end

4K 305 35
                                    

3 month later...

Para murid berbondong-bondong melihat hasil ujian akhir mereka di mading sekolah. Hal yang lumrah karena dua minggu lalu mereka baru selesai mengadakan ujian akhir. Dan sekarang adalah hari dimana hasil kerja keras tersebut diperlihatkan.

Rose tak berniat untuk sekedar melihat hasil ujiannya di mading. Rose lebih memilih membaca novel-nya di dalam kelas. Rose bukanlah tipe orang yang rela berdesak-desakan. Lagipula, jika mading sudah sepi, Rosè bisa melihat hasil tersebut dengan tenang.

Bbbrrakk!!!

Jin tiba di depan Rosè sambil menepuk tangannya pada meja. Meski tidak keras, Rosè terkejut. Jin sepertinya akan mengatakan hal serius.

"Ada apa?" Tanya Rosè kembali menoleh pada novelnya.

"Rosè, aku tau kau pintar. Dan sekarang kau mendapatkan peringkat pertama lagi." Ucap Jin.

"Lalu? Apa hanya itu hal yang kau katakan?" Tanya Rosè malas. Jin memang orang yang percicilan.

"Kau pasti terkejut melihatnya Rosè..."

"Melihat apa?"

Jin langsung menarik tangan Rosè. Gadis itu hanya menuruti langkah Jin dengan malas. Rosè bersumpah akan menjitak pemuda itu jika informasi yang dia berikan tidak penting.

Jin dan Rosè tiba di depan mading.
"Lihatlah... kau bisa menjitak kepalaku jika itu tak penting."

Rose mengernyit heran. Rose dengan malas ia berusaha menerobos kerumunan orang yang juga berkumpul di mading. Panas, sempit, sesak. Sungguh mengesalkan.

1. Roseanne Park : 98,9

Rose sudah biasa melihat namanya terpampang sebagai peringkat pertama. Tapi satu hal yang membuat Rosè membulatkan matanya...

2. Park Jimin : 98,4

"B-bagaimana bisa?" Gumam Rosè.

Rose segera keluar dari kerumunan orang itu. Nafasnya yang terasa sesak, malah semakin sesak dengan kenyataan bahwa Jimin mendapatkan peringkat dibawahnya, yaitu peringkat kedua. Hanya berbeda lima desimal saja. Sungguh diluar dugaan, padahal pemuda itu selalu mendapatkan peringkat 80 kebawah di sekolah ini.

Rose memacu langkahnya kembali ke kelas. Ada rasa bangga sekaligus ngeri. Ngeri karena Jimin pasti akan menyombongkan nilainya. Atau mungkin setelah itu meminta hal yang tidak-tidak pada Rosè. Entahlah.

Rose berusaha untuk tetap berjalan tenang. Baru saja Rosè akan berbelok melewati koridor. Sesosok makhluk yang baru saja membuat Rosè gila sudah berada di hadapannya. Untung saja koridor ketika itu sedang sepi.

"YAK!!! kau mengagetkan ku."

Padahal Jimin hanya berdiri melipat tangannya di depan dada sambil bersandar ke dinding. Jimin mengernyit heran,

"Loh, aku melakukan kesalahan apa hm?" Tanya Jimin dengan smirk andalannya.

"Tidak! Aku harus ke kelas." Ucap Rosè melangkah melewati Jimin.

Namun, Jimin menahan tangan Rosè. Yang membuat langkah Rosè terhenti.

"Ckckck! Kau sudah melihat namaku di mading?"

Deg!

"Sudah."

Jimin langsung menggenggam tangan Rosè dan membawanya ke taman gazebo. Rose tak berkutik dan entah kenapa Rosè pasrah saat Jimin membawanya kemari.

"Yak! Kita mau kemana?"

Langkah mereka terhenti di gazebo sekolah. Kini mereka berhadapan. Rose masih menunduk menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah. Rose akan selalu begini jika sudah berduaan dengan Jimin.

One Name In My TearsМесто, где живут истории. Откройте их для себя