.

Dia tidak habis pikir dengan para penjahat itu.

Lentera Humaira ✔Där berättelser lever. Upptäck nu