wanita iblis

2.3K 273 15
                                    

Bruushhh!!!

Bruushhh!!!

Sandara menyiramkan air ke wajah Jungsoo dan Sooyoung dengan keras. Sangat keras, mereka seakan ditampar oleh air itu.

"Cih! Lemah! Menyerah saja lah Jungsoo..." Ucap Sandara. "Atau kau ingin melihat adikmu disiksa lebih parah lagi?"

Sandara menjambak rambut Sooyoung. Lalu kemudian menampar nya berkali kali hingga membuat wajahnya luka dan lebam. Jungsoo tak lagi sanggup melihat adiknya di perlakukan seperti itu.

"Baik! Aku akan menandatangani surat itu sekarang."

Sandara tersenyum puas dengan keputusan Jungsoo. Lalu kemudian menyerahkan surat itu dan sebuah pulpen pada Jungsoo. Jungsoo menandatanganinya. Ia lebih baik kehilangan harta daripada harus kehilangan orang yang ia sayangi.

"Puas!"

"Ck, bikin repot saja. Jika kau menandatanganinya sejak tadi, mungkin wajah adikmu ini masih mulus."

Amarah lelaki itu serasa naik ke ubun-ubun.
"Tunggu apa lagi, lepaskan aku dan adikku!!"

Sandara memutar bola matanya.
"Ck! Tak semudah itu Jungsoo... kau harus menanti putrimu datang ke sini untuk menjemputmu."

"BIADAB!" ucap Jungsoo menggeliat keras dalam cekaman rantai. "Dasar wanita iblis! Kau serakah! Aku sudah menuruti kemauanmu, harusnya kau melepaskanku sekarang."

BBRAAKKK!!!!

"Aku datang wahai wanita iblis!"

Sandara membulatkan matanya ketika melihat Rosè telah menampakkan wujudnya, bersama Jungkook, Jin, dan Jimin. Mereka mendobrak pintu hingga engselnya lepas.

"Kau? Bagaimana kau bisa menembus penjagaanku?"

Memang, di bangunan ini penjaga ada di setiap sudut. Rose terkekeh, Sandara memang membayar mahal untuk aksi bejatnya ini.

3.30 a.m

Mereka menyiapkan strategi semalaman suntuk. Rosè bersikeras untuk menyusul ayahnya malam ini juga. Mereka tak bisa menghalangi Rosè, yang bisa mereka lakukan hanyalah mendampingi Rosè ke tempat itu. Jisoo dan Lisa tidak ikut karena diminta untuk menjaga ibu Jimin dirumah.

Setelah berpamitan kepada ajhumma Yoona, mereka segera berangkat. Tempat itu lumayan jauh. Sekitar tigapuluh menit, mereka pun sampai.

"Sesuai permintaanmu, aku kesini untuk menjemput appa dan imo." Ucap Rosè tanpa basa-basi.

"Kurang ajar!"

Sandara melirik para preman yang telah ia bayar untuk aksi ini.
"Tangkap mereka!" Perintahnya.

Beberapa preman itu mendekat ke arah Rosè, Jimin, Jin, dan Jungkook. Aksi mereka gagal saat dengan mudahnya jin, Jungkook dan Jimin melumpuhkan pergerakan mereka. Bukan hal asing, karena mereka bertiga ahli dalam beladiri.

Jimin dan Jungkook berjalan ke arah Sandara dan memegang lengan perempuan itu. Rose berjalan mendekat lalu mengambil sebuah berkas yang sedari tadi digenggamnya.

SSREETTT!!!

Berkas itu langsung dirobek oleh Rosè. Sandara benar-benar marah. Ia memberontak. Meski sama sekali tak berhasil. Kini Jin malah mengambil kunci-kunci dalam saku Sandara. Itu adalah tujuan mereka sedari tadi, karena itu adalah kunci dari rantai yang membelit tubuh ayah Rose dan Sooyoung.

Sandara semakin memberontak. Namun, Jungkook dan Jimin malah melepaskannya dengan kasar hingga tubuh Sandara terpental ke dinding. Sangat keras hingga dia pingsan. Jin, Jimin, dan Jungkook langsung saja pergi untuk membukakan rantai ayah Rose dan Sooyoung.

Rose berlari memeluk ayahnya dan bibinya, Sooyoung.
"Appa..." Rose menangis dalam pelukan ayahnya.

Tak ada yang bisa dikatakan oleh ayah Rose. Ia hanya memeluk Rosè erat dan mencium puncak kepala anaknya itu.

"Mari ajhussi, kita harus segera pergi." Ucap Jin dan Jungkook sambil memapah Sooyoung. Begitupun Jimin yang memapah ayah Rose.

Mereka pun berjalan bersama untuk segera keluar dari tempat ini. Namun, Sandara sudah terlebih dahulu sadar dari pingsannya. Ia mengambil pisau tajam dari seorang preman yang tergeletak tak berdaya. Lalu berjalan ke arah Rosè.

Wanita itu berjalan cepat dengan mengangkat pisaunya. Lalu mengarahkan pada Rose.
"MATI KAU ROSÈ!!!"

"ROSE MINGGIR!!!"

SSSKKK!!!!!

Doorr!!!

Sandara terkapar tak berdaya dengan peluru yang menembus tengkoraknya.

"J-JIMIN!!!" Rose langsung menopang tubuh Jimin yang hampir terhempas ke lantai.

Jimin langsung menghalang Sandara saat akan menusuk Rosè dengan pisau. Tak banyak yang bisa Jimin lakukan, gerakan Sandara sangat cepat dan tak terbaca. Jimin hanya bisa menghalangi Sandara, sehingga membiarkan benda tajam itu merobek otot perutnya.

Sementara Jihoon, dia terduduk lemas, menangis histeris sambil menjambak rambutnya sendiri. Berusaha menyadari bahwa ia sudah membunuh ibunya. Iya, Sandara meninggal atas peluru yang dibidik oleh putranya sendiri.

"R-Rosè..." Ucap Jimin tercekat. Rose menggeleng keras saat melihat luka pada tubuh Jimin.

"Jim, bertahanlah ku mohon..." ucap Rosè memangku kepala Jimin dengan air mata yang tak tertahankan.

Jimin tersenyum. Air mata Rosè semakin deras dengan keadaan Jimin. Wajahnya memucat. Lukanya mengalirkan darah terus menerus dan keringat dingin yang sudah membasahi tubuhnya.

"Aku mencintaimu Rosè..." Ucap Jimin m, nafasnya tersengal. "Aku mencintaimu melebihi hidupku."

Rose meraih wajah Jimin yang berada di pangkuannya. Rose merutuki kebodohannya. Jimin begitu mencintai dirinya. Harusnya Rosè sadar dengan perasaannya selama ini. Ia selalu nyaman dengan kehangatan yang Jimin berikan, ia selalu aman saat Jimin berada di dekatnya. Harusnya Rosè menyadari betapa ia juga mencintai pemuda itu.

"Jangan tinggalkan aku Jimin." Ucap Rosè yang semakin tak kuat melihat keadan Jimin. "Jangan lakukan itu... Hiks..."

"Aku sangat mencintaimu, Rosè." Ucap Jimin menggenggam erat tangan Rosè. Desah nafas Jimin terdengar semakin sempit.

Jin dan Jungkook meneteskan air mata melihat adegan itu.

"Aku... aku mencintaimu," ucap Rosè. Jimin tersenyum di sela sakitnya. Rose terisak keras. "Komohon Jimin, aku sangat mencintaimu."

'Akhirnya aku dapat mendengarnya, Rosè.'

Genggaman Jimin mengendor. Mata pemuda itu perlahan terpejam. Rose semakin panik. Suga dan Jennie yang sedari tadi bersama polisi mengawasi dari luar langsung memanggil ambulans ketika melihat keadaan Jimin.

"Jangan tutup matamu ku mohon..." Pinta Rosè menepuk pelan pipi Jimin. Dadanya benar-benar terasa sesak. Ia menyesal. Ia terlambat.

Tangis Rosè kian pecah saat menyadari bahwa Jimin tidak membuka matanya. Pria itu terbujur dalam dekapan Rosè.

"Andwe! Jangan tinggalkan aku Jim.."
ucap Rosè memeluk kepala Jimin.

Harusnya aku sadar dengan perasaan ini...
Harusnya aku tak mengabaikannya...
Kini aku tau, betapa sakitnya hatimu saat aku menganggap pengakuanmu sebagai lelucon.
Dan Bodoh nya, aku terlambat menyadari semua ini...
Aku menyadari betapa aku mencintaimu saat kau telah mengorbankan dirimu demi aku...

Kumohon, jangan tinggalkan aku. Aku sangat mencintaimu. Kumohon...

♡♡♡

Yey... Akhirnya neng Roje mengakui perasaannya... Huhuhu terhura 😭😭😭

Vote dan komen please... Cerita ini bakal end...

Oke makasih...

One Name In My TearsWhere stories live. Discover now