malam itu

3.4K 313 4
                                    


10.00 P.m

Malam ini tetap terasa indah meski bulan dan bintang tak menampakkan wujudnya. Hujan. Rintikan yang berderap-derap dan aroma khas yang menyegarkan. Ini melodi indah. Sangat indah jika kita pandai menikmatinya.

Rose dan Jimin baru saja kembali dari sebuah pasar malam yang tidak begitu jauh dari komplek mereka. Sebenarnya Jimin sangat enggan, tapi Rosè memaksa.

Hal tersebut dikarenakan Rosè sangat ingin memasuki area rumah hantu. Namun nyatanya Rosè memeluk Jimin selama berada di dalam sana lantaran ia takut melihat hantu-hantu itu. Padahal itu bukanlah hantu sungguhan. Membuat Jimin memutar matanya kesal.

"Aish, kau... kenapa kau suka sekali bermain hujan? Kau bisa demam..." ucap Jimin berjalan cepat menyusul Rosè yang sibuk dengan aktivitasnya. Yaitu menikmati berada dibawah hujan. Untung saja jalanan ketika itu sangat sepi.

Jimin mencoba menghadang air hujan yang jatuh membasahi Rosè dengan payungnya.
"Berhentilah bersikap bodoh, Rosè."

"Apa masalahnya? Aku suka. Dan aku ingin menikmatinya." Ucap Rosè berlari riang sambil meloncat loncat menjauh dari Jimin. Sementara Jimin hanya mendengus kesal.

"Hey, yeoja pabo!!!"

Begitu jelas, dari kejauhan Jimin melihat sebuah mobil kencang yang akan melintasi jalan ini. Dan yang lebih bodohnya, gadis yang Jimin sebut yeoja pabo itu masih asyik dengan aktivitasnya.

Mobil itu tampak makin dekat dengan kecepatan tinggi. Jimin berdecak kesal sebelum akhirnya mengejar Rosè yang berdiri tak berapa jauh darinya. Menarik gadis itu dan membawa tubuhnya menepi dari jalan. Nyaris saja. Mobil sport berwarna merah itu hampir menabrak Rosè jika Jimin tak membawa Rosè dalam pelukannya.

"Yak Jimin!"

Rose seketika bungkam. keduanya terdiam, membisu, dan mematung. Tangan Jimin yang melingkar di pinggang Rosè dan sebelah tangan yang memegang payung. Sementara tangan Rosè yang bertumpu pada bahu Jimin yang menjadi jarak antara mereka. Tatapan mereka terkunci.

Rose, ia tak tau apa yang ia rasakan saat ini. Ia hanya merasakan darahnya berdesir dan dadanya berdegup amat kencang kala merasakan nafas hangat Jimin menerpa wajahnya. Salahkah Rosè? Kenapa Rosè merasa tatapan Jimin sangat berbeda.

Kenapa Jimin harus menatapnya sedalam ini?
Kenapa harus sedekat ini?
Dan kenapa harus disaat suasana seperti ini?

'apa benar aku sudah mencintai sahabat ku sendiri?'

Nafas Rosè makin tercekat saat merasakan tangan Jimin yang mengerat di pinggang nya. Membuat jarak antara mereka menipis. Rosè menutup matanya karena tak sanggup menatap wajah Jimin. Terlebih ketika ia merasakan Jimin menempelkan hidung mereka.

TIIITTTTT!!!!!.....
TTTIIIIIIITTTTT!!!!!.....

"AAAAA!!!!"

BBBRRRAAAKKK!!!!!

Teriakan itu membuat mereka kaget. Kesempatan bagi Rose untuk segera membuat jarak dengan Jimin. Menoleh dan mencari asal suara tabrakan itu. Hingga ia melihat sebuah mobil mewah yang berhenti akibat menabrak orang.

"Sial, mengganggu sekali..."

Pemuda Park itu menggerutu. Lalu kemudian menyusul Rosè yang menuju sumber suara. Si pengemudi keluar dari mobilnya. Tak asing, dialah Jeon Jungkook.

Rose terkejut.
"Jungkook?" Tanya Rosè heran. "Kau menabrak mereka..." tunjuk Rosè kepada orang yang ditabrak Jungkook. Yang lebih dari satu orang.

One Name In My TearsWhere stories live. Discover now